Nandya, Jasmine, dan Kintan—teman sekelas Nandya yang juga kandidat Study Helper berjalan beriringan menuju ruang OSIS. Hari ini Fanny meminta semua kandidat Study Helper berkumpul di ruang OSIS untuk membahas masalah ini lebih lanjut. Fanny juga sudah berkonsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai program tersebut yang ia dan wakilnya ajukan. Bu Rima—Kepala Sekolah yang terkenal gaul itu sangat setuju dengan program Study Helper, sehingga beliau dan guru BP membantu Fanny dan Tendra membagikan nama-nama siswa yang perlu di bimbing oleh para Study Helper. Untungnya, satu orang Helper hanya mendapat satu orang yang harus dibantu.
"Gue takut nih..", seru Kintan dengan nada ketakutan.
"Takut kenapa??", Jasmine mengernyitkan dahinya. Kintan yang terkenal percaya diri sekarang mengaku sedang ketakutan.
"Ya itu.. Study Helper.. gue tau kok itu program yang positif, tapi gue takut.. takut dapet anak yang macem Zidan..", Kintan bergidik ngeri membayangkan kalau-kalau ia ditakdirkan harus membantu Zidan. Cowok kelas 11 IPS 4, paling-paling-paling bandel se-angkatan.
"Ih amit-amit gue juga males ngurusin Zidan!! Mana dia pervert banget kan orangnya!!", Jasmine ikut berseru. "Lo gak takut dapet Zidan, Nan??", Jasmine menyenggol lengan Nandya dengan sikunya.
"Eh?"
"Jangan bengong Nan, nanti dapet Zidan loh..", kata Kintan yang membuat ia dan Jasmine tertawa.
"Apaan sih?! Makasih banget dapet Zidan!"
Tak lama kemudian, Fanny dan Tendra datang ke ruang OSIS dan semua orang yang ada di ruangan itu diam seketika. "Langsung kita mulai saja ya..", Tendra menutup pintu lalu duduk di sebelah Fanny.
"Kali ini rapatnya gak akan se-lama kemarin kalau kalian tidak ada yang komentar setelah Saya bicara, terimakasih", kata Fanny lalu ia membuka buku catatannya. Para Study Helper hanya diam dengan penuh tanda tanya setelah sadar kalau Tendra baru saja menaruh puluhan folder diatas meja.
"Saya gak akan membacakan nama-nama anak bandel yang harus kita benahi, tapi...."
"Tapi Saya dan Fanny akan membagikan folder ini sesuai nama kalian—"Tendra menyandarkan tangannya di tumpukan folder itu sambil melanjutkan kalimat Fanny"—dan didalamnya ada nama siswa yang harus kalian bantu beserta catatan guru-guru termasuk Bu Rima"
Para Study Helper ber-oh-ria setelah mendengar penjelasan Tendra dan tanda tanya yang memenuhi pikiran mereka seketika memudar.
"Kalau begitu, saya akan memulai dari kandidat IPA", kata Fanny lalu memanggil kandidat kelas 11 IPA pertama, "Rosie Evelyn". Sedangkan Tendra beranjak ke sebrang ruangan berkumpul dengan kandidat kelas 10 lalu membagikan folder itu persis seperti yang di lakukan Fanny. Tendra dan Fanny belum membagikan folder Study Helper kelas 12 karena baru setengah yang datang dari jumlah seharusnya.
Rosie bangun dari kursinya dan mengambil folder yang tertera namanya. Dengan segera ia membuka folder itu dan membaca isinya. Ia bernafas lega. Isi folder itu sesuai dengan ekspetasinya.
"Marco..", lanjut Fanny.
"Marco gak masuk, lagi sakit dia", jawab Aga yang merupakan teman sekelasnya.
"Oh gitu, kalau gitu Aga dulu deh.. ini folder nya..", kata Fanny sambil menyerahkan folder berwarna krem kepada Aga. Cowok kacamata itu membaca judul folder itu 'Teruntuk Helper 11 IPA, Aga Baswara. Good Luck!'. Perlahan Aga membuka folder dan membaca isinya. Di situ dijelaskan kalau ia harus membantu Poppy Kamila. Awal-awal masuk sekolah, Poppy termasuk anak yang lumayan pintar di kalangan 11 IPA. Namun sejak ia berpacaran dengan Zidan, prestasinya menurun dan jadi jarang masuk sekolah. Padahal Poppy itu cantik dan baik, sayangnya ia terbawa pengaruh lingkungan Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You
Ficção Adolescente"When I met you, everything's changed, Ga.." ♡♡♡ Pertama kali Nandya bertemu Genta, ia mengira cowok yang setahun lebih tua darinya itu akan menjadi segalanya. Menjadi seseorang yang bisa menyayangi Nandya dengan semua jurus romantis dan tatapan ma...