Episode 5

5K 545 14
                                    

Yoojung menggenggam tangan ibunya yang masih terbaring memejamkan matanya. Masa kritisnya telah lewat dan betapa bersyukurnya ia. Berkali-kali ia berdoa pada Tuhan agar Sang Pecipta mau berbaik hati untuk tidak cepat-cepat mengambil ibunya yang begitu ia sayangi.

Pintu ruangan kelas tiga tempat Heechul di rawat itu bergeser dan menampakkan wajah Changmin disana, menghampiri Yoojung dan duduk di samping gadis itu.

Changmin menatap sendu sepasang anak dan ibu itu. Kasihan Yoojung, gadis itu harus bertahan ketika ibunya terbaring lemah dan juga kakaknya yang sekarang mendekam di penjara untuk kasus yang diragukan menjadi kesalahannya.

Pria jangkung itu meremas bahu Yoojung, menyalurkan sedikit kekuatan untuk adik dari sahabat sekaligus hyung yang sangat dekat dengannya.

"Oppa..." gumam Yoojung dengan suara pelan, gadis itu kemudian menatap Changmin. "Bagaimana Jaejoong oppa?" tanyanya dengan wajah lelah dan mata yang meredup.

Changmin menghela nafas, tak tega menjawab pertanyaan Yoojung. "Jae hyung di vonis hukuman 5 tahun penjara." Air mata terlihat menetes di kedua pelupuk mata Yoojung, ia menahan isak tangisnya dengan kedua tangannya.

Changmin memeluk gadis cantik itu, menepuk pelan punggungnya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

"Kenapa ini harus menimpa keluarga kami?" cicitnya parau, terdengar begitu menyedihkan di telinga Changmin, ia bahkan bisa merasakan denyut menyakitkan yang bersarang di dadanya.

Changmin masih tak habis pikir, Jaejoong hyung-nya yang mempunyai hati selembut kapas itu bagaimana mungkin menjadi tersangka dalam kasus tabrak lari? Itu sangat tidak masuk akal!

***

Jaejoong memasuki sel tahanannya dengan perasaan takut pasalnya di depannya kini berdiri para tahanan lain yang tengah menatapnya dengan tajam dan mengerikan, namja cantik itu menelan ludahnya susah payah.

"Jadi ini si pembunuh itu?" gumam seorang pria berkepala botak dengan seringai menakutkan di wajahnya.

"Aku bukan pembunuh." Jaejoong menyahut pelan sambil menundukkan kepalanya takut-takut.

Tiba-tiba ia merasa sakit ketika rambutnya di jambak dengan keras hingga kepalanya mendongak keatas oleh seorang pria berambut gondrong bertubuh kekar di belakangnya.

"Kau orang yang tidak bertanggung jawab setelah menabrak seorang wanita, itu sama saja dengan pembunuh!" ucap si kepala botak lagi dengan tatapan intimidasi.

"To―long lepas...kan," rintih Jaejoong kesakitan pada kepalanya.

"Teman-teman, ayo berikan ucapan selamat datang padanya." Si kepala botak itu lagi-lagi menyeringai, kali ini bahkan lebih menyeramkan dari sebelumnya.

Jaejoong lalu merasa tubuhnya di tendang oleh si pria gondrong itu hingga ia tersungkur. Sebelum ia mampu berdiri kembali, seseorang menutupi tubuhnya dengan selimut tebal kemudian Jaejoong merasakan rasa sakit bertubi-tubi ketika tubuh kurusnya itu di pukul dan ditendang.

Dan saat itu pikiran Jaejoong hanya bisa mengingat ibu dan adiknya, merasa bersalah pada keluarga yang ditinggalkannya, apalagi ia tidak tahu bagaimana keadaaan sang ibu saat ini.

Eomma, Yoojung, maafkan aku. Tunggulah aku hingga aku keluar dari sini.
.
.
.
Sunghee menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, hari ini begitu melelahkan baginya, syuting drama, promosi dan menghadiri sidang vonis Jaejoong.

Jaejoong, Jaejoong, Jaejoong.

Memikirkan nama kekasihnya itu membuat kepalanya serasa mau meledak. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya hingga ia menarik rambutnya ke belakang dan terus memegangi kepalanya.

SECRET (Bimil)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang