Rumah Pohon

15 2 0
                                    


Asyel melangkahkan kaki nya pelan pelan menuju tepi danau. Ia memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Sore ini ia datang kembali ke tempat favorite nya itu. Asyel menutup mata nya lalu menarik nafas dalam. Ia masih bingung dengan kejadian di kelas nya tadi. Apa mungkin mereka mengikuti Asyel? Tapi itu tidak mungkin. Kalau begitu apa itu tadi?

Asyel membuka mata nya,ia berjalan menuju Rumah Pohon nya itu dan menaiki tangga yang tersedia disana agar bisa naik dengan mudah.

Sesampainya di atas,Asyel membuka pintu rumah Pohon itu lalu diam diambang pintu. Mata nya menelusuri semua sisi rumah itu,namun saat ia akan masuk langkah nya terhenti. Ia menghela nafas kasar dan berbalik lalu menutup kembali pintu rumah Pohon itu.

Sampai akhirnya Asyel hanya duduk di luar sambil menikmati pemandangan yang ada. Ia berharap kalau Ayah nya akan segera pulang ke Indonesia agar bisa menemani nya.

"Heeey! Kau! Cewek alis tebal" teriak seseorang dari arah bawah

Mendengar ada yang memanggil nya Asyel pun langsung bangun dan melihat siapa orang itu. Dia lagi? Pikir nya

"Loh ko? Ravel kamu sejak kapan disini?"tanya Asyel bingung

"Sejak dulu" jawab nya asal

"Ish kamu ini-_-"

Ravel akhirnya naik ke atas rumah pohon menghampiri Asyel dengan membawa sekantong makanan. Asyel mengernyitkan alis nya bingung

"Apaan tuh?" tanya nya

"Ya makananlah apalagi?" jawab Ravel mendelik yang membuat Asyel terkekeh melihat nya.

"Buat siapa emangnya?"tanya Asyel

"Buat monyet! Ya buat kamu sama akulah" ucap nya kesal

"Loh? Berarti kamu tau dong aku kesini?"tanya Asyel lagi

"Nggak" jawab nya singkat

Asyel tidak bertanya apa apa lagi,ia malah memandang lurus ke depan. Ia berusaha mengingat memori semasa ia kecil dulu bersama kedua teman nya,namun yang ia sayangkan yaitu ia tidak bisa mengingat siapa nama teman teman kecil nya itu. Lagi lagi semua bersumber karena mereka.

"Kamu kenapa alis tebal?" tanya Ravel

"Tidak. Aku hanya sedang berusaha mengingat kenangan masa kecil ku disini" jawab Asyel tersenyum tanpa melirik Ravel

"Memang nya kamu tau tempat ini dari kecil ya?" tanya Ravel lagi

"Iya" Asyel kemudian menoleh pada Ravel "Dulu-seingat ku aku punya teman kecil. Aku sering sekali datang kesini bersama Ayah,bahkan rumah pohon ini adalah hadiah ulang tahun ku saat kecil dulu dari Ayah. Seingat ku juga-"

"Seingat mu? Memang nya kamu tidak ingat dengan teman teman kecil mu itu?" tanya Ravel panasaran

"Hmmm ya begitulah. Ada sesuatu yang membuat ku tidak bisa mengingat mereka dengan sempurna. Bahkan nama mereka pun aku lupa-hiks hiks"

Asyel tidak bisa menahan tangis nya. Ia merasa bukan teman yang baik untuk teman teman kecil nya itu,ia benci pada diri nya sendiri. Ia membenci mereka yang sudah membuat sebagian ingatan nya hilang. Ravel yang merasa tak tega pun membawa Asyel ke dalam pelukan nya. Entah bagaimana caranya Ravel merasa lega bisa memeluk Asyel.

"Mereka pasti ngerti ko kenapa kamu gak inget mereka,jadi kamu jangan nangis lagi ya. Kalau kamu mau cerita,aku mau ko jadi tempat curhat kamu. Sekarang kan kita temen,right?" Asyel menghapus air mata nya lalu ia menatap Ravel yang sedang memeluk nya

RA-VEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang