5. Remang Berangsur Terang

274 38 20
                                    

Malam berlalu tibalah siang
Remang berangsur datanglah terang
Aku yang samar kini terlihat jelas
Manikmu tembus hati layaknya kapas

Harapan mulai terlihat nyata
Meski tak menampik kemungkinan tidak tercapai
Ketahuilah pasang surut memang selalu ada
Tapi air laut tidak pernah berubah rasa

Aku yang remang lalu terang
04 Januari 2016

***

Sesuai janji aku menghampirimu di rooftop sepulang sekolah. Jantung ini berdebar-debar seakan ingin keluar dari tempatnya. Untuk pertama kalinya kamu mengajak aku untuk bertemu di rooftop.

"Eh, lo udah dateng, sini duduk."

Kamu yang tengah asyik memainkan rubik akhirnya menyadari kehadiranku. Dengan gugup, aku duduk di sebelahmu.

Tanggal 4 januari 2016 jam 2 lewat 40 siang aku duduk di sebelahmu untuk pertama kalinya.

"Lo tau kenapa gue nyuruh lo kesini?"

"Ng-gak tau, kenapa memangnya?"

"Sama gue juga gak tau kenapa."

"Kok gitu?"

"Lo itu kayak rubik. Unbreakable. Sulit di pecahkan. Lo juga kayak masa depan. Unseen. Gak keliatan dan gak diketahui."

"Aku bukan anak hitz."

"Gue setengah mampus penasaran sama lo tau gak? Orang yang setahun terakhir suka ngasih hadiah ke gue entah itu makanan atau apapun. Dan gue heran dari mana lo tau tempat favorit gue adalah rooftop ini."

"The power of stalker. Hehe."

"Hahaha lo barusan ngaku suka ngestalk gue,"

"Gak boleh ya?"

"Tergantung, kalo ngestalk gue buat di santet mending jangan."

"Aku gak pernah kepikiran nyantet kamu kok,"

Aku menunduk, Rey benar-benar berpikiran aku sampai melakukan hal sejauh itu? Aku masih punya iman, tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu.

"Gue bercanda astaga, eh btw kita belum kenalan secara resmi. Gue yakin lo udah tau nama gue, tapi gue belom tau siapa nama lo."

"Thalita, panggil aja Tita."

"Oke Tita, gue mau nanya sebesar apa sih cinta lo ke gue?"

"Aku gak tahu seberapa besar cinta aku sama kamu. Yang jelas lebih besar cinta orang tua kamu dibanding cinta aku."

"Perumpamaannya aja Tita."

"Cinta aku seperti lautan yang selalu mengalami yang namanya pasang dan surut."

"Jadi, cinta lo ke gue pernah surut?"

"Pernah, setiap kali aku dengar kamu punya pacar."

"Sorry,"

"Meskipun pasang surut selalu ada. Tapi ketahuilah air laut tidak pernah berubah rasa. Hati aku udah kaya bumerang Rey. Aku lempar jauh-jauh juga, tetep aja baliknya ke kamu."

"Gue terenyuh denger kata-kata lo. Terus kenapa lo lari tiap kali ketemu gue? Kayak gue virus aja."

"Karena aku ngerasa gak pantes buat kamu. Aku terlalu biasa buat kamu yang luar biasa."

"Lo cantik Tita, percaya diri membuat inner beauty lo keluar. Percaya sama gue."

Kamu bilang aku cantik. Antara mimpi dan kenyataan aku sudah tidak bisa membedakannya lagi. Jika ini mimpi biarlah aku tertidur selamanya. Jika ini nyata, izinkan aku terjaga untuk waktu yang lama.

"Gini deh Ta, gue mungkin belum bisa bales perasaan lo. Tapi gue mau belajar Ta, buat bales perasaan lo."

"Kalo terpaksa apalagi kasihan mending jangan."

"Thalita, gue gak pernah merasa terpaksa atau kasihan sama lo. Perasaan gue baru aja sampai di sungai Ta, belom bermuara ke laut. Gue masih dalam tahap penasaran sama lo."

"Aku dari dulu pengen bilang ini Rey sama kamu. I love you."

"I will love you. Soon."

***
THE END











Unseen [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang