Hari ini, malam terang mengejek ku.
Bintang dan bulan berseru, "Hei anak muda, lihatlah! Resapi! Napsu mu telah terkabul. Malam mu tetap terang! Tapi apakah kau tetap bahagia?"
Burung hantu mengutuk, "Dan jadilah terus seperti ini, terang pandang mu. Cahaya tetap milik mu. Namun gelaplah, inti jiwa mu."Hujan turun malam ini,
Membawa ku kembali kepada ruang yang ku sebut 'tabah yang sama.'
Hati menjadi keping yang runtuh.
Tangan kembali lumpuh tak kukuh.
Mata ku tak sanggup melihat wajah mu yang luntur sudah dalam benak ku.
Kaki ku, ingin mengejar mu tetapi tak tahu arah untuk ku tuju.Rapuh.. hilang aku dalam keinginan yang tak menginginkan.
Jatuh... air mata yang tersamar sudah dengan air diiringi gemuruh.Aku... hilang dan tenggelam.. dalam wujud akhir gelap yang dulu paling ku inginkan. Selama milyaran purnama lamanya.
Cahaya, pembunuh hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
inilah kita
Poetrytak pantas dikatakan benci karena sang surya mengatakan cinta tak pantas dikatakan kenangan karena masih terngiang di permukaan tak pantas dikatakan kering karena air mata terus mengalir andai kau tau kesatria, mata ku masih memuja senyumanmu.