16 Years Later

43 15 1
                                    

Bukan tanpa alasan gemuruh langkah para murid itu berlarian. Dengan menggunakan penutup tubuh yang bercapkan lambang sekolah mereka, mereka terus fokus pada tujuan yang mereka inginkan, sehingga membuat siapa saja yang melihat lari ketakutan. Mungkin terdengar berlebihan. Tapi, itulah yang sedang terjadi.

"Yakk.. siapa yang akan mendapat gelar The Queen Classroom kali ini?"

"Heyy.. minggirlah kalian!"

"Kedudukan Queen itu masih dipegang olehnya."

"Wahh.. dia memang hebat."

"Aku ingin melihatnya."

"Aku berada di posisi berapa? Apa kau melihatnya?"

Berbagai pertanyaan dan pernyataan saling bersahutan di sekitar lobi utama. Mereka semua murid dari Melisve Education Centre yang telah melaksanakan ulangan harian. Ulangan tersebut selalu diselenggarakan oleh pihak sekolah yang bertujuan untuk melihat kemampuan akademik murid-muridnya.

Melisve Education Centre merupakan sekolah yang dikenal dengan siswanya yang memiliki potensi akademik tinggi. Jadi, tak heran mereka yang ingin masuk sekolah tersebut harus bekerja keras hanya untuk sebuah kursi di sekolah itu. Dan mereka yang memiliki sifat pejuanglah yang akan bertahan di sekolah itu lebih lama. Mengapa demikian? Karena semua yang dianggap paling sempurnalah yang cocok bersekolah di sana.

***

"Apa yang akan kau tuliskan pada whiteboard  itu?" tanya siswi yang memakai name-tag  Deranie Clineson.

"Kau akan lihat nanti," jawab teman seperjuangannya Fressia Aprille.

Setelah tahu apa maksud sahabatnya itu, Deranie mengganggukkan kepalanya. "Aku mengerti sekarang," ucap Deranie sambil menyunggingkan senyumnya karena paham akan maksud yang akan Fressia lakukan.

Mereka adalah salah satu atau sekian dari siswa yang menduduki kelas unggulan di Melisve yaitu, XI A of Melisve.

Sekarang mereka tak hanya berdua di kelas tersebut, tapi banyak siswa lainnya yang menunggu aksi baru mereka.

"Perhatian semuanya! Berhubung The Queen Classroom kita belum datang, aku ingin mengajak kalian semua untuk membuat kejutan padanya. Bagaimana? apa kalian setuju?" ucap Fressia semangat.

Semuanya mengangguk patuh. Karena mungkin, ini sudah biasa bagi mereka untuk menyambut murid yang memiliki nilai tertinggi dengan sebutan Queen yang akan disandangkan padanya. Tapi, tidak semua orang yang mendapat nilai plus akan digelari Queen, seperti...

"Lyra Knee Lautson, kau baru datang?" tanya Deranie.

Seorang gadis berparas cantik dengan rambut sebahu yang menjuntai serta polesan natural pada wajah pualamnya itu hanya mengganggukkan kepalanya sambil tersenyum menyapa. Ia pun melangkah kembali menuju mejanya yang tadi sempat terhenti karena namanya dipanggil.

"Kau tahu di mana peringkatmu kali ini?" tanya Fressia dengan nada mencemooh.

"Aku tahu," jawab Lyra dengan santai.

"Ishh.. kau memang menyebalkan. Lihatlah ekspresinya itu!" cibir Deranie.

Ketika tadi pandangan para murid berporos pada Lyra. Kini mata mereka tertuju pada seorang gadis berambut panjang yang muncul dari balik pintu.

"Queen! Akhirnya kau datang juga. Kau sudah melihat hasil tesmu?" bagai reporter  Fressia bertanya.

"Aku sudah melihatnya. Dan aku bersyukur akan hal itu," jawabnya yang membuat siswa di sekelilingnya terkagum-kagum dibuatnya
.
"Kau memang, HEBAT," teriak seseorang yang duduk di bangku tengah.

(Pain)ting Voice (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang