Ardi galau!
Iya, iya, Ardi yang itu. Memangnya Ardi yang mana lagi?
Ardi galau gara-gara Damar. Pemuda itu sudah tiga hari nggak masuk sekolah.
Sehari setelah acara tangis-tangisan Damar di rumah Ardi, dia mencari Damar ke kelasnya. Bukan bermaksud mau melancarkan rutinitas penindasan kok. Suer deh! Ardi nggak bohong.
Dia cuma mau minta maaf sama Damar. Ardi kesambet apa sampai niat minta maaf begitu? Ardi kesambet hantu cinta. Ardi sih bilangnya itu cinta, tapi kok ya lebih mengarah pada rasa obsesi gitu.
Damar nggak masuk, begitu kata teman sekelasnya.
Hari kedua, Ardi lagi-lagi mendatangi kelas Damar. Seluruh penghuni kelas meliriknya takut-takut. Ya siapa juga yang nggak takut kalau yang mendatangi kelas mereka itu pentolan geng preman sekolah. Ardi juga punya status yang lebih tinggi dari kepala sekolah, soalnya kan dia anak yang punya sekolah. Salah-salah, Ardi bisa saja memecat mereka.
"Da-damar nggak ma-masuk, Di," seorang siswi dengan tagname Raisa menjawabnya sambil menunduk takut. Nggak berani memandang langsung pada mata pemuda itu.
Ardi menatap datar saja. Toh, dia kesitu bukan buat cari masalah. Tapi melihat nama siswi didepannya, Ardi mendadak makin galau-galau baper begitu. Dia jadi pingin menyanyikan lagu Could It Be Love buat Damar.
Hari ketiga, Damar masih belum masuk. Jadi, daripada makin uring-uringan sendiri gara-gara kepo , disinilah dia. Didepan rumah Damar yang kelihatan sepi dari luar. Sudah tiga puluh menit dia mondar-mandir didepan rumah Damar. Untung saja Ardi masih pakai seragam sekolah, kalau tidak, sejak tadi dia sudah dikira maling galau yang bingung mau merampok rumah korbannya atau tidak.
Ardi menarik nafas, menghembuskannya, tarik lagi, hembus lagi. Begitu terus. Ayo, Ardi dorong terus, sedikit lagi keluar! Eh, apanya yang keluar?! Dia bukannya sedang lahiran!
Ardi cuma sedang gugup saja kok.
Kok gugup? Kayak mau ketemu calon mertua saja.
Lah memangnya Ardi mau ngelamar Damar?
Ardi mendadak senyum-senyum sendiri memikirkan itu. Ya kalau orangtuanya Damar setuju, besok juga mereka bisa menikah.
Tidak, tidak, tidak! Ardi menggeleng keras. Dia kesini bukan niat melamar Damar kok. Cuma mau menjenguk. Lihat, kan? Bos preman mana lagi yang sebaik hati Ardi? Dia malah sempat-sempatnya mendatangi rumah korbannya dengan penampilan paling rapi, dan sekeranjang besar buah beraneka ragam. Buah kan mengandung banyak vitamin, jadi kalau Damar makan semua buahnya, dia jadi cepat sembuh. Kalau sudah sembuh, kan Damar bisa masuk sekolah lagi. Begitu pikirnya.
Tapi, sekarang dia galau. Gugup. Ah, Ardi, bilang saja kamu nggak berani masuk ke rumah Damar! Sok-sok ngeles gugup segala.
Iya! Damar takut. Gimana kalau ternyata orangtuanya Damar tahu kalau Ardi yang membully anak mereka selama ini di sekolah? Jangan-jangan Ardi bakal dilaporkan ke polisi. Atau malah digebukin sama orangtuanya. Parahnya lagi, mungkin Damar punya orangtua kreatif yang lebih memilih mengkebiri orang yang menindas anak mereka. Hih! Ardi merinding memikirkan aset satu-satunya hilang.
"Dek, mau ketemu Damar?" suara seorang wanita muncul dari belakang Ardi. Dia terlonjak, lalu segera memutar tubuhnya. Wanita yang menyapanya tadi berpakaian khas wanita kantoran. Wajahnya lembut. Ardi langsung tahu kalau beliau ini Ibunya Damar. Ada kemiripan sekilas dari tatapan mereka. Dan, nggak ada tanda-tanda kalau Ibunya Damar type yang akan mengkebiri aset orang lain. Ardi mendesah lega dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/87850599-288-k43995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd and Mr. Bully
Teen FictionDamar? Damar itu cuma sasaran bully Ardi saja kok. Nggak tahu kenapa, Ardi suka sekali melihat ekspresi Damar tiap dia ditindas. Apalagi tatapan matanya. Bikin Ardi merinding dengan pikiran maso!