SLY 1

171 19 5
                                    

Delapan tahun yang lalu...

ABBY POV

"Ansell, berhenti menggangguku!" gerutuku karena Ansell terus mengusikku.

Kami berdua sedang berada di rumahnya mengerjakan PR Matematika. Aku sedang berbaring tengkurap di atas karpet berbulu di lantai kamarnya sedang dia berada di depanku dengan posisi yang sama. Dia sama sekali tidak mengerjakan tugasnya, malah terus menggangguku. Dia menarik buku yang sedang aku salin, mencoret buku saat aku sedang mempelajari soal, mencolek hidungku dan meniup mataku. Ada-ada saja yang dia lakukan untuk menggangguku.

Aku memundurkan tubuhku seperti tentara yang sedang latihan merayap, dan dia akan semakin maju ke depan agar tidak jauh dariku dan bisa terus menggangguku.

Mulai kesal dengan tingkahnya, aku memukul keningnya dengan pulpen yang sedang aku pegang.

"Awww!!!" pekiknya sambil mengusap bagian yang aku pukul. "Berhenti menganiayaku!"

"Dan kau juga harus berhenti menggangguku!" jawabku.

"Aku selalu suka lihat kamu marah, Angel," katanya lagi sambil menaikturunkan alisnya dua kali.

"Berhenti memanggilku Angel. Itu bukan namaku," gerutuku. Entah sudah berapa kali aku memintanya berhenti memanggilku dengan nama itu tapi dia selalu mengabaikanku.

"Namamu adalah Abigail Adelicia. Aku tahu itu. Tapi kamu seperti malaikat di mataku," katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku hanya mendengus mendengarnya dan kembali menyalin tugasku ke dalam buku tulis. Tinggal beberapa soal lagi dan aku bisa pulang ke rumahku. Sebenarnya aku dan Ansell berada dalam kelas yang berbeda. Tapi karena guru Matematika kami sama, akhirnya kami selalu mendapat PR yang sama. Jadi kami selalu mengerjakan tugas bersama. Terkadang dia ke rumahku atau terkadang aku yang ke rumahnya.

Tapi kami memang hampir selalu bersama. Entah itu di sekolah ataupun di rumah. Itu karena rumah kami yang bersebelahan. Kami mulai akrab sejak beberapa tahun yang lalu, ketika keluarga Ansell pindah ke samping rumahku. Sejak saat itulah persahabatan kami terjalin.

"Berhenti meniup mataku, bodoh!" kataku saat mataku kembali ditiup entah untuk keberapa kalinya sejak aku berada di kamar ini. Aku melototkan mataku padanya yang hanya dibalas dengan senyum jahilnya. "Lanjutkan pekerjaanmu atau kamu akan dihukum karena tidak mengerjakan PRmu."

"Aku suka melihatmu marah. Seperti nenek Lampir," katanya sambil terkikik geli. Aku mengangkat tanganku dan siap memukulnya dengan pulpen yang sedang aku pegang tapi dia dengan cepat merayap mundur. Lalu dengan serius membaca bukunya. Aku yakin dia hanya ingin menghindar dari pukulan dan amukanku.

Aku kembali melanjutkan tugasku. Selama beberapa menit aku mengerjakan tugasku dengan tenang tanpa gangguan dari Ansell. Aku meliriknya sekilas untuk melihat apa yang dia lakukan. Ternyata dia sedang menggambari buku tugasnya. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan kembali fokus pada tugasku.

Akhirnya... selesai juga. Aku menutup bukuku dan membalik tubuhku menghadap langit-langit kamar. Aku berbaring telentang sambil memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh dan mataku. Aku akan pulangke rumah setelah aku berbaring sebentar. Karena kalau di sini terlalu lama, maka aku akan mendengar teriakan mama dari rumahku yang berada tepat di sebelah rumah ini.

Aku membuka mataku karena merasa ada angin yang berhembus pelan ke arah wajahku. Sangat pelan.

Aku membuka mata perlahan dan sangat terkejut saat mataku bertemu dengan sepasang mata cokelat gelap yang balas menatapku dengan jarak yang sangat dekat. Wajah Ansell berada di atas wajahku. Ansell sedang tengkurap di atas kepalaku dengan wajah di atas wajahku.

STILL LOVING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang