1. Fairy

101 6 0
                                    


A story by; Faniaulia06

-------------

Sebelum aku menceritakan kisah ku ini, bagaimana kalau kita berkenalan terlebih dahulu?? Kenalkan nama aku Tifanny fairytale, sekarang ini aku menduduki bangku kelas sembilan atau lebih tepatnya kelas tiga sekolah menengah pertama.

*****

Aku memiliki sahabat bayang sejak aku duduk di kelas dua sekolah dasar. Kalian sudah mengerti bukan apa itu sahabat bayang.

Ya kalian benar. Mereka adalah sahabat ku namun tak bisa semua orang melihatnya.

Awalnya aku tidak memiliki teman di dunia lain ini, hanya saja aku bertemu dengan banyak orang yang menangis tersendu-sendu meminta ku untuk menolong mereka, tapi aku tahu apa-apa. Hingga akhirnya aku bertemu dengan kelima sahabat ku ini.

Akan ku kenalkan kalian pada kelima sahabat bayang ku itu.

Mereka hidup tapi tak berjasad. Kalian tak bisa dan tak mungkin bisa melihat mereka jika kalian tidak mempunyai kemampuan seperti aku ini. Kalau kalian tidak bisa melihatnya jangan kecewa, aku akan menceritakan sedikit tentang mereka.

James, Alther, Atlas, Pete, dan yang terakhir Hermiona.

James itu yang paling tua diantara kelima sahabatku ini, selain itu dia juga lebih tua daripada ku.

Alther itu kakaknya Atlas, aku bertemu dengan mereka saat aku ingin pergi ke sekolah bersama James dan Pete. Saat itu aku melihat mereka sedang dalam tangisan yang amat menyakitkan, sampai-sampai ku dekati mereka yang berada di atas pohon mangga milik Pak Unang, tetangga ku.

Bagi ku Pete itu yang paling tampan diantara keempat sahabat lelaki ku. Walaupun begitu, tapi tetap saja aku sering takut saat melihat mukanya yang penuh dengan luka bakar serta nanah yang sering kali keluar.

Dan yang terakhir Hermiona, dia ini satu-satunya perempuan diantara sahabat-sahabat ku. Memiliki paras wajah yang cantik serta memiliki rambut yang berwarna coklat kehitaman.

Mereka itu katanya berasal dari Prancis, entah itu Prancis benaran atau malah prapatan Ciamis.

Walaupun mereka memiliki wajah yang menyeramkan dan bau danur yang begitu menyengat di indra penciuman ku, tak sekali pun ada niatku untuk meninggalkan mereka.

"Fairy, Come on you could be late again, today."

"Iya tunggu sebentar."

Kini, kelima sahabat ku sedang menunggu ku untuk bersiap menuju sekolah. Dengan seragam putih dan rok biru tua ku, aku pun siap berangkat sekolah. Ku buka pintu kamar ku yang sempat tertutup ini.

Dan terpampang jelaslah mereka semua menunggu ku dengan raut wajah yang sulit ku artikan.

"Fair, sumpah lo lama banget. Lo mau apa dihukum lagi sama pak buncit??" Ucap James melayang sambil membawa boneka kesayangannya sejak dulu.

"Air keran tadi mati, makannya gue agak lama" jawabku mengada-ngada.

"Ngeles mulut ah lo"

"Dasar lo bocah"

"Gue udah gede ya, bukan bocah lagi"

"Oh ya?? Tapi kenapa badan lo masih kecil-kecil juga??"

"Mirror elah, badan lo juga ga gede-gede"

Aku pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, saat melihat mereka sedang bertengkar kecil di pagi hari yang cerah ini.

"Stupid. Terus aja berantem, sebenarnya kalian pengen nganterin Fairy ga sih??" Walaupun dia kesannya cuek, sebenarnya Alther memiliki sifat yang dewasa dan perhatian. Hanya saja tidak ia tampakkan ke semua orang, hanya beberapa saja.

James dan Atlas, merekalah yang baru saja bertengkar. Walaupun James yang paling tua diantara kelima sahabat ku ini, ketahuilah bahwa sifat James itu sangat Childish sekali.

Atlas yang memiliki tubuh yang tidak tinggi atau biasa disebut dengan pendek, dia selalu jadi bahan Bully-an diantara kita. Walaupun Alther kakaknya, tapi dia tidak pernah membela sang adiknya itu.

"Pete mana??" Tanya ku saat melihat seorang Pete tidak ada di hadapanku.

"Lo kangen ya sama dia?? Ngaku deh," ucap Atlas sambil melayang memutari diriku.

"Diem lo bocah," jawab James sambil merangkup kedua tangannya di depan dadanya.

"Apa sih salah gue ampe gue dibully terus sama kalian??" Kali ini Atlas memilih untuk duduk di kursi meja makan yang tidak terlalu jauh dari pintu kamarku.

Ga biasanya Atlas marah seperti ini. Mereka emang keterlaluan tapi, mereka tau mana yang baik dan mana yang buruk.

Hermiona yang melihat wajah Atlas itu pun segera mengikutinya dan berusaha untuk menenangkan Atlas.

"Atlas, please don't be sad, we just kidding. You know, you're so cute when he was angry so, we like to bully you," ucap Hermiona dengan bahasa inggris yang begitu fasih ini.

Aku, James, dan Alther yang melihat kekecewaan di wajah Atlas pun jadi merasa bersalah.

"Fairy!! You should let's go to School."

Aku, James, Alther, Atlas, dan Hermiona pun refleks menoleh saat suara Pete begitu mengacaukan suasana.

"Why??" Tanya Pete saat kita semua menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Lo ngerusak suasana anjirr," ucap James mendekat ke arah Pete.

"What's the matter with you? Why are you staring at me like that?" tanya Pete dengan wajah tanpa dosanya.

Aku pun ikut mendekat ke arah nya "Atlas lagi ngambek," bisikku tepat di telinga Pete.

Pete dan Hermiona itu sulit sekali untuk berbahasa indonesia, beda dengan James, Atlas, dan Alther.

Terkadang aku sulit untuk mencerna apa yang mereka berdua bicarakan, tapi perlahan aku pun mengerti.

"It's a Atlas, don't cry, we're just a joke and if you don't want us to laugh because of you? it is pleasant people that the law must you know??!" Pete pun mendekat ke arah Atlas dan dipeluk nya Atlas yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Beda dengan Alther, walaupun ia kakak kandung dari Atlas tapi dia jarang untuk menghibur adik kecilnya yang begitu imut ini.

"Habisnya gue capek, kalian selalu aja bully gue."

"Kita cuman bercanda kali, dasar bocah kecil baperan," ledek James kepada Atlas.

"Yang penting gue ngangenin."

"Pede banget lo, dasar bocah!!"

"Never mind. Fairy hurry up, then you go to school!!" Hermiona pun mengingatkanku untuk segera berangkat ke sekolah.

Aku pun segera berjalan menuju ke sekolahku yang tak begitu jauh dari pekarangan rumahku. Tentu dengan James, Alther, Atlas, Pete, juga Hermiona.

Entah kenapa aku sangat bahagia memiliki 'mereka' dengan segala kekurangan yang mereka miliki.

Rasanya sangat sulit jika pada akhirnya aku harus menutup kemampuan ku ini.

Indigo itu tidak seharusnya disesali. Memiliki indigo itu hal terindah yang Tuhan pernah berikan untuk diriku.

-Tamat-

The Winner Of Event II & OpmemWo Geschichten leben. Entdecke jetzt