Chap 2

1.2K 70 3
                                    

"Ita-chan! Kau akan jadi aniki!"

Wanita cantik itu berkata riang, membawa tangan kecil Itachi kemudian menggerak-gerakannya, mengajaknya menari-nari.

Wanita itu terlihat sangat bahagia sementara Itachi hanya bisa mengikuti gerakannya seperti boneka sukarela, namun wajahnya diam tanpa menunjukan ekspresi apapun, matanya dingin tak sedikitpun menyiratkan kebahagiaan seperti apa yang tengah dirasakan wanita didepannya.

'Aku tidak mau, jadi anikimu!' ucap Itachi dalam hati sambil melemparkan tatapan dinginnya kearah perut rata sang wanita yang ada dihadapannya.

.

.

.

"Ita-chan! Tolong berikan ini pada nyonya."

Itachi menatap piring yang berisi beberapa potong buah-buahan hasil kupasan ibunya. Melihat sekilas ke arah perut ibunya yang sedikit membuncit, kemudian menatap tajam piring yang disodorkan padanya itu.

Mereka sedang berada di dapur seperti biasa, Mikoto mengupas buah-buahan untuk sang majikan sementara Itachi tengah menggambar di meja makan sambil sesekali memperhatikan ibunya melakukan kegiatan. Selesai mengupas buahnya, Mikoto biasanya memberikan camilan untuk sang majikan sendiri, namun karena ia sedikit lelah dan Itachi berada bersamanya, Mikoto memutuskan untuk meminta bantuan putranya itu, namun,

"Tidak mau!" Ucap Itachi kasar, membuat sang ibu mengerutkan keningnya heran, sejak kapan anaknya yang baik dan penurut membantahnya seperti ini?

Mikoto memandang anaknya, kemudian menghela nafasnya lelah. Ia simpan piring itu diatas meja makan kayu dimana Itachi tengah menggambar, duduk dikusi disamping kursi dimana Itachi duduk dan mengusap helaian rambut anaknya itu dengan sayang.

"Kenapa hmm?" Mikoto mengangkat tubuh mungil anaknya itu kepangkuannya, membawa tangannya mengangkat wajah Itachi yang sedang menunduk agar bisa ia lihat dengan jelas.

Namun Itachi menolak dan malah memalingkan wajahnya, membuat Mikoto semakin terheran-heran.

"Apa Ita-chan sedang marah pada oka-san?" Mikoto bertanya, tangannya mendekap Itachi penuh kasih sayang.

Ia tahu sifat anak semata wayang ini, bila sedang marah Itachi hanya akan diam, juga akan menolak segala permintaan, macam merajuklah sebutannya. Tapi Mikoto selalu menghadapinya dengan sabar, karena sebaik-baiknya Itachi ia tetap anak-anak yang kadang bisa berbuat nakal dan bersikap keras kepala.

Mikoto menghela nafasnya lelah seraya tersenyum tipis kearah sang anak, mengecup puncak kepalanya kemudian menurunkan Itachi dari pangkuannya dan mendudukannya kembali ke kursi kayu di sebelahnya. Sebenarnya ia ingin langsung mengobrol dengan anaknya itu, menanyakan alasan kenapa Itachi menolak permintaannya yang tidak biasanya, padahal sebelumnya Itachi masih baik-baik saja saat menggambar tadi, apa mungkin ia tidak mau karena merasa tertanggu, namun Mikoto mengurungkan niatnya, kewajiban tetaplah kewajiban dan permintaan sang majikan haruslah ia laksanakan terlebih dahulu. Biarlah ia bicara dengan Itachi nanti dan mungkin membujuknya agar tidak marah lagi.

"Nanti kita bicara lagi ya? Oka-san akan memberikan ini dulu pada nyonya." Beranjak dari kursinya, Mikoto membawa piring berisi buah-buahan itu kearah pintu bercat putih yang berjarak beberapa meter dari dapurnya yang merupakan satu-satunya penghubung antara rumah mungilnya dengan mansion kediaman sang majikan.

Sementara Itachi menatap punggung ibunya yang semakin menjauh itu dengan tajam, matanya berkilat penuh kemarahan, tangan mungilnya terkepal,

"Aku benci" ucapnya berbisik namun sarat akan kebencian.

Gambar yang terlihat seperti wanita dan pria yang tadi ia gambar itu ia coret dengan brutal, sampai-sampai kertas yang ia gunakan sobek dibeberapa bagian. Tertulis sesuatu diatas gambar itu dengan huruf hiragana yang tampak sedikit acak-acakan.

'Aku benci kalian ---------'

Otouto (Discon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang