1

19 0 0
                                    

Bandung, 02:00 am

Tepat pukul 02:00 aku terbangun dari mimpi dan sudah tiga bulan terakhir aku terbangun pukul 02.00 tepat pukul 2 tidak kurang tidak lebih.

"Yammpunnn kebangun lagi.Nonton aja deh".

Sedang asyik menonton Disney Channel, tiba-tiba sebuah guling mendarat di hadapan mukaku.Pasti ini ulah Kaila, anak perempuan kedua di rumah ini.

"Kaakkk"
"Hmmm..."
"Ih kakak jangan nyalain TV malem malem!Kebiasaan!"
"Suka-suka kakak dong"
"Orang mau tidur kakak!Liat jam dong kak!Sadar waktu kakak!"
Aku menghiraukan ocehan Kaila karna menurutku itu sungguh tidak penting, lebih baik aku mendengarkan suara panci jatuh daripada harus mendengarkan suara Kaila.Entah motivasi apa yang membuat Kaila tiba-tiba melemparkan kembali gulingnya.

Untuk kali ini aku membalasnya dengan tatapan sinis.

"Nih kakak matiin TVnya,puas?"
"Sungguh sangat puas"
"De,kakak mau tahajud dulu,mau tahajud ga de?"
"Hmmmm..."
"Eh.. itu anak malah tidur lagi".

Kubuka pintu dengan perlahan agar orang rumah tidak terbangun.
Sesampainya di kamar mandi, aku langsung mandi.Jangan heran jika aku dalam sehari mandi 3 kali sehari, tapi ini semenjak tiga bulan terakhir.

Selesai mandi, aku langsung mengambil air wudhu dan langsung menuju kamar.Berhubung ini adalah hari Sabtu, aku memakai pakaian rumah yang biasa saja.

Ku hamparkan sajadah di atas lantai putih kamar.Di saat sujud terakhir sholat, aku berdoa

"Ya Allah, doa aku untuk kali ini kembali tentang dirinya.Ya Allah jika memang dia jodohku maka jagalah dia dan pertemukkan kami pada waktu yang tepat.Ya Allah aku mohon jika dia memang bukan jodohku, tolong jauhilah dia, agar aku tidak terlalu jatuh.Aminnn".

Setelah selesai sholat,ku rapihkan kembali sajadah dan mukena lalu mengembalikannya ke tempat semula.
Aku pun kembali membaringkan badan diatas kasur,menarik selimut,menutup mata.Baru juga memejamkan mata, Kaila kembali menimpuk guling ke arah wajahku.

"Kakkkk"
"Hmm..."
"Kakak ambilin minum,ade haus"
"Ambil sendiri"
"Ade takut ke dapur ka,terakhir kali ade ke dapur, ade denger suara gelas pecah."
"Itu palingan Ica yang lagi cari makanan"
"Ahh kakak temenin"
"Ga".
"Yaudah, aku ga jadi minum.Biar adik kakak satu satunya mati kehausan".
"..........."

Aku pura pura tertidur sampai akhirnya aku benar-benar tertidur.

Tepat pukul 04:15, Kaila mencubit pipiku.Jujur saja aku paling tidak suka jika seseorang menyentuh pipi, kecuali ibu dan ayah.Dengan setengah sadar aku bangun dari kasur dan berlari menuju mushola atas agar Kaila tidak mengganguku saat sholat.

Bukannya menjadi fokus sholat karena tidak ada Kaila, aku malah tidak fokus karena A Ghani sedang bermain XBox di mushola.Jika A Ghani sudah memainkan XBoxnya,satu komplek akan tahu jika ia sedang bermain Xbox karena ia akan teriak dengan lantang tak peduli dengan orang sekitarnya.

"A,bisa ga mainnya di kamar aja?"
"Engga de"
"A,aku mau sholat".
"Ya,sholat aja de".
"Tapi kan Aa berisik, gimana aku mau fokus."
"Iya iya aku main di kamar kamu aja ya de"
"Engga A,kenapa ga di kamar Aa aja sih!"
"Males ah, Aa lagi males liat kamar,berantakan".
"Engga mau A,nanti kamar aku yang di acak acak.Aku bakal teriak kalau Aa gak keluar".
"Aa ga bakal keluar".
"Aaaaaaa".
"De, Aa belum sholat.Kamu mau ngusir orang yang mau sholat?"
"Jadi daritadi belum sholat?"
"Iyaaa..."
"Yaudah kalau gitu Aa jadi imam".
"Iyalah Aa jadi imamnya, masa lu de".

Sehabis sholat,aku kembali menuju kamar lalu mengambil handuk dan pergi mandi.Selesai mandi,aku bersiap-siap untuk berolahraga mengingat hari ini hari libur.

"Ibuu..Aku mau lari di Sabuga ya,udah lama ga olahraga nih."
"Iyaa boleh".
"De, gue ikut lu dong ke Sabuga".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepucuk Surat Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang