Prolog

4.6K 69 14
                                    

Tatapanku kosong lurus kedepan. Aku sedang duduk di kursi didepan jendela didalam kamar ku. Tempat dimana aku menangis dan tertawa melihat kejadian kejadian lucu dimasa kecilku. Terasa seakan aku bebas tanpa merasakan sakit disana sini.

Aku Menatap masa depanku yang bisa saja terjadi maupun tidak. Hanya beharap tuhan selalu ada untukku. Setiap hari hanya cinta pertama yang kutunggu walaupun setelah hari itu dia tidak pernah muncul untukku lagi.

Aku selalu berpikir kemana dia pergi. Meninggalkanku tanpa pernah menyisakan jejak. Sudah 7 tahun aku berjuang hidup, menunggu nya datang. Hanya dialah satu satu nya harapan ku bertahan tapi dia pun tak kunjung datang.

Ckreek...

"Adiaaaaa. Akhirnya kau pulang juga. Aku kangen ni" Lari mendekati ku

Spontan saja aku langsung berbalik menghadapnya. Dia memelukku dengan sangat kuat sehingga....

"Uhuk...ukh...pelan pelan dong fi sakit tau" aku melepas pelukan nya dengan kasar.

"Iya maafin aku deh Adia Adwitiya. Habis aku senang banget bisa liat kamu disini" jawabnya dengan mengerucutkan bibir nya.

"Senang sih senang tapi jangan gitu juga dong" balas ku dengan kecut

"Yadeh ampun ampun" tersenyum
Melihaku

"Bagus. Sekarang mau ngapain kemari?" Tanyaku langsung to the point.

Dia datang mendekatiku lebih tepat nya duduk disampingku. Ya namaku Adia Adwitiya papa bilang aku hadiah yang tiada duanya karena kata papa dia punya seseorang yang bisa menemaninya.

Sementara fi. Fiona Afreen adalah satu satu nya sahabat yang kumiliki, dulu kami bertiga dengan dia, dia cinta pertamaku. setelah aku kehilangan dia cinta pertamaku. dan semenjak saat itu kami hanya berdua. Kami sering bersama hingga sekarang. Sungguh aku benar benar menyayanginya. Aku rasa dia adalah penyelamatku.

"Aku kemari mau nunjukkin brosur ini tentang kampus baru kita" menyerahkan brosur itu

Aku mengambil brosurnya dengan antusias. Lalu aku membacanya.

Forte University

"Bagaimana bisa kau dapat info tentang kampus ini fi?" Tanyaku

"Apa sih yang gak bisa fio lakukan" jawab fio angkuh.

"Yadeh" jawabku sambil terus menatap browsur itu

"Adia" panggilnya

"Ya fi?" Tanya ku bingung

"Jangan marah ya" katanya lagi dengan wajah innocent nya.

"Tentu saja ada apa?" Tanyaku bingung

"Aku telah mendaftarkan mu kekampus itu" jawabnya

"Apa?" Tanyaku hampir saja mataku keluar tapi aku berusaha sabar dan tenang.

"Ya. Aku sudah mendaftarkanmu kejurusan seni musik" jawabnya santai tanpa merasa bersalah

"Apa?. Pertama, Kau telah mendaftarkan aku kekampus yang tak pernah terpikir olehku. Kedua, kau telah memilih jurusan nya. Apa apaan ini." Tanya ku. Kurasa kali ini mata ku benar benar sudah keluar.

"Hmmm" jawabnya santai sambil meminum teh ku dengan santai.

Aku segera menuju ketempat tidur mengambil bantal dan mulai memukulnya.

"Apa apa ini? Kenapa kau memukul ku Adia? Jawabnya sambil mengelak

Aku benar benar mengejar dan memukulinya dengan bantal

"Apa kau bertanya, fio kurasa kau sudah gila, kau bahkan tau kalau aku sama sekali tidak punya bakat di musik" aku terus menggeram tapi aku sudah mulai memukulinya.

"Hahahahah....tentu saja. Aku sudah tau. Tapi kau boleh saja kan mencobanya" katanya sambil duduk kembali disampingku dengan nafas terengah engah

"Mencoba? Bahkan ketika aku diajarkan mama bermain harpa aku sama sekali tidak bisa. Yang kutau hanya lirik twinkle twinkle saja. Itupun aku belajar hampir separuh dari hidupku fio" kataku dengan bibir yang mengerucut sebal benar benar sebal.

"Hmmm. Aku ingat itu benar benar ingat. Kau benar benar gadis yang payah adia". Jawab nya sambil mulai menggigit kuku nya.

"Dasar jorok". Jawabku sambil melempar bantal yang masih kupegang sejak tadi.

"Kau takkan menyesal Adia. Ini yang terbaik. Lagian kau sudah berjanji tidak akan marah. Jadi, tenanglah". Jawabnya lagi

Aku hanya diam dan terus menatap nya dengan tatapan ku yang kurasa sudah cukup menakutkan untuk menakutinya.

"Dan satu lagi kau berhasil mendapatkan beasiswa menggambar yang kau inginkan. Kau akan belajar di dua kampus dan kuharap kau sanggup" jawabnya santai sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Fioooo. Apa kau sudah gila hah? Aku takkan mengambil seni musik itu. Untuk apa kau belajar dijurusan yang sama sekali tidak aku sukai hah?" Tanya ku lagi.

"Tenanglah kau pasti akan mengetahui maksud ku setelah ini. Jadi tunggu moment yang pas saja" jawabnya meninggalkanku dan mulai membuka pintu lalu keluar

"Kau tak usah datang lagi. Kalau hanya ingin membuat ku marah Fio. Kau sama sekali seperti jelangkung datang disaat yang tidak tepat. Menyebalkan sekali kau ini" aku berteriak kuharap dia masih mendengarkanku.

"Tentu saja. Tapi jangan menyuruh ku datang lagi ya. Bye aku pulang dulu karena ada urusan penting" jawabnya sambil membuka pintu. Menutup nya lalu pergi.

Aku masih saja menggeram. Aku benar benar bingung dengan anak aneh bin ajaib seperti fio. Memasukkanku dengan seenak jidat nya. Padahal dia bukan mama papa.

Itulah sebabnya aku tidak begitu dekat dengan mama. Mama adalah seorang pemain harpa yang hebat. Dan kak Rey Adwitiya dia juga pemain harpa yang hebat. Dia adalah kakak ku yang tampan dan romantis Banyak wanita yang mengejar cintanya termasuk Fio sahabatku yang teralai sedunia. Dia menyukai kak rey. Hah memang sangat lucu. Terkadang aku suka tersenyum geli ketika kak rey menatap matanya, lalu dia menjadi salah tingkah

Tapi ntah mengapa aku mama dan kak rey tak pernah bisa menyatu. Tapi aku selalu bisa melihat sisi kepedulian kak rey terhadap ku. Dasar Rey yang aneh. Itu selalu julukanku untuknya.

Dan mama walaupun aku tak begitu dekat dengannya. Aku tak pernah kehilangan sosok nya. Dia tetap menyayangi dan mendukung apapun yang kulakukan.

Keluarga ku adalah keluarga kecil yang sangat hangat. Aku benar benar menyayangi mereka semua.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah fio pergi seketika keheningan muncul lagi dari hatiku. Aku terus sibuk dengan fikiran ku. Secara spotan aku mengambil pena dan kalender. 25 oktober tepat tujuh tahun dimana dia meninggalkan ku tanpa sedikit jejak. Dan berharap dia kembali. Walau itu hanya jadi angan angan saja.

Aku meletakkan kalender diatas meja dan mengambil buku diary ku.

Dear flowly...
Tepat sudah 7 tahun aku kehilangan dia. Dia cinta pertama ku. Aku terus saja mengenang nya tapi dia tak kunjung datang. Oh, tuhan beri aku kekuatan untuk tetap menunggu nya. Mengulang semua kenangan kecil dimasa lalu yang membuatku benar benar bahagia.

Aku menghapus air mata yang secara tidak sadar jatuh dari mata ku. Sungguh aku benar benar merindukannya.

1. Kembali kekampus sebagai Adia yang sehat bukan adia yang penyakitan....

Happy Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang