Chap 3

1.3K 83 3
                                    

Itachi menatap ibunya khawatir, jika Itachi lebih besar dan lebih kuat mungkin akan ia bawa ibunya pergi dari tempat ini, merawat ibunya itu, melindunginya dan tidak membiarkan dirinya bekerja seperti ini.

Itachi takut, ibunya terlihat lemah dan selalu pucat, bahkan dengan perut besarnyapun pekerjaan harus tetap ia lakukan. Membuat Itachi khawatir padanya dan juga calon adiknya.

"Biar aku," Itachi mendekati ibunya, ikut memegang tongkat pel yang panjangnya dua kali tinggi tubuhnya itu dan menatap ibunya serius.

Ibunya tengah membersihkan mansion seperti biasa, ditemani Itachi yang ikut mengelap furtinure karena tak bisa membantu banyak.

Tapi melihat kondisi sang ibu dengan perut buncitnya mengepel lantai kesana kemari membuat Itachi tak kuasa ingin membantu lebih, berharap ia lebih tinggi dan lebih kuat hanya untuk mengepel lantai meringankan pekerjaan sang ibu.

"Tidak usah, biar oka-san saja." Mikoto melepaskan tangan mungil anaknya, tersenyum tulus menerima perhatian sang putra yang sebentar lagi akan menjadi aniki itu.

"Terima kasih, sebentar lagi juga selesai, Ita-chan lanjutkan saja yang itu." Menunjukan ke arah meja tempat banyak hiasan patung-patung keramik berbentuk rubah berada.

Itachi hanya bisa menunduk pasrah sambil menuruti perintah sang ibu, namun sesekali tetap melihat ke arah ibunya memastikan sang ibu baik-baik saja.

Mansion yang sedang mereka bersihkan adalah mansion milik majikan mereka, keluarga Namikaze. Terdiri dari pasangan suami istri Namikaze Minato dan sang istri Namikaze Kushina yang sebelumnya bermarga Uzumaki, mereka adalah orang yang menolong kedua orang tua Itachi ketika Itachi akan lahir dan sejak saat itulah keluarga Itachi, keluarga Uchiha mengabdikan diri untuk keluarga Namikaze, sebagai bentuk balas budi dan rasa terima kasih kepada mereka, oh dan jangan lupa juga 'calon putra' mereka.

Ya, Kushina saat ini tengah hamil, sama halnya dengan Mikoto, usia kandungan merekapun tak jauh berbeda, hanya selisih dua minggu setelah Mikoto pingsan dan dinyatakan hamil, keluarga Namikazepun menemukan kebahagiaan yang selama ini mereka nantikan, yaitu kehadiran buah hati ditengah-tengah mansion besar mereka.

Semua berbahagia untuk pasangan bahagia itu, Mikoto dan Fugakupun sama. Namun lain halnya dengan Itachi, ia tidak suka dan terkesan dingin terhadap kebahagiaan sang majikan orang tuanya itu.

"Biar aku," Itachi membawa nampan berisikan makanan itu dengan hati-hati, tak sanggup bila melihat sang ibu harus membawanya seorang diri.

"Hmm, hati-hati!" Mikoto berujar pelan mengingatkan, mengikuti langkah kecil sang putra dari belakang, dengan nampan lain yang juga berisi makanan. Setelah menyelesaikan pekerjaan mereka, Mikoto kemudian memasak untuk makan siang sang majikan dan sekarang mereka akan mengantarkannya pada sang majikan.

Tok tok tok

Pintu besar bercat putih gading itu diketuk. "Masuk!" Terdengar suara dari sebrang sana sebagai izin, Mikotopun membuka pintu itu pelahan, memegang nampan yang dibawanya menggunakan sebelah tangan, mempersilahkan sang putra masuk duluan, diikuti dirinya setelah menutup pintu itu lagi pelan.

Terlihat seorang wanita berambut merah panjang tengah berbaring di tempat tidur, sebuah gadget keluaran terbaru berada ditangan, membuat Itachi menatapnya kesal.

"Kushina-sama ini makanannya," Mikoto meletakan nampannya dimeja yang berada disamping tempat tidur dimana wanita yang dipanggil Kushina-sama itu berbaring.

"Terima kasih Miko-chan!" Teriak Kushina girang sambil menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya kemudian menyendok sup tomat buatan Mikoto itu, mencicipinya sedikit.

Namun,,

"Huek," tiba-tiba Kushina menutupi mulutnya kemudian berlari menuju kamar mandi yang tak jauh dari tempat tidurnya, diikuti Mikoto yang mengikutinya khawatir.

"Hoek! Hoek!"

"Apa anda baik-baik saja Kushina-sama?"

Mikoto mengusap pelan tengkuk sang majikan yang tengah mengeluarkan sedikit cairan pekat berwarna merah yang adalah sup tomat buatannya, diikuti lendir lelehan air liurnya sendiri.

Tak lama merekapun kembali kekamar, Mikoto membantu Kushina berbaring ditempat tidurnya lagi.

"Maaf," ujar Mikoto pelan, merasa bersalah karena sup buatannya menjadi alasan sang majikan muntah-muntah.

"Tidak apa Miko-chan, sepertinya bayiku tidak suka tomat." Kushina berkata, menghibur sang bawahan yang sepertinya terlalu membesarkan masalah.

"Hmm, bagaimana kalau Miko-chan saja yang memakannya, sayang kalau harus dibuang kan? Dan sepertinya bayiku akan senang kalau melihat Miko-chan menghabiskan supnya." Bujuk Kushina menggunakan bayi yang ada diperutnya sebagai dalih.

Mikoto mengangguk pelan, menyendok sup tomat berwarna merah itu, menikmati hasil masakannya sendiri yang memang enak, tentu saja dengan pengalamannya dulu bekerja di restoran, memasak sudah menjadi keahlian.

Namun, berbeda dengan Itachi yang masih berada disana, memperhatikan interaksi dua wanita yang sama-sama tengah berbadan dua itu dengan hati kesal. Tangan mungilnya tak berhenti mengepal saat memerhatikan sang ibu memakan sup merah itu, sementara sang majikan memperhatikan ibunya sambil tersenyum senang, sesekali tertawa disela-sela obrolan mereka.

'Menyebalkan' dengus Itachi sambil berlalu pergi, tidak sanggup melihat kelanjutan interaksi antara ibunya dengan sang majikan lagi.

.

.

.

Itachi tidak suka, ia tidak suka melihat majikannya yang hanya tidur dipembaringannya, sedang ibunya harus bekerja tanpa lelah walau sama-sama tengah mengandung calon bayi mereka. Tidak adil.

Itachi tidak suka, ia tidak suka melihat majikannya dengan seenaknya memberikan sisa makanannya untuk ibunya. Tidakkah ia tau kalau ibunya tidak suka tomat. Harusnya ia bertanya, tidak memaksanya seperti tadi.

Itachi tidak suka, ia tidak suka pada sikap sang ibu yang seperti budak yang pasrah dan menuruti semua kemauan sang majikan. Menyebalkan.

Dan Itachi tidak suka, ia tidak suka ketika mengingat sang majikan yang dengan seenaknya menyuruhnya menjadi aniki untuk bayinya kelak. Tidak, Itachi tidak mau, dia akan punya otoutonya sendiri dan itu bukanlah bayi yang tengah dikandung sang majikan, melainkan bayi yang ada diperut sang ibu tercintanya. Jangan harap.

.

.

.

Makasih buat yg udh votemen juga follow, ya walau cerita aku ini nggak bagus, jujur aku nggak tau musti gimana nulis ini cerita. Tapi kalo diliat aku kaya bikin spoiler aja. Hha nggak papalah ya, aku msih belajar juga.
Semoga ada yang baca sukur-sukur suka, kalo nggak juga nggak papa.

Otouto (Discon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang