Prolog

59 4 20
                                    

"Pelangi, bisakah kita kembali seperti dulu?, sungguh aku nggak bisa kalau harus pisah dari kamu. Please, maafkan aku" Derel berlutut di depan Pelangi, memohon supaya mereka bisa kembali merajut kisah cinta yang dibangun sejak SMU. Derel tak bergeming untuk berdiri sekalipun kedua lututnya terasa seperti ada ratusan semut kecil yang menggigit.

Pelangi tetap berdiri mematung. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Mungkin Pelangi telah kehabisan kata untuk pria yang masih dicintainya ini, yang berkali-kali melukainya dengan penghianatan. Pelangi sedikitpun tak menaru iba pada pria tampan yang kini masih kekeh bersujud memohon maafnya.

"Kenapa kamu diam, Pelangi?. Kalau kamu masih marah?, kecewa sama aku?, pukul aku Pelangi!, pukul aku!. Maki, ayo caci maki aku!. Tapi please, jangan diamin aku kaya gini," ujar Derel frustasi sambil menangis dan mengusap kasar wajahnya

Pelangi tetap diam, tak ada gerak maupun respons apapun. Tubuh Pelangi kaku di tempat masih sama seperti tadi

5 menit kemudian

"Sebaiknya kamu pulang sekarang!," Pelangi mulai membuka suara "tak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kita sudah berakhir" Pelangi lalu melangkah membuka lebar pintu apartementnya, mempersilahkan Derel untuk segera pergi

Seolah telah memahami apa yang Pelangi inginkan. Derel dengan wajah lesu mencoba berdiri. Tampak beberapa kali hampir terjatuh karna menahan keram di kakinya. Derel melangkah menyusul Pelangi di depan ambang pintu tapi kemudian dia menarik tengkuk Pelangi kasar dan mulai melumat habis bibir Pelangi tanpa ampun dan menggiring menuju sofa. Pelangi mencoba berontak tapi kekuatannya tak sebesar Derel. Derel mulai merobek seluruh pakaian yang dikenakan oleh Pelangi.  Pelangi terus berusaha menendang, mencakar dan memukul tapi sia-sia. Tiba-tiba, Pelangi merasakan beban tubuh Derel yang menindihnya terasa lebih ringan dan

Bugh..... bugh.. bugh
Seorang pria bertubuh lebih kekar dari Derel sudah menduduki Derel dan menghujani wajah Derel dengan bogem mentah. Darah segar mengalir dari pelipis, hidung dan pinggiran bibir Derel. Pelangi tak dapat mengenali wajah orang yang menolongnya ini sebab posisinya membelakangi Pelangi. Setelah merasa telah cukup menghajar Derel, lelaki berkulit putih dengan tubuh atletis itu berdiri dengan napas yang tersengal-sengal

"Lebih baik sekarang kamu keluar!. daripada saya memanggil pihak keamanan di apartement ini untuk membawa kamu ke kantor Polisi. dan ..., satu lagi, jangan pernah ganggu Pelangi karna Pelangi adalah calon istri saya" Randy membalikan tubuhnya dan tersenyum menatap Pelangi yang masih duduk bingung tak berdaya karna syok dengan semua kejadian yang terjadi

Deg!
Randy ..., dia kan tetangga apartement yang menolong aku kemarin malam. apa maksud dia kalau aku adalah calon istrinya? Pria pencinta one night stand ini ada-ada saja. Aku harus lebih berhati-hati karna sepertinya Randy dan Derel setipe. Di awal mereka care tapi ujungnya pasti menyakiti dengan sifat playboy mereka. Oh, Tuhan! Selamatkan aku ...."

Readers,! Apakah Pelangi nanti bakalan sama Derel? atau sama Randy?. Atau juga Pelangi malah nggak akan pilih keduanya?.  Penasaran kan?. baca next chapter aja ya!. kalau suka ceritanya, boleh banget masukan ke librarynya biar kalau author update kalian bisa baca ..., hehe, jangan ketawain author yang ngarep setinggi langit ini

Cerita ini memakai alur maju-mundur. Happy reading. Moga kalian suka ama ceritanya. Koment and vote ya! Thank you

Thanks juga buat yang sudah kasih kritik & saran. Prolog ini akhirnya bisa author edit habis-habisan untuk membuat ceritanya jadi menarik. Somoga yang pernah mampir ke cerita ini dan yang sudah kasih saran serta kritikan nggak kecewa. Leganya!.

Author tunggu feedbacknya. Thank you

Pelangi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang