Pulang kerumah saat waktu sudah menunjukkan jam 20:30 dengan masih mengenakan seragam sekolahnya sudah pasti orang yang melihat mengecapnya bukan gadis baik bahkan memang sudah banyak orang yang berkata dia bukanlah gadis yang baik namun semua itu ia tak pedulikan ucapan mereka.bisa dipastikan setiap seminggu 4 kali ia pasti pulang malam bahkan terkadang lebih malam lagi teman-teman di sekitar rumahnya sudah banyak yang menegur namun ia acuhkan orang tuanya sudah sering sekali bahkan setiap hari namun ia tetap saja acuh tidak ada perubahan didirinya bahkan sekarang Ayahnya tidak lagi berkata lembut untuk menegur sang anak ketika pulang sampai malam namun ia bentak Ayahnya tak lagi memberikan nasihat namun hukuman yang ayahnya berikan namun tetap saja Frieska tak berubah.Ayahnya membenci Hobby dan mimpinya itu yang membuat frieska berubah bukan lagi membenci hobby dan mimpi frieska namun melarang bahkan seakan mengharamkan.jika saja sang ayah mendukungnya ia tak akan seperti ini tak akan mempunyai sifat seperti ini.walaupun sang Ayah membenci mimpinya namun ia tetap jalankan tetap berusaha meraihnya disisi mimpi itu adalah keinginannya sejak kecil,mimpi itu juga permintaan sang kakak yang sudah pergi jauh ke alam yang beda ia sudah berjanji pada dirinya sendiri dan pada sang kakak untuk mencainya walaupun sulit ia tetap jalani.walaupun sering kali mendapat tamparan ia tak peduli walaupun ia sering sekali melihat air mata sang bunda jatuh ketika melihatnya tersakiti namun ia berusaha seolah ia tak apa ia tak mau dibilang lemah.ia masih bertahan walau terkadang apa yang diraihnya dan apa yang diraih kakak keduanya sang Ayah lebih membanggakan apa yang diraih kakak keduanya ia biarkan saja ia berpikir apa yang dia raih untuk dirinya bukan untuk mendapatkan pujian ayahnya.sebenarnya sang bunda dan sang kakak tidak masalah dengan mimpi frieska mereka juga tak melarang bahkan terkadang mereka memberikan samangat walau tak dirasa itu semua mereka berikan ketika sang ayah tak ada dirumah karna pesan sang ayah yang menyuruh keduanya untuk tidak mendukung mimpi frieska.beda ketika sang ayah ada diantara mereka,mereka hanya diam menatap iba ke arah frieska melihat frieska tersakiti sebenarnya mereka juga merasa tersakiti juga. namun mereka terlalu patuh terhadap sang ayah itu juga yang menjadikan frieska berubah ia tak peduli sekitar.terlebih lagi sekarang Frieska membenci kakaknya ketika dirumahpun walau Melody menyapa ia acuh seolah tak kenal sang bunda sering mengingatkan namun ia acuhkan juga.
cklek
lampu yang semula mati kini hidup terlihat sang bunda berjalan mendekat kearahnya frieska menghembuskan nafasnya pelan untung saja bukan Ayahnya walaupun ia tetap mendapatkan teguran tapi setidaknya teguran itu teguran dari bunda yang pasti tidak kasar dan ia juga merasa lega setidaknya ia tidak dibentak-bentak bahkan diceramahi sampai ia lelah
"untung saja ayah belum pulang" sang bunda berhenti berbicara sejenak sambil membelai rambut frieska menatap sedih ke anaknya yang sekarang sudah berubah.dihadapannya bukanlah frieska yang seringkali manja padanya namun sekarang menjadi frieska yang acuh padanya bahkan pada keluarganya ia tau ini bukan salah frieska sepenuhnya namun juga bukan salah sang ayah juga ia ingin membela tapi ia takut takut frieska makin tersakiti. " bunda sedih liat kamu terus dibentak ayahmu nak" benar saja ketika melihat wajah anaknya yang terlihat sangat lelah air matanya menetes. tangan frieska kini menyentuh wajah sang bunda menghapus jejak air mata disana ia tak ingin bundanya sedih ia sangat menyayangi sang bunda "aku ngga lemah jadi bunda ngga usah takut aku ngantuk aku mau istirahat " frieska mencoba acuh tak peduli pada sang bunda tapi nyatanya ia tak bisa ia tak sanggup tadi nya ia ingin mendekap erat sang bunda ingin menumpahkan semua rasa dihati yang ia pendam ingin menumpahkan air mata yang ia tahan ingin mengungkapkan kata yang ia simpan namun semua hanya angan saja ia tidak melakukannya ia tak bisa melakukannya lagi-lagi ia berteriak dalam hati. entah terbuat dari apa hatinya itu ia begitu kuat menahan semuanya sendiri ia ingin protes pada tuhan tapi ia sadar ia tidak akan bisa ia pum sadar yang harus ia lakukan ialah berdoa dan mengadu pada tuhan bukan protes.ia pernah berfikir apa ia menyerah saja karna ia tau sampai kapan pun ayahnya selalu membenci akan mimpinya itu ia sadar ayahnya tak akan pernah mendukungnya jika sang ayah masih begitu saja bundanya dan melody bisa apa? namun semua ia tepis jauh-jauh setelah ia merasa jika ia menyerah ia sama saja seperti orang yang sangat lemah yang tak mampu berjuang.
***
"apa saja yang kamu lakukan kamarin?" wajahnya yang tegas kini sangat terlihat jika ia sedang bicara pada anak bungsunya walaupun ia sedang menyantap sarapan paginya.frieska pun sama wajahnya terlihat sangat datar dan tatapan matanya juga terlihat tajam jika berbicara dengan ayahnya.sambil menyantap makanannya ia berbicara dengan santainya "belajarlah" terdengar biasa saja tidak ada nada ketakutan disuaranya meskipun ia tau percuma saja ia berpura-pura ayahnya juga pasti sudah tau apa saja yang dilakukannya ia juga tau resikonya meskipun ia jujur ataupun berbohong
" kamu tidak perlu berbohong ayah tau apa yang kamu lakukan kemarin" sang ayah menghentikan aktifitas makannya " kalau ayah tau kenapa bertanya ?" sudah pasti bukan itu jawaban yang diinginkan ayahnya.putrinya berubah dan ia mengira ini karna mimpi sang putri bungsunya itulah salah satu alasan kenapa ia sangat benci dengan mimpi anaknya " apa kamu tidak lelah selalu ayah bentak selalu ayah hukum jaga cara bicaramu pada orang tua" sang istri yang disampingnya mencoba memberi ketenangan pada sang suami sedang kan melody anak kedua di keluarga itu hanya bisa diam.
"huft terus ayah mau aku bagaimana lagi pula percuma juga ayah akan selalu seperti itu" lalu dengan santainya ia melangkahkan kaki meninggalkan ruang makan tanpa mencium tangan juga tanpa berpamitan pada orang tua nya.jujur saja ia lelah dengan sifat ayahnya ia muak dengan semuanya ia ingin keluarkan semua rasa kesal,kecewa,sedih dan sebagainya namun semua itu selalu tertahan entah sampai kapan ia bertahan.
ia ingin pergi tapi tak bisa ia sadar ia tak akan bisa pergi itu sama saja ia membunuh impiannya.
tinn tinn
dia tak menoleh namun bergeser jalannya ia tau ada mobil yang terhalang jalannya karna dia tapi kini mobil itu terus mengklakson membuat kemarahannya memuncak
" saya sudah minggir apa tidak ada jalan lain untuk anda lewat?!!" bahkan orang lain menjadi korban akan kemarahannya"JEJE!!" dan... itu bukan orang lain itu sahabatnya sahabatnya yang mempunyai mimpi yang sama
"hehe udah yuk bareng gue aja dari pada telat" tanpa babibu lagi frieska masuk ke mobil yang dikendarai Jeje terkadang ia iri dengan jeje karna jeje bebas mengejar mimpinya sedangkan ia????
"tumben lo ngga bareng ka Melody atau ayah lo" aish baru saja ia tenang sekarang Jeje menyebutkan kedua nama orang itu yang membuat emosinya naik.seakan tau maksud dari raut wajah sahabatnya itu Jeje mengangguk ia sudah biasa melihat frieska seperti ini ia tau tentang ayah frieska dan juga bunda serta melody karna ia cukup lama kenal dengan frieska namun sampai sekarang ia tidak pernah melihat frieska menangis atau menumpahkan rasa kesalnya dihadapannya ia setiap hari bertanya-tanya kenapa sahabatnya bisa sekuat ini?
"ribut lagi ?" frieska tersenyum miris ia memilih menayap ke luar jendela.ingin sekali ia menumpahkannya namun selalu tak bisa selalu ditahan.
"huft jam 7:05 telat ga papa kan? lomba antar kelas ini dan ga juga belajar kan?" oke sudah cukup ia sadar ia memang tak bisa membantu frieska tapi setidaknya ia akan mendengarkan semua keluh kesah frieska ia bersedia menjadi sandaran frieska ia bersedia menjadi tempat frieska menumpahkan segala rasa kesal dan kecewa ia bersedia punggungnya basah karna air mata frieska ia ingin frieska membagi rasa sedihnya ia ingin menjadi sahabat terbaiknya.