E X G I R L F R I E N D [2]

250 53 95
                                    

Sunday, April 26th 2015


Louis meluncurkan mobilnya di jalan raya yang tidak terlalu ramai pada siang hari ini. Ia menurunkan kaca jendela mobilnya, membiarkan asap rokok yang dihisapnya itu mengepul keluar dibawa angin yang berhembus. Lagu 'Keong Racun' yang bervolume rendah mengalun lembut demi menemani Louis di siang yang cukup tenang ini.

Well, setidaknya suasana hati Louis saat ini jauh lebih baik dibandingkan saat bertemu dengan Nancy di warnet tadi pagi.

Louis mendaratkan mobilnya di halaman parkir sebuah Supermarket. Ia ingin belanja bahan-bahan makanan untuk beberapa hari ke depan. Ketika sedang memilih minuman yang ada di dalam kulkas, seseorang menepuk bahu Louis dari belakang.

Louis menoleh, "ya?"

"Oh my God! Is that really you, Louis?" Seseorang yang menepuk bahu Louis tadi menutup mulutnya saking tak percaya bisa bertemu dengan mantan kekasih yang masih sangat ia cintai itu. Padahal, orang tersebut sudah memiliki kekasih sekarang, bahkan kekasihnya berdiri tepat di sampingnya sekarang ini.

"Siapa dia, Aundy?"

"Dia Louis, Max!" Jawab orang tersebut—Aundy, namanya—pada kekasih yang ada di sampingnya—Max, namanya. "Dia itu mantan pacar aku yang sering aku ceritain ke kamu!"

Louis menutup kulkas dan meletakkan minuman yang ia pilih ke dalam troli. Lalu, ia beralih menatap Aundy dan Max secara bergantian, hingga tatapannya jatuh pada Max dengan jari telunjuk yang terangkat dan ulasan senyum kecut di wajahnya. "Anjing baru, ya? Eh, keceplosan. Maaf, yah."

Seketika wajah Max memerah akibat ucapan Louis yang benar-benar menghinanya. Ia tidak terima, tentu saja. Orang mana, sih, yang mau dibilang 'anjing baru' sama mantan dari pacarnya sendiri?

"Lo boleh sombong kalo udah bisa naik motor sambil dikunci stang!" Teriak Max dengan tangan yang mengepal di udara.

"Max!" Aundy menahan aksi kekasihnya tersebut yang hendak melukai mantan terindahnya. "Jangan sakitin dia!"

"Kenapa kamu jadi belain dia, sih? Jangan-jangan kamu masih punya rasa sama dia?" Max menunjuk Louis, namun tatapannya sepenuhnya terfokus pada Aundy.

"Loh? Kan, emang iya! Aku udah berkali-kali cerita sama kamu kalo aku itu masih cinta pake banget sama Louis!" Balas Aundy, menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

"Jadi, selama ini kamu anggep hubungan kita dengan apa, hah?!"

"Hubungan apa, sih? Pernah nerima lu jadi pacar gue aja kagak!" Aundy menatap malas Max, lalu tatapannya beralih pada Louis yang ternyata sudah menghilang dari hadapannya.

Aundy pun terbingung-bingung sendiri mendapati Louis yang sudah pergi tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Ia mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru, hingga tatapannya menemukan sosok Louis yang tengah bimbang memilih merk kondom antara Sutra atau Fiesta. Dengan langkah semangat yang membara, Aundy pun berlari menghampirinya.

"Louis, kamu jangan salah paham, ya. Aku sama Max itu nggak ada hubungan apa-apa, kok. Dia itu cuma temen yang sok deket. Kam—"

"—bodok amat!" Louis memotong ucapan Aundy tanpa melihatnya. Pandangannya terfokus sepenuhnya pada rasa-rasa yang ada di kemasan Fiesta. "Gue nggak peduli." Lanjutnya sambil memasukkan Fiesta rasa Teh Hijau pilihannya ke dalam troli.

"Ih, kamu kok gitu, sih?" Aundy menggoyang-goyangkan bahu Louis layaknya anak kecil.

"Najis banget, sih, lo! Minggir!" Gertak Louis seraya menyingkirkan tangan Aundy dari bahunya.

Aundy pun mengalah, lalu terdiam sejenak. Ia menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan lesu. Ia menghela napas sejenak sebelum berkata, "waktu itu... kenapa kamu putusin aku?"

Louis menatap Aundy sekilas dan menjawab, "karena gue udah muak dengan ucapan-ucapan lo yang nggak lebih dari sekedar omong-kosong."

Louis pun berlalu sambil mendorong trolinya menuju kasir. Namun, perjuangan seorang Aundy untuk mengajak Louis kembali bersamanya masih terus berlanjut. Aundy berdiri tepat di samping Louis yang tengah sibuk memindahkan barang-barang dari troli ke meja kasir.

"Louis," Aundy menyentuh bahu lelaki tersebut dari samping. "Aku nggak ngerti sama ucapan kamu barusan."

Louis tidak menjawab, melainkan sibuk memperhatikan karyawati yang tengah bekerja dengan mesin kasirnya.

"Louis!" Aundy merengek sambil bergelayut manja di lengan Louis.

"Mati aja lo sana! Minggir!" Sentak Louis, mendorong jauh-jauh kepala Aundy yang bersandar di bahunya dan membenturkannya ke tembok hingga retak.

"Kamu ini kenapa, sih?" Tanya Aundy, menatap nanar Louis.

Akhirnya, Louis menolehkan kepalanya untuk menatap Aundy. Ia mengambil napas panjang dan dihembuskannya secara perlahan, langkah untuk mengontrol emosinya. Dengan tampang yang paling sabar, Louis berkata, "harusnya gue yang bertanya 'lo kenapa?'. Sewaktu kita pacaran, lo itu punya segudang simpanan cowok-cowok. Ya... contohnya yang tadi itu. Sapa namanya? Oh, kalo nggak salah Mack! Nah, itu juga pasti simpanan lo."

Aundy meneguk ludahnya sekuat mungkin saat merasakan gumpalan kebohongan yang menyumbat tenggorokannya. Aundy tak menyangka Louis dapat mengetahui rahasianya. Tapi jujur, Louis adalah satu-satunya lelaki yang paling Aundy cinta sejauh ini. Dan ia rela melakukan apapun untuk bisa merebut kembali cinta Louis.

Louis merogoh dompet di saku belakang celananya, lalu mengeluarkan sejumlah uang untuk dibayar ke kasir. Setelah itu, ia menggandeng sebuah plastik besar yang berisi belanjaannya. 

"Louis, kasih aku kesempatan lagi!" Aundy berlari dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah Louis. "Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Louis."

"Bullshit," Louis tertawa ironis. "Buktinya, sekarang ini lo masih hidup, kan?"

Aundy mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal akan ucapan Louis yang memang sepenuhnya benar. Tak punya pilihan lain, Aundy akhirnya memblokir jalan Louis dengan kedua tangan yang direntangkan, bermaksud menghadang Louis agar tidak pergi kemana-mana.

"Apaan, sih? Norak nggak usah dipelihara, deh! Minggir! Urusin peliharaan lo sana!" Tangan kiri Louis mendorong tubuh Aundy ke samping. Namun, dalam waktu sekejap, Aundy kembali menghadang Louis dengan kedua tangan yang direntangkan.

"Aku. Mau. Kita. Balikan." Ujar Aundy dengan penuh penekanan di setiap suku katanya.

Louis mendengus kesal seraya memutar bola mata. "Kalo gue nggak mau, gimana?"

"Aku akan melakukan apapun agar bisa menjalin hubungan bersama kamu lagi." Jawab Aundy dengan ekspresi yang bersungguh-sungguh.

Louis menghela napas berat. "Mending lo pergi ke laut sana. Minggir!"

Untuk kesekan kalinya, Louis mendorong tubuh Aundy ke samping. Dan ajaibnya, gadis itu tidak melakukan hal bodoh seperti kembali menghadang Louis dengan merentangkan kedua tangannya, melainkan diam di tempat sambil menatap punggung Louis yang menghilang di perempatan jalan.


  ≫≫≫  

mantan pacar kedua

EXGIRLFRIEND » louis tWhere stories live. Discover now