2. Study Helper

33 9 4
                                    

*flashback*
Derasnya hujan dan kencangnya tiupan angin tidak membuat Nandya putus asa. Ia menutup kepalanya dengan hoodie dan mendekap tubuh dengan kedua tangannya. Ia berjalan cepat berharap dengan sekejap mata ia bisa langsung sampai di tempat tujuannya. Namun Nandya malah merasa setiap langkah kakinya justru membuat ia semakin jauh dari tempat yang ia tuju. Nandya menangis, tapi ia tidak peduli karena ia menangis bersama hujan. Hujan bisa menemaninya ketika semua orang tidak ada untuknya.

Namun, beberapa saat setelah itu.. pandangannya berubah gelap,ia tak bisa menggerakkan tubuhnya.

4 jam kemudian....

Nandya mengerjapkan kedua matanya. Ia bisa merasakan bantal empuk yang mengganjal kepala dan selimut hangat yang membalut tubuhnya. Dari aroma yang ia cium, ia mengambil kesimpulan kalau ia ada di dalam kamar. Ia tidak tahu ini di rumah sakit atau tidak, ia tidak melihat adanya tabung oksigen atau selang infus.

"Sudah bangun rupanya..", Nandya menoleh ke suara wanita tua yang masuk ke kamar itu.

"Maaf.. saya dimana?", Tanya Nandya penuh rasa ingin tahu. Ia tidak mau kalau ternyata ia di culik lalu di perkosa atau bahkan di bunuh. BIsa saja kan wanita tua itu jahat dan ingin memperdayainya. Namun, setiap Nandya ingin beranjak, ia tak bisa bergerak dari kasur. Tubuhnya sangat ngilu.

"Kamu pingsan di depan jalan rumah ini..", jawab wanita itu seraya menaruh baki makanan yang ia bawa di meja kecil di sebelah tempat tidur.

"Pingsan?? Berapa lama?", Nandya mengira-ngira waktu. Seingat Nandya terakhir kali ia sadar, ia sedang kehujanan.

"Sekitar 4 sampai 5 jam. Ini makan dulu..", wanita tua itu menyodorkan mangkuk berisi sup ayam kepada Nandya. Secara spontan Nandya menolak, "Tidak usah, terima kasih. Saya harus pergi sekarang", dengan penuh susah payah Nandya ingin membangkitkan tubuhnya, tapi ia malah terpaku seperti orang lumpuh.

"Lo gak akan bisa bergerak..", suara lelaki terdengar dari ambang pintu. Nandya menoleh ke arahnya. Ia melihat seorang cowok dengan tato di pundak, rambutnya yang sedikit panjang, dan memegang sepuntung rokok di antara jemarinya.

"Maksud nya??", Nandya mengernyitkan dahinya.

"Ya elo kedinginan, nenek gue udah bikinin sup buat lo dan mending lo makan sekarang biar hangat," jelasnya dengan dingin. Nandya baru pertama kali mendengar suara sedingin ini.

"Yaudah, nenek tinggal dulu ya,kalo perlu apa-apa nenek ada di ruang tengah.", kata wanita tua itu lalu kembali menaruh mangkuk berisi sup di atas baki. Sesaat si nenek keluar kamar, cowok yang masih ada di depan pintu masuk ke dalam kamar lalu menutup pintunya. Ketika cowok itu menutup pintu, Nandya bereaksi panik, takut-takut lelaki itu berniat jahat.

"Gue gak bakal nyentuh lo kok.", jawab lelaki itu menyadari ketakutan Nandya.

"Kenapa gue bisa ada disini?",

"Siapa suruh pingsan di depan rumah gue?"

Mata Nandya memandang ke sekeliling kamar. Ia bisa mengetahui kalau ia di tempatkan di kamar tamu. Nandya mengetahui dari debu yang ada di lampu tidur dan lemari kayu yang warnanya masih terlihat seperti baru. Nandya menelan ludah lalu ia berkata, "Gue?? Pingsan?"

Cowok itu mengangguk, "Mangkanya lain kali jangan ujan-ujanan. Udah tau ujan deres banget terus anginnya kenceng gak karuan, ngapain coba?"

"Bukan urusan lo. Sekarang gue bener-bener harus pergi", Nandya berusaha menggerakkan kakinya dan ia berhasil menaruh kakinya ke pinggir tempat tidur lalu ia duduk.

When I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang