#03

202 8 0
                                    

  Keadaan memang belum berbalik sempurna. Prilly dan yang lainnya masih terus berharap lebih untuk kesembuhan Ali. Walau pun sebenarnya, Ali sudah bisa tersenyum, bercanda dan menggombali Prilly.
.
Seperti hari ini, Prilly sampai di buat kesal dan marah karena tingkah Ali yang sedang manja namun jahil. Bahkan, sesekali Ali masih meringis karena rasa sakit di kepalanya.
.
"Aliiii...makan sekarang!!" kesal Prilly sambil mendelik tajam. Ali malah tertawa. "Gak lucu!!" lanjutnya masih dengan mata yang mendelik.
.
Ali pun menunduk dan diam. Berhenti tertawa secara spontan dan menggigit bibir bawahnya seperti anak kecil yang ketakutan saat dimarahi. Namun, bukan takut alasan Ali sebenarnya. Ia hanya sedang menahan emosinya yang mungkin akan segera mencari pelampiasan.
.
Ya Allah...sepertinya Prilly sudah lupa tentang Ali yang tidak bisa sama sekali dimarahi. Ia juga lupa tentang pesan Sofi beberapa hati yang lalu. Pesan bahwa Ali masih rentan emosinya.
.
"Aa..aa..aaaww..." ringis Ali sambil memegangi kepalanya. Hal itu membuat Prilly panik.
.
"Ya Allah, kenapa aku harus lupa sih..." Prilly menepuk keningnya sendiri lalu meletakkan piring yang dipegangnya ke atas meja.
.
Dengan cepat ia mengambil handphone-nya dan langsung menghubungi Sofi yang kebetulan sedang santai di ruangannya.
.
Tak lama, Sofi pun datang dengan seorang suster muda berwajah oriental dibelakangnya. Prilly pun mundur beberapa langkah untuk memberi ruang pada Sofi dan suster itu.
.
"Ali kenapa tadi, Pril? Kok tiba-tiba sakit lagi, sih?" tanya Sofi santai sambil memeriksa suhu tubuh Ali yang kini sudah kembali tidur.
.
"Maafin Prilly, kak. Tadi kesel sama Ali, terus Prilly marah karena dia gak mau makan." jawab Prilly sambil menunduk takut dan bersalah.
.
"Ya udah, lain kali inget pesan kakak ya." ucap Sofi sambil mengusap singkat rambut panjang Prilly dengan lembut.
.
Prilly pun tersenyum dan mengangguk paham. Ia juga berjanji untuk bisa menahan diri jika sudah mulai kesal pada Ali.
.
"Oh iya, bentar lagi tante Elda dateng. Kamu jagain gih, Ali nya." ucap Sofi mengingatkan sekaligus sedikit menggoda calon sepupu iparnya itu.
.
"Ah, kak Sofi mah..." rengek Prilly manja sambil tersipu malu.
.
Sofi hanya bisa tertawa. Ia pun keluar dari ruangan dan disusul oleh suster tadi. Prilly pun berjalan mendekat ke arah Ali.
.
Ia menatap setiap inchi wajah putih milik Ali. Dan, perlahan jari telunjuknya menelusuri wajah tampan itu. Senyum mengembang di bibir mungil Prilly. Ia sangat suka saat jarinya memainkan alis tebal dan bulu mata lentiknya Ali.
.
"Kamu anugerah terindah dalam hidup aku. Dan, aku gak yakin kalo kamu akan tetap terima aku setelah rahasia aku ke bongkar." ucap Prilly sendu, lalu mencium kening Ali sedikit lebih lama.
.
Prilly kembali menatap wajah damai Ali yang sedang tertidur lelap. Ia juga mengusap lembut pipi kiri Ali. Tersenyum dengan bibir yang bergetar, menahan tangis.
.
"I love you..." lirih Prilly sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Ali. "Honey..." lanjutnya lalu tanpa ragu mencium singkat bibir Ali.
.
#SKIP
.
Waktu terus berlalu. Keadaan Ali sudah lebih baik. Ia sudah bisa kembali sekolah dan bercanda dengan ketiga sahabat dan beberapa anggota basket sekolah.
.
Hal itu menjadi satu keberuntungan tersendiri untuk pihak sekolah terutama klub basket. Karena, dua minggu ke depan akan ada turnamen basket persahabatan dengan sekolah tetangga.
.
Ali merasa sedikit beruntung atas kepergian ayahnya. Karena, perubahannya mampu membuat siapa pun yang dulu mengucilkannya malah berbalik memuji bahkan sampai ada yang terang-terangan menyatakan cinta untuknya.
.
"Li, kalo mau latihan basket, latihan aja. Tapi, jangan sampe kecapean." pesan Prilly saat sedang makan bakso di kantin sekolah.
.
"Kamu temenin, ya.." pinta Ali sambil menatap harap pada Prilly.
.
"Iya tuh, temenin Pril. Temenin calon sua....mmmpphh.." ucapan Angga terpotong karena Prilly langsung memasukkan satu bakso bulat kedalam mulutnya.
.
Frisca dan Ali pun tertawa di buatnya. Sementara Angga sudah mengunyah baksonya, Prilly masih saja menatap laki-laki hitam manis itu dengan tatapannya yang tajam.
.
***
.
Jam pulang sekolah pun datang. Ali langsung menuju ke ruang ganti olahraga. Mengganti pakaian sekolahnya dengan kostum basket, lalu berlari ke lapangan.
.
Ia disambut hangat oleh teman-teman dan pelatih basket sekolah. Namun, ada satu orang yang terlihat bermuka dua diantara mereka. Ia bersikap baik di depan Ali, namun hatinya berkata lain.
.
Sejurus kemudian, semua anggota berlatih. Dari mulai pemanasan, latihan drible, oper bola dan yang lainnya.
.
Sementara di pinggir lapangan, terlihat beberapa murid yang ingin menonton latihan tersebut. Termasuk Prilly Cs, dan Arta juga Ratu.
.
"Pril, disebelah lo.." ucap Frisca sambil menaikkan sebelah alisnya.
.
"Udah..biarin aja. Lagian, toh nanti Ali gak akan ngelirik dia." ucap Prilly dengan santai dan penuh percaya diri.
.
Mereka terus menonton latihan. Pertandingan dua klub kebanggaan sekolah pin dimulai. Kadang mereka harus sampai menutup telinga saat beberapa siswa meneriaki nama Ali. Hal itu membuat Prilly agak sedikit jengah.
.
Namun, di tengah pertandingan. Salah seorang anggota basket sengaja menabrak dan menjatuhkan Ali. Hal itu membuat emosi Ali cepat memuncak.
.
Ali tak sengaja menatap Prilly yang kini tersenyum manis ke arahnya. Ia pun akhirnya menarik bafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tak lama, ia membalas senyum Prilly dan kembali bangkit dan berlari ke lapangan.
.
Pertandingan terus berlangsung sportif selama beberapa menit. Namun tak lama, Ali kembali menerima hal yang sama. Ia bisa meredam emosinya dengan senyuman Prilly.
.
Hingga untuj kesekian kalinya, Ali tak bisa lagi menahan kekesalannya. Ia ingat betul bagaimana wajah anggota basket bernama Arman yang sejak tadi selalu sengaja mendorong atau menariknya sampai terjatuh.
.
Pertengkaran pun tak bisa lagi dihindari. Ali yang mulai kalap pun langsung melayangkan tinjuan kerasnya ke wajah Arman. Membuat laki-laki bermata sipit itu akhirnya jatuh tersungkur.
.
Banyak yang berusaha melerai. Bahkam, Prilly pun sudah turun tangan. Namun, semuanya tetap berlanjut. Hingga akhirnya, pertengkaran benar-benar berhenti saat Prilly tanpa ragu langsung memeluk erat tubuh Ali. Semua yang ada disekeliling pun merasa sangat kaget bukan main.
.
"Aku mohon sama kamu, berhenti. Aku gak mau kamu sakit lagi, Li..." ucap Prilly sambil menangis dan masih memeluk Ali, semakin erat.
.
Ali terdiam. Nafasnya dirasa tercekat. Ia merasakan kepalanya semakin sakit dan berat. Dan, Ali pun pingsan dalam pelukan Prilly.
.
***
.
Ruang UKS terasa sangat menyebalkan untuk Prilly. Ia merasa trauma jika sudah mencium bau yang mirip dengan bau yang ada di rumah sakit.
.
Ia takut terjadi sesuatu pada Ali. Tak mau lagi ia kehilangan canda tawa dan kejahilan Ali yabg selalu mengisi hari-harinya beberapa bulan terakhir ini.
.
Sejurus kemudian, Ali terbangun sambil sedikit meringis sesaat. Prilly pun menyapanya. Ali tersenyum dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Prilly.
.
"Jangan nangis, aku gak apa-apa." Ali tersenyum seperti tak merasakan rasa sakit apapun.
.
"Kamu mah selalu gi...." ucapan Prilly terpotong saat tiba-tiba terdengar suara teriakan Arta dan Ratu yang masuk ke ruang UKS.
.
"Aduuhh..sorry, Pril. Gua sama Angga udah berusaha cegah. Tapi, ya gitu deh.." ucap Frisca sambil mengatur nafasnya yang sedikit ngos-ngosan.
.
Angga hanya bisa mengangguk. Mengiyakan penjelasan Frisca. Sementara, kedua fans Ali yang besuara cempreng itu sudah sibuk dengan berbagai pertanyaan yang diajukan langsung pada Ali. Membuat Ali menjadi kesal dibuatnya.
.
Tak lama, terdengar suara Ali yang tidak hanya meringis tapi merintih dan sedikit berteriak kesakitan. Ia juga memegangi kepala sambil meremas rambutnya kuat-kuat. Hal itu membuat Arta maupun Ratu langsung mundur beberapa langkah.
.
Prilly pun panik dan langsung meminta Frisca untuk memanggil piket UKS yang memang belum pulang. Angga juga tanpa diminta, langsung mengusir dua manusia alay itu dari ruangan.
.
Setelah Arta dan Ratu pergi menjauh dari UKS, suara teriakan Ali semakin terdengar rendah. Ia pun terdiam dan kembali bersikap bisa saja.
.
"Mana tuh bedua, udah pergi?" tanya Ali penasaran.
.
"Udah sih, udah pergi jauh." jawab Frisca sambil kebingungan menatap Ali.
.
"Weeiittsss..akting lo bener-bener gokil, brother!!" puji Angga sambil menepuk pundak Ali, senang.
.
"Jadi, kamu tadi cuma akting?" tanya Prilly tak percaya. Ali menggangguk. "Bagus sih, aktingnya. Tapi, kamu tuh udah buat aku panik tau..." lanjut Prilly memuji lalu mencubit hidung Ali gemas.
.
Mereka semua akhirnya tertawa lepas. Bahkan, sepertinya Ali tak lagi merasakan sakitnya. Hingga, akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang. Karena, hari sudah semakin gelap.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 22, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAHASIA DIBALIK CINTAWhere stories live. Discover now