Mr. Busy

2.7K 223 8
                                    

'Tik..tok..tik..tok..tik..tok'

Suara dentingan jam terdengar jelas dari dalam ruangan minimalis ini. Walaupun sebenarnya ruangan ini tengah di huni olehku dan lelaki berwajah imut ini, namun tak ada yang berani mengeluarkan suara sekecil pun diantara kami..

Aku masih fokus pada game yang tengah kumainkan sedangkan lelaki dengan sweater big size nya masih setia pada pulpen dan beberapa kertas yang tergeletak begitu saja membuat mejanya terlihat sangat kacau.

Aku sedikit melirik kearahnya melihat apa dia sudah selesai dengan tugasnya atau bahkan sebaliknya..

"astaga jihoon ah!! Sudah 2 jam Dan Kau Baru membuat 1 bait lirik?" Ucapku memecahkan keheningan diantara kami sembari sesekali berdecak dan menggelengkan kepalaku melihat mejanya yang sangat berantakan.

"Hsshh diamlah." Jawabnya tanpa melihatku.

Aku menganga mendengar jawaban singkatnya. Bagaimana bisa dia sesederhana itu? Biasanya dia terlihat sangat rapi dan bawel..

"Kau sudah menghabiskan waktu selama 2 jam hingga ruangan ini berantakan Dan Kau masih belum selesai? Aku harus menunggu berapa lama lagi jihoon ah? Aku lelah" Lanjutku tanpa pembelaan dari lelaki imut itu.

"Ah terserahlah." Lirihku kembali melanjutkan game yang sebelumnya ku tunda, dia hanya mengerdikan bahunya tanda tak perduli.

Hening, ruangan minimalis yang penuh dengan peralatan musik ini kembali hening, hanya deru nafas kami dan juga dentingan jam dinding yang semakin membuat suasana menjadi awkward.

"Jihoon-ah~" Rengekku kembali memecahkan suasana yang sangat mengganggu ini.

"Hmm"

"Sampai kapan kau menulis lirik lagu seperti itu?" Tanyaku.

"Sampai comeback nanti, ah tidak mungkin sampai aku berhenti bekerja di industri musik." Jawab nya sembari sesekali menggerakan pulpennya.

"Sialan." Ucapku dengan menatapnya sinis.

Dia hanya terkekeh dan melanjutkan pekerjaannya tanpa memperdulikanku lagi.

"Untuk apa aku disini?" Tanyaku lagi sembari merebahkan diriku yang sedikit pening karena terlalu lama bermain game.

"Menemanikulah, apalagi?" Jawabnya.

Aku hanya memutar kedua mataku malas saat mendengar jawaban nya yang terdengar sangat menyebalkan. Aku meraih majalah di bawah meja yang mungkin sudah di sediakan.

"Eung kau membaca artikelmu sendiri? Aku tak percaya kau sangat percaya diri." Ucapku sedikit meledeknya.

"Seungkwan yang membawanya dan tertinggal disini, jangan berpikiran sempit seperti itu (n/y)." Jelasnya sembari memutarkan kursinya supaya berhadapan denganku.

"Hanya alasan, kau juga pasti ikut membacanya kan?" Ucapku kembali meledek lelaki bertubuh mungil itu.

Dia hanya berdehem dan memutarkan kembali kursinya seperti semula, "Diamlah jika kau ingin cepat keluar dari sini." Ujarnya.

"Aaah jihoonie aku lapar, bisakah kita keluar sebentar untuk mencari makan siang?" Pintaku dengan sesekali mengerucutkan bibirku dan mengelus perutku yang sudah terdengar seperti sebuah kerusuhan.

"Kau makan saja makanan yang ada disana." Jawabnya singkat sambil menunjuk ke arah lemari es mini yang terletak diujung ruangan ini. .

"Kau benar-benar tidak peka ji."

"Jika kau tak sabar pergi saja sendiri!" Ucapnya sedikit membentakku dan menggebrak mejanya.

Aku tertegun dan menelan ludahku kasar..
"Ya ya aku pergi, semoga kau cepat selesai Lee Jihoon." Ucapku berdiri dan mengambil tasku dan hendak berjalan melewatinya, hingga sebuah tangan hinggap di perjalanan tangan ku. Dan mataku menatap nya kenal.

"Apa lagi?"

"Mianhae.."

"Sudahlah kerjakan saja pekerjaanmu itu." Ucapku mencoba melepaskan genggamannya, namun dia semakin mengeratkan genggamannya dan menarikku kasar.

"Mianhae, kau tak boleh pergi." Ucapnya sembari menenggelamkan wajahnya pada punggungku dan memelukku erat.

"Aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu, biarkan aku pergi."

"Kau tak mengangguku, berbaliklah.."

Aku mencoba membalikan tubuhku dan menatap mata sipit lelaki itu yang kini tengah tersenyum.

"Apa kau lupa aku seorang idol?" Tanyanya sembari menyentuh hidungku..

"Aku sa~ngat menyayangimu, jadi pahamilah pekerjaanku." Lanjutnya sembari menyentuh wajahku dan mengelus lembut pipiku.

Ah Lee Jihoon kau memang sangat tahu titik kelemahanku, orang-orang mengenal dia sebagai member yang tidak suka jika disentuh oleh member lain, tapi nyatanya dia sangat suka sekali menyentuhku walaupun hanya sekedar mencubit pipiku. Dia benar-benar pandai menyembunyikan semuanya..

"Kau tak berat ji?" Tanyaku sedikit berdehem karena posisi kita yang sedikit intim..

"Tidak, kenapa?"

"Eung..posisi kita sedikit.." Ucapku sedikit tak enak.

Dia hanya tersenyum, "Apa kau ingin bermain sebentar?" Tanyanya.

Aku sedikit mengangkat alisku karena bingung dengan ucapannya belum sempat aku mengeluarkan suaraku, tapi dia tiba-tiba menarik tengkukku dan menciumku.
Awalnya hanya sebuah sentuhan, perlahan tapi pasti dia mulai menggerakan bibirnya dengan sangat lembut, tanpa sadar aku langsung meremas sweater nya yang kebesaran, semakin dalam ciuamannya semakin erat pula pelukannya di pinggangku. Sentuhan bibirnya sungguh membuatku melayang dan tanpa sadar aku mulai membalas setiap gerakan bibirnya dan mengimbanginya.

"Hyung kau di.." Terdengar suara seseorang berbarengan dengan Suara pintu yang terbuka.

Kami berdua sontak menghentikan aktifitas yang sedang kami lakukan dan menoleh pada dua makhluk yang tengah mematung di ambang pintu, lelaki dengan jaket hitamnya kini tengah menganga dan lelaki pendek berhoodie juga menganga dan menjatuhkan ice creamnya.

"Chan, hao kenapa kesini?" Tanya Jihoon membuyarkan semuanya.

"Eung kalian berdua.." Ucap hao sembari menunjuk dengan wajah yang sangat tak bisa di artikan.

"Astaga." Lirihku seketika menjauhkan diriku dari Jihoon.

"Hyung kau dipanggil kups hyung." Ucap Dino sesekali melirik kami berdua.

"Ya aku akan segera kesana." Ucapnya.

Mereka berdua hanya mengangguk dan membalikan badannya..

"Ah studio ini sudah tak suci lagi." Ucap Minghao, saat akan membalikan badannya ia melihat kearah sekitar.

"Hyung kau sedang apa? Ayo pergi." Tanya Dino mengikuti hao yang sedikit memasuki ruangan ini.

"Mencari sesuatu.." Jawabnya.

Aku dan Jihoon hanya melihat kedua anak ini dengan tatapan aneh..

"Apa?" Tanya Dino kembali.

"Ya siapa tau saja ada pengaman disini.." Jawab Minghao dengan tangan yang ia taruh di dagunya.

"KURANG AJAR, KELUAR KALIAN BERDUA!!!" Teriak Jihoon membuat kedua adiknya itu berlari sembari tertawa karena keisengan mereka mampu membuat lelaki kecil ini menenteng gitar kesayangannya. Aku hanya menatap mereka sembari tertawa, mengingat bagaimana aku bisa berpacaran dengan idol terkenal seperti Jihoon, dan ya sepertinya aku harus lebih mengerti dengan keadaannya sekarang.








FIN

IMAGINE / WOOZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang