Perang

141 1 0
                                    


Irish menatap Dara yang terbaring lemah di tempat tidur. Wanita yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu baru saja selesai menjalani operasi usus buntu. Yang ia punya sekarang hanya Dara. Ketika dirinya sedang ada masalah, Dara selalu disampingnya. Papanya juga menitipkannya pada Dara. Dulu Dara pernah menjadi guru les-nya ketika ia masih duduk di bangku SMA. Hubungan mereka lama-kelamaan menjadi seperti saudara.

"Kak, Mami kok tidur terus?"

Irish menoleh ke bawah. Gadis mungil berumur empat tahun dengan boneka barbie dipelukkannya mulai berkaca-kaca.

"Mami lagi istirahat sayang, nanti pasti bangun dan bisa nemenin Ai main lagi. Aini berdo'a ya supaya Mami cepet sembuh." Jawaban Irish membuat Aini mengangguk.

Irish hadir pada saat pernikahan Dara empat tahun yang lalu. Saat itu Dara sedang hamil Aini. Dara diperkosa oleh Leon hingga hamil. Akhirnya, Leon bertanggung jawab.

Sayangnya pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Dara menggugat cerai Leon. Entah karena apa. Dua bulan yang lalu Irish hadir ke pengadilan menemani Dara. Ia juga bertemu seseorang yang dikenalnya disana. Noval.

Leon Rusdiantoro dan Noval Rusdiantoro. Mereka berdua satu kubu yang sama.

"Mbak, apa nggak sebaiknya dipikirin lagi? Ada Aini, Mbak. Dia pasti bingung kalo harus dipisahin sama Papi-nya."

"Leon itu brengsek! Mbak udah nggak mau hidup seatap sama dia! Mbak nggak mau berurusan lagi sama keluarga Rusdiantoro!"

"Mbak, nggak mau cerita sama aku masalahnya apa?"

"Nanti Mbak cerita. Mbak mau fokus dulu buat mempercepat proses perceraiannya."

Sampai sekarang Dara masih menutup mulut. Untuk sementara ini Irish harus menjaga Aini.

Hari ini adalah jadwal kuliah Irish. Terpaksa ia harus membawa Aini ke kampus. Ia tidak mau mengambil resiko untuk meninggalkan Aini sendirian di apartemen. Dara masih dirawat di rumah sakit. Aini tidak mungkin juga ditinggalkan disana. Lingkungan rumah sakit tidak baik untuk anak sekecil Aini.

Sialnya Noval menghampirinya begitu Irish turun dari mobil bersama Aini. Laki-laki itu benar-benar keras kepala.

"Hai cantik."

Sapaan itu bukan untuk Irish, melainkan untuk Aini.  Noval menyejajarkan tubuhnya dengan Aini. Diusapnya lembut rambut Aini yang hari ini dikuncir kuda.

"Apa kabar princess," Setelah mengatakan itu Noval menegakkan tubuhnya lalu tersenyum kecil pada Irish."Apa kabar my Queen?" Sambungnya.

Irish melengos. Kalau tidak ada Aini ia pasti sudah melempar tas-nya ke wajah laki-laki itu.

"Om, Aini kangen sama om Noval."

Irish mendesah dalam hati ketika Aini menarik-narik kemeja flanel yang dikenakan Noval. Aini mulai merajuk agar Noval mau menemaninya bermain.

"Ai, om Noval mau belajar. Mainnya nanti ya." Irish tidak akan membiarkan Aini bersama Noval.

"Om Noval mau kok main sama Ai."

"What? Lo bukannya ada jadwal kuliah?" Tanya Irish.

"Bukannya lo yang ada jadwal kuliah?"

Irish mengumpat dalam hati. Kode Noval yang menyuruhnya pergi dengan mudah ditangkapnya.

"Ai sama gue!" Sergah Irish.

"Lo mau bilang apa sama dosen?"

"Biar Ai gue titipin ke Banyu!"

Irish memang sudah ada janji dengan Banyu. Banyu pasti dengan senang hati akan membantunya.

"Banyu lagi ngerokok sama temen-temennya di belakang."

Irish mati kutu. Apa Noval bisa dipercaya? Kalo Dara sampai tahu, ia pasti akan dimarahi habis-habisan. Tapi tidak ada cara lain. Sebentar lagi kelas-nya akan dimulai.

"Gue nggak percaya sama lo." Desis Irish dengan nada tajam.

"Gue nggak minta lo buat percaya sama gue."

"Lo brengsek!" Umpatan itu ditelannya kembali. Irish akan mengatakannya nanti, tidak di depan Aini.

👠👠👠

Irish ditemani Sesil pergi lokasi taman yang dikirimkan Noval melalui Line. Lokasi taman itu tidak jauh dari kampus. Dalam waktu sepuluh menit Irish sudah sampai disana.

Irish benar-benar seperti orang kesetanan. Ia bahkan tidak memikirkan makan padahal perutnya sudah mual dan perih.

"Calm down, Rish. Noval nggak akan berani nyentuh Ai."

"Gue nggak percaya sama Noval."

Ya, Irish sudah hampir gila karena menitipkan Aini pada Noval. Ia sama sekali tidak berkonsetrasi selama mata kuliahnya berlangsung. Penjelasan dosen pun diabaikannya seperti angin lewat. Padahal mata kuliahnya hari ini sangat penting.

"Heh! Mana Ai?!" Semprot Irish begitu bertemu dengan Noval dan tidak mendapati Aini disamping laki-laki itu. Irish bertanya sekali lagi,"Mana Ai?!!"

"Lagi jalan-jalan sama Papinya."

"WHAT?!"

Irish sudah tidak mempedulikan beberapa penjual makan dan orang-orang disekitarnya menoleh ingin tahu. Taman itu memang selalu ramai di sore hari. Masalahnya Irish sudah tidak ingin pusing-pusing untuk memperhatikan sekitar.

"Lo tuh brengsek yaaa!!!" Irish mengepalkan tangan hendak memukul entah bagian tubuh mana saja asal kena. Tapi nyatanya Noval lebih gesit lagi dan menahan kedua tangan Irish yang sedikit lagi menyentuh pipinya.

"Lepas!" Desis Irish.

"Kak Irish?"

Irish menoleh. Melihat Aini baik-baik saja membuatnya lega. Namun matanya langsung waspada begitu melihat siapa yang menggendong Aini. Leon, laki-laki itu tersenyum tipis.

"Kak Irish pacaran ya sama Om Noval?"

Pertanyaan itu meluncur dengan polosnya dari mulut Aini. Irish merasa kepalanya seperti ditusuk-tusuk jarum ketika mendengarnya. Sekitarnya mulai goyang. Pandangannya mulai kabur lalu seketika jadi gelap.

👠👠👠

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepatu KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang