Chapter 1

81 0 0
                                    

Angin malam berhembus kuat menerbangkan poster-poster lama yang berserakan di aspal, seorang pria dengan jas hitam tengah berjalan ditroroar yang sepi, tak ada kendaraan, tak ada juga pejalan kaki lain, hanya dirinya dan suara semilar angin malam.

Jas hitamnya berkibar dibelakang, topi fedora yang ia kenakan kini ia rapatkan agar tak tertiup angin.
Sarung tangan kulit berwarna senada tampak melekat pas ditangannya memeluk koper aluminium didada dengan erat.

Pria itu tampak tegang dibawah langit malam yang penuh bintang.
Pria berfedora itu merasa diawasi dengan tatapan tajam, diketatkan pelukan pada koper tersebut dengan langkah yang dipercepat.

Tak lama matanya melihat sebuah gedung kumuh, ia memasuki gedung itu dengan berlari lalu menaiki tangganya satu persatu.
Suara sepatu hitamnya menjadi irama pelariannya menuju atap gedung.

Saat ia berhasil sampai diatap gedung ia menghela nafas lega, disana seorang pria stelan hitam tengah meminum segelas wine dengan tenang sambil memunggunginya.

"Maaf atas keterlambatan saya tuan Romero, tetapi kopernya aman" pria bertopi fedora itu melangkah mendekat dengan senyum puas.

Ketika tinggal selangkah lagi ia mendekati tuannya, suara tikaman pisau membuat ia terkesiap, matanya membesar saat ia melihat sebilah pisau menancap tepat dijantungnya, darah segar keluar dari bibirnya, ia terbatuk sesaat sebelum matanya menatap pada seseorang yang tengah menyeringai padanya.

"Tuan Romero...bukan... kau..." ia menyipitkan matanya yang mulai mengabur "...Al Demeo?" Pria itu tercekat saat tahu siapa yang ada dihadapannya, pria yang disebut Al Demeo terkekeh pelan.

"Romero? Apa dia Romero?"dengan seringai yang mengerikan sambil menunjuk pada sudut atap gedung memakai ekor matanya. Pria berfedora itu menoleh ke arah yang ditunjuk dan mendapati tuannya tak bernyawa dengan mata yang melotot, jari-jarinya sudah tidak utuh, pipinya koyak hingga ke bibir, sangat banyak tikaman disekeliling perutnya.

"Kau akan menyesalinya Demeo"

Al Demeo hanya tersenyum culas sebelum menekan pisau tersebut semakin dalam.

Suara sirene polisi mulai bersautan dibawah gedung, suara langkah kaki yang tegas dan ramai mulai mewarnai gedung yang sunyi.

Setelah pria dihadapannya tak bernyawa ia berjalan dengan tenang untuk meraih koper aluminium tersebut dan membukanya.

Polisi dengan senapan mulai menaiki tangga dengan cepat, suaranya bahkan semakin mendekat ke atab gedung.

Al Demeo menatap isi koper tersebut, seketika cahaya emas memantul tepat diwajahnya dengan lembut, ia terpekur sangat lama, hingga para polisi mendobrak pintu atap gedung dengan senapan yang mengarah kesegala arah.

Namun Al Demeo menghilang bersamaan dengan koper tersebut seolah tertiup angin malam.

***

Ia tersentak dari tidurnya, nafasnya memburu dengan keringat bercucuran diseluruh tubuhnya. Suara klakson mobil dan kendaraan lain mulai terdengar diluar apartemen sederhananya.

Ia segera beranjak menuju washtafel untuk membasuh wajah, ia tatap wajah yang terpantul pada cermin yang sudah retak dengan seksama, lalu meraih hantuk untuk mengeringkan sisa air yang bercucuran.

Celana jins usang yang dikenakannya terdapat sedikit noda darah yang dibiarkan sejak semalam.
Ia membuka jendela kamar, membiarkan cahaya hangat matahari pagi menerpa dirinya, tatapan tajam itu menatap jalanan yang sangat ramai.

You got me from 'hello'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang