Kau Milikku

1.2K 66 30
                                        

Mata birunya tidak sengaja bertubrukan dengan sepasang mata coklat lembut milik seorang gadis pelayan. Dunia seakan berhenti berputar. Tatapannya hanya tertuju pada gadis itu. Gadis dengan rambut pirang ikal dan pipi merah merona. Menyadari dirinya menatap sang Tuan, gadis itu langsung menundukkan malu.

Adrian menemukan dirinya tersenyum melihat tingkah gadis pelayan itu. Kemudian, senyumnya berubah menjadi seringaian.

"Aku pilih dia. Dan hanya dia yang akan menjadi istriku,"

"Dia? Dia siapa yang kau maksudkan nak?" Ibunya hampir melompat senang karena akhirnya, anaknya itu bisa menentukan pilihannya.

Adrian tidak menjawab. Sebaliknya, ia malah berjalan menuju gadis-gadis yang tengah mengharapkannya. Namun, ia malah melewati mereka dan menuju ke barisan pelayan.

Matanya terfokus hanya kepada seseorang. Akhirnya ia berhenti tepat di hadapan seorang gadis pelayan. Kemudian mengambil tangan gadis itu dan menggenggamya. Gadis itu terperanjat.

"Dia. Aku ingin gadis pirang ini menjadi istriku," ucapnya mantab tanpa mengalihkan netranya dari mata coklat gadis itu.

"Ap-apa maksudmu memilih dia menjadi istrimu nak?" tanya Helen bingung.

"Kau tahu benar apa maksudku ibu." kata Adrian sembari mengecup jari tangan gadis itu.

"Tu-tu-tuan," ucap gadis itu lirih. Pipinya bersemu. Ia malu karena
diperlakukan seperti itu oleh tuannya. Melihat itu, Adrian tersenyum. Tingkah gadis itu terlihat lucu baginya.

"Ap-apa maksudmu Tuan Adrian? Apa maksudmu menjadikan gadis itu sebagai istrimu? Dia itu kan pelayan. Kau harusnya memilihku" seru seorang gadis histeris.

"Tidak!seharusnya kau memilihku Tuan!" balas gadis lain. Keributan mulai terjadi diantara para gadis pilihan Helen itu.

Adrian mulai terganggu dengan suara berisik di belakangnya. Akhirnya ia membuka mulutnya.

"DIAM!"

Semua keributan itu tiba-tiba berhenti. Adrian pun kaget karena bukan dia yang barusan berteriak. Tapi ibunya.

"Anakku sudah menentukan pilihannya. Dan aku tetap akan menghargainya meski ia adalah seorang pelayan. Kebahagiaanku adalah kebahagiaan anakku. Jadi maaf nona-nona. Terima kasih atas kedatangan kalian. Kalian boleh pergi," Helen berkata penuh wibawa. Meski ia sendiri masih tidak percaya pada pilihan anaknya, ia akan tetap menghargainya.

"Heh. Aku tidak percaya. Ternyata keluarga ini punya pilihan rendahan,". Gadis-gadis itu pergi dengan angkuh.

Adrian tidak peduli tentang apa yang jalang-jalang itu katakan. Dunianya hanyalah gadis di sampingnya.

Ia kemudian berbalik menghadap gadis itu. Ia kaget melihat gadis itu menangis.

"Hei,mengapa kau menangis?" Adrian mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata gadis itu. Dia tetap terlihat cantik saat menangis, pikirnya.

"Tidak tuan. Aku bertanya-tanya mengapa tuan memilihku. Aku sungguh tidak pantas tuan. Aku hanyalah pelayanmu. Aku juga tidak ingin menghancurkan reputasimu Tuan," ucap gadis itu sambil terisak.

Mendengar itu, Adrian marah. Ia meraih dagu gadis itu.Memaksa gadis itu menatap matanya.

"Dengar. Aku tidak peduli siapa kau dan bagaimana reputasiku nanti. Bull shit dengan itu semua. Yang terpenting dan harus kau ingat adalah, kau milikku dan akan tetap menjadi milikku."

Adrian menyentakkan tangannya dari gadis itu, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan itu menuju ruangannya. Tidak memperdulikan sang gadis yang kini tengah menangis.

Helen mendesah melihat itu. Adrian memang tipe orang yang akan mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Ia menghampiri gadis pilihan anaknya itu.

"Briana, tidak perlu menangis nak. Ayo, aku antar kau ke kamarmu yang baru," dengan lembut, Helen merangkul dan mengajak gadis yang ternyata bernama Briana itu ke kamar barunya.

YOU'RE MY OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang