Chapter 1

64 1 0
                                    


"hufttt"

Entah untuk helaan keberapa kalinya pada pembahasan mengenai materi kali ini yang dibahas dosenku. Aku sama sekali tidak mendengarkannya, merasa kantuk tadi saja aku menaruh daguku dengan tumpuan jaket warna biru laut kesukaanku. Kulihat Rico seperti semangat dan mengerti apa yang dosenku katakan, karena sedaritadi dia menganggukan kepalanya dan sesekali menuliskan sesuatu pada buku catatannya.

"Kan kubilang, tadi aja kita titip absen sama Rico" kata Fian membukukan badannya, dan berbicara tepat di liang telinga kananku, membuatku bergidik.

"Udah ah gapapa sekali-kali Fian" balasku dengan mendorong bahunya agar menjauhi mukaku. Bukan apa, kalau tidak kudorong nanti ketika aku nengok yang ada malah kecium bibir merah milik Fian.

"Lihat tuh temenmu" kata Fian lagi menunjuk Lita dengan dagunya, yang sejurus kemudian aku menengok ke kiri. Dan benar saja kudapati Lita tidur dengan mulut ditutupi jaketnya dan tak lupa, memakai headshet. Sepertinya ucapan Fian ada benarnya juga, tadi saja aku titip absen dengan Rico.

"Liat tuh Vira, aku sih yakin dia gangerti. Tapi karena depan congor tuh dosen duduknya ngerti-ngerti aja" ucap Fian lagi. Memang benar, kulihat Vira seperti meng-iyakan apa yang Rico katakan. Sebagai bentuk balasan kuanggukan kepalaku, karena rasanya ngantuk sekali.

"Mir, mau dengerin lagu gak? Biar ga bosen" ucap Fian lagi sambil mengulurkan sebelah headsheatnya padaku. Dan kujawab dengan gelengan. Fian ini bawelnya kenapa gadisaat yang tepat sih.

"Abis ini gausah ikut kelas malam lah, males aku. Kita titip absen aja yuk?" ajak Fian padaku dengan menyenggol lengan kananku, membuat posisi yang terasa enak hilang seketika. "Kamu ko bawel banget si? Aku mau ikut ah, pelajaran akuntansi Fian susah" kataku kemudian yang membuat Fian memakai kembali headsheatnya.

Baru akan memejamkan mata, seketika itu dosen mengakhiri kelas. Sungguh sial sekali, kubangunkan Lita dan Fian yang ternyata juga ikut tidur kemudian menghampiri Vira dan Rico. "Makan yuk, laper" ucap Vira dengan mengelus-elus perutnya macam orang hamil.

"Yuk" balas Lita dengan mengamit tangan kiriku. Aku mengikuti langkahnya disusul oleh Rico dan Fian dibelakang.

***

Baru saja menuruni lantai satu, seketika itu juga mahasiswa lain memanggil nama Lita. Kulihat Lita menghampirinya dan mengobrol beberapa saat. Dan ketika dia kembali dia cengar-cengir kemudian berkata "Mir temenin bentar yuk ke basecamp anak band, ada urusan. Yang lain kekantin duluan aja, nanti gue susul" katanya kepadaku.

"Yaudah jangan lama ya" ucap Vira dan menggandeng 2 lelaki yang kutahu sahabat-sahabatku.

"Tunggu luar ya Mir, sebentar doang" ucap Lita padaku sesampainya di depan pintu basecamp anak band, kubalas dengan anggukan. Kutengok kekanan dan kekiri sambil memperhatikan mahasiswa lainnya yang tak kukenal. Karena bosan aku membuka pintu itu sedikit dan memasukan kepalaku untuk melongo dan bertanya apakah masih lama?

Tak dapat kulihat, aku memasukinya dengan mengucap permisi. Ketika aku berjalan ada beberapa ruangan yang hanya disekat oleh triplek tipis dan pada saat yang bersamaan kulihat mungkin-atau entah benar atau tidak, kudapati pemain gitaris itu sedang berciuman dengan seorang perempuan berambut panjang. Sempat merasa kaget dan shock buru-buru aku keluar dan menutup pintu lagi. Kusandarkan tubuhku didinding sebelah pintu dan menghela nafas.

"Yuk" kata Lita menyadarkanku dan berjalan meninggalkanku.

"Ta tadi aku gasengaja masuk kedalam cari kamu, terus aku-" kataku terpotong dengan ucapan Lita yang langsung tahu apa maksudku.

"Ciuman?" tanyanya dengan memotong kalimatku dan kujawab dengan anggukan.

"Hahaha udah biasa Ari mah ciuman disitu sama cewenya, gausah lo ambil pusing" katanya dan langsung kujawab dengan mengangguk. Karena yang kutahu di Jakarta memang pergaulan sudah mulai marak mengikuti arah barat, dan kurasa itu sudah mulai memengaruhiku juga. Karena seringkali aku pulang ke kost jam 2 malam, yang kutahu bunda akan marah jika anak perempuannya balik sepagi itu.

Aku dan Lita sudah sampai dikantin dan memesan makanan dan kemudian makan dengan banyak obrolan dan sedikit canda, yang tidak jauh membully Rico.

"Oh ya Mir, aku kemarin beli baju sabrina tapi sama aku gacocok kebesaran. Buat kamu ajalah ya besok aku bawain terus kamu pake ya" kata Vira kepadaku, dan sontak aku mengernyitkan dahiku.

"Ko buat aku?" kataku. Maksudku kenapa tidak dikasih sodaranya saja? Atau siapa lah yang penting jangan aku,kan Vira suka sekali memakai pakaian terbuka.

"Terus siapa?? Lita? Yang ada dijadiin topo sama dia mah" katanya membuat Lita semakin nyolot.

"Makanya punya badan jangan kurus-kurus amat, tepos gitu" kata Lita membela diri. Kalau sudah begini bisa berkepanjangan.

"Yaudah besok bawa aja nanti kupakai" ucapku dengan pasrah. Hanya untuk melerai keduanya agar tak berkepanjangan.

"Warnanya biru kok, kesukaanmu" kata Vira dengan senyum lebar dan mata yang dikedip-kedipkan. Kutahu kalau sudah dipancing dengan warna kesukaanku membuat moodku balik. Kubalas dengan senyuman dan sedikit anggukan membuat dia kemudian bereteriak. Ah Vira untung kau cantik, jadi tak masalah dilihat beberapa mahasiswa yang melihatnya dengan tatapan heran mengapa dia berteriak.

Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, dan aku baru saja melangkahkan kakiku keluar ruangan. Malam ini memang ada kelas malam, dan itu adalah pelajaran akuntansi yang melelahkan namun tak membuatku bosan. Kulihat Lita dan Fian seperti orang frustasi sehabis mengikuti kelas malam ini.

"Kamu aku antar pulang ya Vir" ucap Rico pada Vira. Sudah kukatakan bukan sepertinya Rico menyukai Vira karena pada dasarnya memang Vira itu cantik, seperti saat ini contohnya yang kulihat mukanya sudah sangat lelah dan pusing namun tetap cantik.

"Lo balik sama Fian ya Mir, gue masih ada urusan" kata Lita kepadaku.

"Emang ada urusan apa?" kataku, karena tak biasanya Lita berurusan dengan anak Sastra dan anak theater. Memang sih Lita itu mudah bergaul tapi tumben saja tidak bilang ada urusan apa dan rasa kepedulian sahabatku muncul untuk bertanya.

"Ada lah urusan gue biasa" balas Lita yang ku tak mengerti, biasa katanya? Apa maksud biasa? Tak ingin mencampuri urusannya semakin dalam kubalas dengan anggukan kemudian Fian mengamit tangan ku dan beralan menuju parkiran. Aku menaiki motor ninja hitam milik Fian dan kemudian berjalan tanpa ada yang bebicara, kurasa karena sama-sama ngantuk.

Sesampainya didepan gerbang kost an aku turun dan mengucapkan terimakasih pada Fian dan dibalas anggukan. Tapi entah kenapa Fian menarik lenganku dan sejurus kemudian mencium pipiku. "Malam Mir" katanya berbicara ditelingaku sehabis mencium pipi kanan ku. Kemudian pergi meninggalkan gerbang kostan ku. Aku masih memandangi punggungnya dengan tatapan aneh, kenapa sih dia? Mabok akuntansi? Ah sudahlah aku ingin tidur sekarang.

****

23 Oktober 2016

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang