3

1 0 0
                                    

         Aku pulang dengan letih tak bersemangat. Jelas aku tak bisa kabur lagi dari Axel. Tinggal menunggu kekacauan apa yang akan terjadi nanti. Baru sampai di depan rumah, aku langsung tercengang. Banyak orang di rumahku, mereka sibuk mengemasi barang-barang ku. Lalu seorang lelaki berjas hitam berbadan tinggi berjalan ke arahku. Ia membungkuk hormat pada ku.
           "Selamat siang nona,saya adalah pengawal Anda mulai sekarang,Bara.Tuan Axel memerintahkan saya untuk membawa Anda pergi ke rumah yang telah disediakan untuk Anda." katanya. Oh Tuhan, ini adalah kekacauan yang ku maksud. Axel benar-benar sikap posesifnya kambuh.Tanpa bertanya lagi,aku langsung di bawa kedalam mobil.
          Mobil berhenti di rumah yang sangat besar bagaikan istana. Halaman nya saja luas dengan air mancur di tengah
Halaman. Tetapi banyak bodyguard yang berjaga di sekeliling rumah. Begitu juga yang di dalam rumah. Jadi ini rumah atau penjara bagiku.
           "Saya kepala pelayan di sini, Karina. Jika nona butuh bantuan panggil saya." seorang wanita paruh baya mendekati ku. Meskipun ia sudah paruh baya ia masih kelihatan muda dan segar.
          "Dimana kamarku?" tanyaku.
          "Ada diatas,mari saya antar" ia lalu mengantarku ke lantai atas rumah ini. Kamarku ada di ujung lorong ini. Di depan pintu kamarnya sudah ada dua orang yang menjaga. Segera aku memasuki kamar aku mengambil ponselku lalu menghubungi Axel.
           "Axel,bukankah ini berlebihan? Kau ingin mengurungku disini?" tanya ku marah.
          "Ini yang terbaik untukmu" jawabnya singkat.
           "Terbaik? Bisanya kamu bilang begitu." kataku tak percaya dengan semua ini.
            "Kita akan bicara lagi nanti, aku sedang rapat." katanya langsung menutup telepon.
Sungguh tak bisa dipercaya banyak kejadian yang terjadi hanya dalam satu hari saja,hidupku berubah 180 derajat hanya dalam sehari,bagaimana kehidupan ku setelah ini. Memikirkannya saja sudah membuat ku pusing. Aku berbaring ditempat tidur,memejamkan mataku,membayangkan ku sedang berbaring di Padang rumput yang luas,dengan angin yang berhembus menyentuh pipiku. Aku selalu melakukan ini setiap kali aku merasa pusing dan tak bisa berfikir lagi.
          Tanpa terasa aku ternyata ketiduran, mentari pagi yang masuk melewati kaca kamar membangunkan ku. Saat ku membuka mataku Axel tertidur di samping ku,mengahadapku,tangannya memegang tanganku. Perlahan aku mencoba melepaskan tangan ku darinya. Tiba-tiba tangannya malah memegang ku semakin erat membuatku kaget.
           "Jangan pergi" katanya dengan mata yang masih tertutup. Matanya terbuka lalu menarik ku kearahnya,memelukku.
           "Tetaplah seperti ini untuk sebentar saja,ku mohon" katanya lagi. Untuk beberapa saat aku merasa blank. Lalu aku segera tersadar dan memberontak mencoba lepas dari pelukannya. Ia menahan ku erat jadi aku mengigit tangannya. Akhirnya ia melepaskanku dan segera aku turun dari tempat tidur. Ia nampaknya marah padaku,matanya bersinar tajam. Ia berdiri dan berjalan ke arah ku.
             "Stop!" kataku tapi kali ini ia tak mau menurutku ia tetap berjalan ke arahku.
             "Kau gila!? Jangan mendekat." ia sudah ada di depanku memegang tanganku. Ia melihat ku tajam. Aku menjadi takut karena tatapannya itu.
             "Pergilah mandi,lalu turun sarapan" katanya lalu tersenyum tipis. Kemudian melepas tanganku,berjalan keluar. Kakiku yang tadi gemetar langsung jatuh lemas. Mataku memerah menahan tangis, kemudian aku berteriak melepas rasa frustasi ku. Seperti nya ini awal pagi yang buruk. Tapi kelihatannya burung-burung terbang dengan indah pagi ini.
            
       
           

wingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang