Feelings - 01

46 9 4
                                    

Disini, ditengah padatnya kota Jakarta, Syilla berlari di trotoar dengan rambut awut-awutan. Peluh membanjiri wajahnya yang sesekali menetes hingga menyentuh tanah.

Bagi Syilla, kemacetan di Jakarta memang seperti tidak akan pernah bisa hilang, terutama dihari senin seperti sekarang.

Sesekali cewek itu mengangkat tangan kirinya, melihat arloji berwarna merah muda yang menunjukkan pukul setengah delapan lewat tiga menit.

Terlambat.

Syilla tau akan hal itu, bahkan cewek itu sangat yakin jika upacara akan segera berakhir. Dan dalam hati, dia berdoa, semoga hari ini para guru killer yang biasa berjaga di gerbang di lenyapkan jika dia sudah sampai di sekolah agar tidak dihukum membersihkan toilet belakang untuk yang kedua kalinya.

•••

Syilla yang baru saja mendesah lega karena tidak menemukan guru yang berjaga didepan gerbang langsung terlonjak kaget karena suara mengagetkan dibelakangnya.

"ASYILLA PRAMESWARI!! SINI KAMU!!"

Duh!

Syilla menoleh sambil nyengir. Ditatapnya guru Matematikanya dengan takut. Satu penggaris besi sudah digenggam manis oleh Guru itu.

"Ikut saya sekarang juga!!" Penuh penekanan, tegas, dan menatap Syilla dengan tatapan tajam membuat Syilla menciut.

Cewek itu merenggut. Baiklah, Doa-nya tidak terkabul hari ini.

•••

Setelah membersihkan toilet belakang sekolah yang terkenal dengan keangker-annya seorang diri, Syilla duduk dikoridor dengan wajah lesuh.

Cewek itu memejamkan matanya sambil menyeka keringat yang terus mengucur. Saat ini, dia sedang duduk bersilah dilantai koridor sambil menyandarkan kepalanya. Sejak jam pertama hingga bel istirahat hampir berbunyi, dia sama sekali tidak berniat kembali ke kelas. Atau... Hari ini dia memang tidak ingin belajar?


Entahlah, yang jelas, dia merasa bahwa malaikat yang selalu mengikutinya kemana-mana sedang memberinya cobaan yang berat. Entah itu benar atau hanya imajinasi Syilla semata.

Rasanya begitu lelah, terutama pikirinnya yang kalut menambah beban Syilla.

Tapi cewek itu hanya bisa mendengus, terutama mengingat perkataan Bundanya semalam, "Tadi siang tetangga lama kita kesini," ucap Bunda malam itu.

"Ngapain Bunda?"

"Nyari kamu, tapi kamu belum pulang."

Setelah mendengar hal itu, Syilla hanya Diam sambil memejamkan matanya. Dia selalu tau tentang apa yang akan dibahas bundanya jika berkata seperti itu. Dia hanya bisa memejamkan matanya jika mengingat hal itu. Tapi semakin dia memejamkan matanya, semakin banyak pula suara orang-orang yang ingin mengasuhnya terngiang begitu saja tanpa henti.

Syilla bukan anak kandung dari orang yang selama ini ia panggil Bunda. Syilla hanya salah satu diantara banyaknya anak Yatim Piatu yang tinggal di panti asuhan.

Sebenarnya, alasan mengapa Syilla tidak ingin diasuh oleh orang lain sederhana; Tidak mau meninggalkan orang-orang yang merawatnya dari kecil hingga sekarang.

Tetapi sejujurnya itu hanya sebuah alasan, karena kenyataanya tidak akan pernah sesederhana itu.

•••

Bel pulang telah berdering sekitar 15 menita yang lalu. Sekolah sudah sunyi, terutama ruang kelasnya.

"Yo, gue duluan." Gilang berucap sambil menepuk bahu Ferro pelan. Cowok itu mengangguk tanpa menatap Gilang yang sudah menghilang dibalik pintu kelas yang terbuka.

Diruangan itu, hanya menyisahkan dirinya yang belum pulang. Hanya deru nafas dan suara degup jantungnya saja yang dapat ia dengar. Ferro tak tau kenapa, tapi beberapa minggu belakangan ini, cowok itu sering bermimpi aneh. Entah mimpi yang bisa disebut dengan "mimpi paling indah," atau "mimpi yang paling buruk."

Ferro menggertakkan giginya, sehingga tanpa sadar sebelah tangannya terkepal.

Diraihnya tas yang ia taruh diatas meja lalu berjalan cepat menuju parkiran tanpa menutup pintu kelasnya.

Setelah sampai di parkiran, cowok itu mendengus mengingat kebiasaan barunya yang suka pulang disaat sekolah hanya menyisahkan dirinya dan beberapa guru yang sengaja tinggal karena memiliki beberapa urusan. Cepat-cepat ia menggunakan helm-nya, menyalakan mesin motor lalu melajukan motornya hingga ia berhenti karena sebuah angkutan umum yang juga berhenti tepat didepan seorang gadis yang memegang sebotol air mineral.

Dibalik helm-nya, cowok itu mengernyit bingung, seperti menyadari sesuatu yang tidak dia ketahui. Setelah angkutan umum itu sudah tidak terlihat, cowok itu bergumam, "Cuma pernah liat."

--

Oke, alhamdulillah.

Ini gaje emang. Kemaren wp error, makanya nggak update cepet. Malah bukan ini seharusnya, tapi alhamdulillah lah😅😷

Itu aja sih yang mau dibilang.

Vomment! Trims.

Minggu, 01 Januari 2016.

Feelings [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang