Hampir seminggu Donghae tinggal di kamar bau obat ini. Iya, sejak kejadian malam itu Donghae harus dirawat di Rumah sakit.
Setiap malam selama seminggu pula Donghae mimpi buruk. Mimpi yang sama, Kim Kibum dan tragedi yang meliputinya.
Malam ini ada eoma dan Siwon yang menjaganya. Hyukjae seperti biasa hanya akan datang sesekali. Kesibukannya sebagi seorang detektiv membuatnya jarang melihat keluarganya.
"HYUNG... hah..hhh...hah...hhh" teriak Donghae histeris bangun dari mimpi buruknya, lagi. Nafasnya memburu, keringat dinginnya membasahi poni hitamnya.
Siwon dan Mrs. Lee terlonjak kaget dari tidur mereka, langsung menghambur ke arah Donghae yang menangis. Iya, sekarang dia mulai menangis.
Dia pasang masker oksigen untuk membantu adik manjanya itu bernafas, dielus elus punggung lebar cenderung kurus itu dengan lembutnya.
"Hhyyuuunnggg... " rajuk Donghae sambil memeluk Siwon erat.
"Tenanglah hyung di sini hae ya, tenanglah... " eoma menangis haru melihat pemandangan ini.
"Aku harus mengakhirinya hyung" yakin Donghae sambil melepaskan masker oksigennya, nafasnya mulai teratur sekarang.
"Apa maksudnya sayang... Kau bahkan bukan yang memulainya.Cobalah untuk tidak memikirkannya lagi Donghae ya, cobalah melupakannya!" tuntut eoma Lee sedih.
"Benar kata eoma hae ya, lupakan saja. Hyung tidak mau kau terlibat dengan pekerjaan Hyuk hyung. Sangat berbahaya Hae." Jelas Siwon menguatkan tuntutan eomanya.
"Tidak hyung, eoma, aku harus menghadapinya. Vision itu selalu muncul di mimpiku seolah olah menuntutku untuk membantunya." mencoba meyakinkan eoma dan Siwon hyungnya.
"Aku tidak ingin terus terusan tinggal di sini karena tiap malam mendapat serangan asma karena mimpi itu eoma. Itu sangat melelahkan. Aku putuskan, aku akan menghadapinya hyung. Aku akan membantu Hyuk hyung menyelesaikan kasusnya ini." lanjut Donghae panjang lebar pada eoma dan hyungnya.
"Tapi sayang... "
"Eoma lupa apa pesan appa sebelum beliau meninggal? Itu pasti datang eoma, kelebihanku ini pasti mendatangkan tanggungjawab yang besar. Mungkin inilah yang dimaksud appa." memotong argumen eomanya.
Siwon dan Mrs. Lee bungkam tidak bisa berkata apapun sekarang. Sibuk dengan pemikirannya masing masing.
"Hyung tolong minta Hyuk hyung untuk kemari" pinta Donghae pada Siwon yang masih duduk di sebelahnya memandang Donghae dengan mata sendu sarat akan kekhawatiran.
"Baiklah, terserah kau saja Hae ya. Asal kau bisa menjaga dirimu sendiri, karena aku tidak yakin dengan Hyuk hyung" pasrah Siwon karena dia tahu tidak akan pernah bisa mengalahkan kekeras kepalaan adik satu satunya itu.
***
"Ini tempatnya Hae, apa kau yakin akan melakukannya? " tanya Hyukjae untuk kesekian kalinya.
Kali ini Donghae hanya mengangguk untuk menjawabnya. Kosentrasinya dia hantamkan penuh pada ruangan di balik pintu apartemen tepat di depan dia berdiri sekarang.
Menuruti permintaan Donghae sebelumnya, di sinilah mereka sekarang. Bekas apartemen Kim Kibum, TKP kasus pembunuhan 2 minggu yang lalu.
Tangan kirinya masih dia simpan rapat di saku jaket hoodi hitamnya. Wajah tampannya hampir tidak terlihat, tersamarkan oleh topi warna senada yang dikenakannya.
"Kau siap?" tanya Hyukjae.
"Ne hyung, bukalah!" jawab Donghae yakin.
Donghae berjalan di depan, memimpin. Melihat keadaan di sekitarnya, berantakan. Pecahan kaca, kursi jatuh, darah di dinding, di lantai, aroma kematian memenuhi apartemen itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIFT [Completed]
FanficAku melihatnya hyung... Aku bisa menemukannya hyung... Kelebihan yang Tuhan berikan pasti akan mendatangkan tanggung jawab yang besar... Jadi gunakanlah untuk menolong orang di sekitarmu. Lee Donghae