ada rasa takut di hatinya ia resah ia bimbang semuanya ada di hati dan kepalanya berkali-kali ia tarik dan hembuskan nafasnya sesekali ia melihat mobil hitam yang sudah terparkir di garasi. apa lagi ketika ia melihat dari luar lampu ruang tamu belum mati.huft sudahlah memang ini resikonya lagi-lagi ia akan terkena amarah sang ayah.
cklek
benar saja saat ia masuk kedalam ayahnya juga bundanya berjalan menuju ke arahnya. wajah sang ayah terlihat merah menahan amarah sedangkan sang Bunda ekspresinya sulit diartikan.
Ayahnya tak lagi berbicara ia makin mendekat dengan cepat ia menampar pipi frieska hingga wajah frieska berpaling.sakit tidak itu sudah biasa baginya tamparan sang ayah tidak sakit dibandingkan jika semua hasil yang diraihnya tidak dipedulikan itu yang sakit
" ayah tidak tau lagi bagai mana jalan pikiran mu Frieska kamu bolos sekolah hanya karna mengikuti latihan basket kamu melanggar semua perkataan ayah kamu tidak pernah memikirkan masa depan mu yang kamu pikirkan hanya basket basket dan basket kamu tidak pernah mau berubah kamu tidak pernah mau seperti melody yang selalu menuruti perintah ayah kamu hidup seolah tanpa tujuan kamu tidak pernah berfikir betapa khawatirnya ayah ketika kamu latihan kamu"" ayah salah!! ayah berbica seolah semua yang aku lakukan disaksikan oleh ayah ayah berkata seolah tidak memikirkan aku ayah tidak pernah tau tentang aku aku tidak membolos sekolah aku lulus tahap penyeleksian dan sekolah mendukung sedangkan ayah? aku tidak bisa seperti Melody karna aku Frieska bukan Melody ayah selalu menyalahkan mimpiku karna kejadian itu ayah mengira semua itu karna basket tapi ayah salah ka Citra meninggal bukan karna basket mimpinya yang sama dengan ku tapi itu takdirnya aku lelah aku muak dengan semuanya.tidak ada yang mendukung ku tidak ada yang peduli dengan mimpiku aku tidak suka dibanding-bandingkan tapi ayah tetap saja begitu ayah tidak pernah merasa kalau ayah berkali-kali.membuatku sakit membuatku menangis yang ayah tau hanya aku yang selalu salah dimata ayah!! aku lelah!! aku muak!!" berakhirnya kalimat yang diucapkan frieska ia langsung masuk kedalam kamarnya membanting pintu dengan keras menguncinya dari dalam lalu ia terduduk dibelakang pintu sambil menangis ia baru saja mengungkapkan semua yang ia rasa dengan amarah ia tau sebesar apapun usahanya ayahnya tetap sama tidak berubah
" ayah akan bertindak lebih jauh dari ini ingat itu frieska"
Dan bersamaan itu juga ia melempar asal tasnya ia menghentakkan kakinya ia berteriak ia menangis keras malam ini ia merasa ia begitu lemah biasanya ia tak pernah menangis namun kali ini ia bukan hanya menangis namun juga meraung