4. Tak Sengaja Semakin Dekat

197 34 11
                                    

Takdir adalah misteri
Masih menjadi misteri
Mengapa kita bertemu lagi

Aku bahagia, kita berjumpa
Dalam sebuah ketidaksengajaan
Dan aku mulai berharap
Untuk dicintai dan dimiliki

Aku yang merasa semakin dekat denganmu
03 Januari 2016

***

"Baiklah, persentasi selanjutnya bagian kelompok 2," guru bahasa Indonesia memanggil kelompok ku.

"Tita, kamu udah menyiapkan power point nya kan?" tanya Netta yang kebetulan satu kelompok denganku.

"Udah, di flashdisk." jawabku.

Aku meraba saku seragamku. Tidak ada. Sial, Flashdisk nya hilang. Aku cek berulang kali di tas dan di tempat pensil tapi hasilnya nihil.

Aku panik seketika, guru bahasa Indonesia di kelasku jagonya dalam hal diskon mendiskon nilai, kalau dia tahu aku kehilangan flashdisk yang isinya materi untuk persentasi, bisa-bisa nilai kelompok ku di kurangi.

Aku sih tidak masalah, tapi anggota kelompokku yang lain belum tentu sepemikiran denganku.

"Ada gak Ta?" tanya Netta.

"Kayaknya flashdisk nya jatoh deh Net," jawabku dengan penuh rasa bersalah.

"Serius lo? Coba inget-inget terakhir kali lo nyimpennya dimana?"

"Seinget gue di saku seragam. Tapi gak ada, kayaknya jatoh."

"Lo tadi abis dari ruang guru terus kemana?"

"Ke perpus."

"Bisa jadi jatoh di sana Ta,"

"Bagaimana kelompok 2?" tanya pak guru.

"Uhm.., maaf pak sepertinya flashdisk saya tertinggal di perpustakaan. Saya izin keluar untuk mengambilnya."

"Kamu ini, lain kali jangan ceroboh seperti itu. Sana cepat Bapak kasih waktu lima menit,"

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan guruku itu.

Dengan kecepatan penuh aku berlari menuju perpustakaan. Mencari di kolong meja, kursi, ataupun rak buku.

Ayolah flashdisk jangan main petak umpet, aku butuh kamu sekarang.

Saat aku tengah berjongkok di bawah meja tiba-tiba saja benda yang ku cari-cari sedari tadi tergantung di atas kepalaku seperti jatuh dari langit.

"Nyari ini?" oh my god suara itu, suara kamu.

"I-ya," aku bangkit dan menatap flashdisk itu. Fokus ku mulai terbelah antara kamu dan flashdisk.

"Tadi jatoh, mau balikkin lo nya keburu lari." sekarang juga aku pengen lari Rey, waktuku hanya tersisa satu menit lagi.

"Iya, makasih ya."

Aku sudah siap-siap untuk berlari. Tapi tiba-tiba kamu bersuara membuat langkahku terhenti.

"Sebagai tanda terima kasih lo, gue tunggu lo di rooftop."

Kamu nunggu aku Rey? Serius? Apa ini keajaiban dunia ke-8? Oke sekarang bukan waktunya untuk ber-euforia. Fokus pada persentasi Indonesia, Thalita!

"Oke, Aku ke kelas dulu ada persentasi."

"Oke, good luck."

"Thanks."

Aku kembali melanjutkan langkahku yang sempat terhenti. Tak henti-hentinya bibir ini tersenyum bahagia. Aku yakin pipiku sudah pasti merah merona karena sikap kamu Rey.

***












Unseen [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang