Part 1 - Him

1.6K 26 3
                                    

Kaki ini melangkah agak cepat, mengawasi sekitar. Lama - lama langkahku semakin cepat saat guru fisika itu akan masuk ke ruang kelas ku. Sungguh kaget bukan main saat guru fisika itu melihatku dan memandangku dengan tatapan tajam. Dengan langkah cepat ku putar balik arahku dan tiba - tiba suara melengking itu keluar dari bibir merah merona itu..

"Hey! Siapa disana? Nasya?". Ucap Bu Sarah mengenaliku walaupun aku sudah berbalik arah membelakanginya.

"Ehehe...iya buk?". Ucapku sembari berbalik dan cengar - cengir.

"Kamu kan murid kelas 12 IPA 2 itu kan? Bukannya pagi ini ada kelas saya? Mau kemana kamu?". Ucapnya ketus.

"Em..a..anu buk mau ke kamar mandi hehe". Ucapku agak gugup karena tatapannya yang semakin intens.

"Tak ada alasan cepat kesini dan ikuti pelajaran saya!"

Aku hanya mengangguk dan segera masuk ke kelas dengan sedikit berlari. Guru itu hanya menggelengkan kepalanya lalu masuk ke kelasku dengan aura yang tak menyenangkan.

Pagi yang buruk bukan?
Rasanya mengantuk sekali mendengar rumus - rumus itu. Rumus itu hanya memutari kepalaku, dengan malas aku membenamkan kepalaku di meja, baru saja ingin bersantai..

"Aurelly Nasya?!". Seseorang meneriakkan namaku dan sontak membuatku terbangun.

"Oh oii?!". Ucapku terkesiap.

"Kamu menyahut gurumu oii?!!". Ucap Bu Sarah dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus.

"Eh..a..anu buk maksud saya iya". Jawabku tergagap.

"Sekarang kamu keluar dan rangkum bab pembelajaran hari ini!". Ucapnya padaku.

"Sekarang buk?". Ucapku masih dalam ketakutan.

"Iya sekarang dan kumpulkan besok pagi!". Ucapnya ketus.

Aku bangkit dari kursiku dan berjalan gontai menuju pintu. Sungguh malang nasib seorang Aurelly Nasya.

Ya.. Namaku Aurelly Nasya biasa dipanggil Nasya. Keluar dari kelas fisika memang menyenangkan namun yang membuatku lemas adalah tugas yang diberikan. Ahh .. sungguh menyebalkan. Kulihat awan pekat menyelimuti langit, Aku tak tahu apa yang membuat awan sangat bersedih hari ini. Rintik demi rintik pun jatuh dan akhirnya menjadi hujan yang sangat deras. Aku suka hujan. Yap!! aku sangat menyukai hujan. Ingin rasanya aku menari diatas hujan dengan bebas. Jika hujan turun, aku akan teringat semua kenangan buruk layaknya awan mendung, maupun kenangan indah nampaknya sebuah pelangi. Hujan tak selamanya menyedihkan terkadang saat hujan kita pun bisa merasa senang karena sebuah alasan. Lebih tepatnya karena seseorang "special".. mungkin. Namun saat ini aku sedang mengalami apa yang mungkin pernah dialami semua orang. Mungkin berjuta manusia pasti pernah merasakannya. Coba tebak apa itu?. Yap! Jatuh cinta semua, orang pasti pernah merasakannya. Setelah ia datanh seenaknya kedalam hidupku, aku menjadi tak mengerti dengan diriku sendiri. Yang sering tersenyum - senyum saat melihatnya, atau jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Namun yang kurasakan sedikit berbeda "mungkin" karena bukan hanya senang,sedih,dan gembira, namun juga rasa bimbang,sakit,unik dan menarik. Mungkin karena yang aku alami dengan cowok ini sungguh sangat berbeda dengan cowok lainnya. Entah mengapa aku sangat menyukainya,walaupun ia sangat menyebalkan. Ia terkadang sedingin hujan,juga hangat seperti mentari. Dia sangat misterius,karena itulah aku menyukainya. Sekolah adalah satu kegiatan yang sangat aku benci namun entah mengapa aku menjadi semangat karena seseorang yaitu dia :)

Gimana menarik tidak?
If you want the next part in this story,
Just keep on watching guyss!!
Dan bagi yang sudah membaca terimakasih!!

Almost is never enough (UNFINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang