#01

261 6 0
                                    

  Hidup seorang gadis cantik ini memang dirasa kurang adil. Susah payah ia mempertahankan cinta yang sudah digenggamnya. Namun, semua harus rela dilepas begitu saja.
.
Orang tuanya selalu menentang apapun yang gadis itu lakukan jika memang menyangkut masalah teman special, alias pacar. Mereka selalu berpegang teguh pada tradisi keluarga.
.
Bahkan, ia pernah dikurung seharian didalam kamar hanya karena ketahuan sedang jalan berdua dengan pacarnya. Dan, alasannya selalu sama.
.
"Kalian bukan muhrim. Gak baik kayak gitu. Kalo memang mau berteman, silahkan. Jangan ada kata pacaran. Ingat tradisi kita." itu kata Papahnya.
.
"Kamu masih kecil, nak. Belum 17 tahun. Lagian, apa cowok kamu itu anak baik-baik? Kita gak mau kamu terjerumus." Mamahnya juga selalu berkata demikian.
.
Sebenarnya ia kesal. Tapi, mengingat nasehat orang tua adalah hal yang benar, maka gadis itu pun tak bisa mengelak. Ia sampai harus putus dengan sang pujaan hati, gara-gara tradisi keluarga yang dianggapnya konyol itu.
.
Ya, tradisi yang mengharuskan setiap keturunannya melajang sampai umur 17 tahun. Bahkan, ada yang menikah di umur yang telah ditentukan tersebut. Ada juga yang sudah di jodohkan sejak terlahir ke dunia.
.
Astagaaaa....kadang gadis itu sering menjerit karena histeris. Ia kesal karena harus hidup dalam lingkungan keluarga bertradisi. Ia juga pernah nyaris bunuh diri karena peraturan yang ada.
.
"Dimana keadilan? Gua juga mau hidup layaknya gadis-gadis gaul zaman sekarang!!" pekik gadis itu sambil menatap cermin dengan wajah kesalnya.
.
Ya, kali ini ia kembali mendapat hukum kurungan dikamar karena ayahnya memergoki sedang makan siang bersama dengan laki-laki yang baru dua hari menjadi kekasihnya.
.
Ia tak bisa berbuat apapun. Seluruh akses keluar--masuk kamarnya telah diprogram untuk terkunci selama satu hari penuh. Nasibnya itu benar-benar malang. Setelah merasa lelah karena terus-terusan menjerit kesal, ia pun langsung tertidur lelap.
.
***
.
Di tempat lain, ada seorang laki-laki tampan yang sedang berdiri dan bersandar di pagar pembatas balkon kamarnya. Ia menatap tajam ke setiap sisi pemandangan yang tersaji dihadapannya.
.
Ia juga tampaknya sedang memikirkan sesuatu. Ya, ia memikirkan tentang perkataan orang tuanya tadi malam.
.
"Kamu harus mau jalanin amanat dari mendiang Papi kamu ya, nak? Kamu harus ma terima perjodohan ini." itu kata-kata Maminya yang selalu terngiang dalam benaknya.
.
"Gua sih, sebenernya gak perduli tentang perjodohan. Tapi, itu cewek bentuknya kayak apa? Itu yang gua pikirin." ucap laki-laki beralia tebal itu lalu mengacak-acak rambutnya kesal.
.
Sekarang, ia hanya bisa berharap jika gadis yang telah dijodohkan untuknya memiliki tipe yang sesuai keinginannya. Ia juga berharap jika gadia itu tak sekedar jodoh-jodohan semata. Tapi, berharap ia akan menjadi jodohnya sampai beranak-cucu kelak.
.
Harapannya memang cukup logis. Hanya tinggal menunggu waktu yang akan menjawab harapannya itu. Ya, harap, harap dan terus berharap yang bisa laki-laki itu lakukan sekarang.

  Dunia sudah kembali terang. Matahari bersinar sampai menembus kaca dan tirai jendela kamar seorang gadis belia. Namun, hal itu tak membuatnya terusik sama sekali.

.
"Prilly Oktari Firsty!! Ayo bangun, udah siang. Kamu harus sekolah hari ini." ucap seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah Asna, mami dari gadis bernama Prilly itu.
.
"Masih ngantuk, mami..." Prilly menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
.
"Masih mau sekolah umum atau di home schooling?" tanya Asna dengan sedikit mengancam putrinya.
.
"Aaiissh!! Iya, iya, galak amat sih!!" Prilly langsung turun dari kasurnya dan langsung jalan menuju kamar mandi.
.
Beberapa jam kemudian, Prilly sudah duduk di kursi meja makannya. Sarapan bersama keluarga. Ia hanya bisa diam karena mendapat tatapan dingin dari Firman, Papinya.
.
"Papi gak akan kasih toleransi lagi, kalo nanti kamu ketauan jalan sama laki-laki." ucap Firman yang semakin membuat Prilly tak bisa bicara.
.
"Kami udah sepakat. Kalo kamu masih gak bisa diatur, kami akan langsung nikahin kamu tanpa ada penolakan apapun." tambah Asna dengan tegas.
.
"Iiihh..main jodoh-jodohin aja. Emang calonnya lebih baik dari pilihan Prilly?" gadis bermata hazel itu mulai berani protes.
.
Firman hanya kembali menatap dingin ke arah Prilly. Dan, hal itu memang selalu berhasil membuat putrinya tak dapat lagi mengelak dari perintah dan aturannya.
.
Selesai sarapan, Prilly pun berangkat ke sekolah dengan diantar supir pribadi dan satu bodyguard suruhan Papinya. Semua itu semakin membuat ruang gerak Prilly semakin menyempit. Membuat dirinya seperti sesak dan tak bisa bernafas lega.
.
***
.
Di sisi lain, terlihat laki-laki yang sedang mengobrol dengan wanita paruh baya disampingnya.
.
"Kamu jangan lirik cewek lain, ya!! Pokoknya, jodoh buat kamu adalah yang paling terbaik untuk kamu." ucap wanita bernama Elda itu kepada laki-laki yang ternyata adalah putranya.
.
"Iya, mami gak usah khawatir. Ali janji sama mami, atas nama papi." jawabnya lantang sambil tersenyum.
.
Ya, nama lengkapnya adalah Aliando Eldanio Krisna. Biasanya banyak yang memanggilnya dengan nama Ali. Laki-laki yang memiliki anugerah tubuh nyaris sempurna dari sang pencipta.
.
Ia hari ini akan kembali masuk sekolah lamanya. Tempatnya menuntut ilmu sebelum pindah ke Pulau Dewata, Bali. Ia juga baru saja pindah ke rumah tempat sebelum ayahnya meninggal tiga bulan yang lalu.
.
Saat sampai di sekolah, Ali langsung berpamitan pada mami Elda dan keluar dari mobil. Baru selangkah ia memasuki gerbang sekolah, puluhan pasang mata menatapnya kagum.
.
Ali hanya acuh dan tak menanggapi serius. Ia hanya menjawab singkat atau tersenyum pada setiap tanya dan sapa yang terdengar untuknya.
.
Tepat di persimpangan koridor menuju ke kantor kepala sekolah, Ali menabrak seorang gadis yang ternyata adalah Prilly.
.
"Lo kalo jalan tuh pake kaki yang bener. Punya mata ya liat-liat." ucap Prilly penuh kesal.
.
"Maaf, gua gak sengaja. By the way, sini gua bantuin berdiri." Ali mengulurkan tangannya pada Prilly.
.
"Makasih." Prilly bangkit dari duduknya. "Eh, lo anak baru disini? Pasti nyari ruang kepsek, pan?" tanyanya yang mendapat senyum dn anggukan lembut dari Ali.
.
"Iya nih, dari tadi gua bingung. Pengen nanya, tapi pada gal asil orang-orangnya." Ali sedikit bergidik saat mengingat beberapa wanita genit mengerumuninya.
.
"Biasa, tu cewek-cewek pada cabe dan alayers semua." Prilly menjawab dengan santai, seolah tahu apa yang ada dalam benak Ali saat ini. "Mmm..lo kalo mau nyari ruang kepsek, arahnya ke sono. Kalo yang ini jalan mau ke rooftop." lanjut Prilly menjelaskan.
.
"Masa sih?" Ali memperhatikan jalannya. "Astaga, iya juga sih. Kok gua lupa ya sama denah sekolah ini." lanjutnya sambil menepuk keningnya pelan.
.
"Hah, lupa? Emang lo pernah sekolah disini?" tanya Prilly bingung.
.
"Hah? Iya, gua yang dulu ketua OSIS kutu buku di sekolah ini." jawab Ali sambil tersenyum manis.
.
"What? Lo si Ketos culun itu? Cowok kutu buku yang selalu pake kacamata tebel bagai pantat botol limun? Demi apaan lo?" tanya Prilly terkejut. Ali hanya mengangguk.
.
Prilly mulai memutar satu memori kenangan yang selalu membuatnya merasa bersalah sampai saat ini. Hingga, tanpa ia sadari, air matanya reflek mengalir tanpa di kamando.
.
Ali pun merasa kebingungan. Ia pun tergerak untuk menghapus air mata Prilly. Entah mengapa ia mendapat dorongan itu. Dengan penuh kelembutan, ibu jari kanan Ali menghapus air mata itu.
.
"Jangan nangis. Gua benci ngeliat cewek cengeng hanya karena hal sepele." ucap Ali tegas. "Gak pap kalo lo mau panggil gua dengan sebutan lo itu. Tapi, sekali lagi, jangan pernah nangis lagi." lanjutnya semakin tegas lalu tersenyum lembut.
.
"Iya. Thanks udah mau hapus air mata gua." ucap Prilly lalu tersenyum kecil. "Oh iya, katanya mau ke ruang kepsek. Cepetan gih, ntar lagi udah mau bel masuk." lanjutnya mengingatkan.
.
"Oh iya, ya. Gua sampe lupa." Ali tertawa kecil. "Eh, kita ntar pas istirahat pertama ketemuan di rooftop. Gua belum kenalan sama lo." lanjut Ali lalu berjalan menuju ke ruang kepsek.
.
Prilly hanya bisa tersenyum. Namun, bayangan masa lalu itu kembali muncul dan membuatnya kembali menitikkan air mata.
.
Ia pun berjalan kembali ke kelasnya. Ingin menenangkan diri dengan menonton beberapa tingkah konyol teman-teman kelasnya yang super gokil.

RAHASIA DIBALIK CINTAWhere stories live. Discover now