Dahulu, ada sebuah kelompok bintang yang dijadikan sebagai kerajaan rasi bintang oleh dewa penguasa langit dan angkasa. Setiap kerajaan memiliki putri atau pangeran bintang yang paling bersinar diantara bintang-bintang lainnya. Seperti kerajaan Lyra yang memiliki Putri Vega, kerajaan Cygnus yang memiliki Pangeran Deneb, kerajaan Aquila yang memiliki Pangeran Altair, dan kerajaan Ursa Minor yang memiliki Pangeran Polaris. Mereka juga memiliki saudara yang banyak dan mereka tidak bisa disebutkan satu-satu.
Pangeran Altair –yang ambisius, Putri Vega –yang setiap perkataannya selalu menusuk, dan, Pangeran Deneb –yang terlalu baik dan ramah, menjadi sahabat baik dan menyimpan perasaan satu sama lain tanpa mengetahui dan menyadarinya, sedangkan Pangeran Polaris–yang misterius– lebih sering menyendiri dan mempelajari hal-hal yang akan dipersiapkannya untuk menjadi penerus kerajaan Ursa Minor.
Suatu ketika, Pangeran Deneb menghilang dan kerajaan Cygnus mulai menutup seluruh akses komunikasi maupun transportasi. Bintang-bintang yang kecil saling bertabrakan dan terpecah belah sehingga banyak serpihan tajam yang berserakan di angkasa.
Angkasa hampir runtuh dan seluruh kerajaan dilanda ketakutan yang besar.
"Altair, Polaris! Ada apa ini?" tanya Putri Vega yang terkejut karena pintu kamarnya terbuka tiba-tiba.
"Vega, lebih baik kita lari sekarang, kami diutus ibumu untuk menjemputmu," jawab Pangeran Altair sambil menarik tangan Putri Vega. Pangeran Polaris berlari sambil mengambil batu mulia yang dipajang di kamar Putri Vega. Mereka berlari dan terbang menghindari serpihan bintang yang tajam dan beracun. Pangeran Altair menghela nafas panjang.
"Altair, ibuku dimana? Apa keluarga kalian baik-baik saja?" tanya Putri Vega khawatir. Pangeran Altair menundukkan kepala dan kembali menghela nafas panjang. "Ada apa? Beri tahu aku, Pangeran Polaris!"
"Angkasa ini akan runtuh dan kita harus pergi sejauh mungkin dari sini," jawab Pangeran Polaris tanpa menoleh kearah Putri Vega. Mereka memacu kecepatan mereka sampai akhirnya, Putri Vega bertanya,
"Bagaimana dengan Pangeran Deneb? Dia..."
Pangeran Altair dan Polaris terdiam dan meneruskan perjalanannya menuju jembatan Via Lactea. Pangeran Polaris memberikan batu mulia yang tadi dia ambil kepada Putri Vega.
"Putri Vega, pasanglah batu mulia ini di kalungmu. Sekarang, nasib angkasa dan seluruh kerajaan ada ditangan kita. Dan kita ada disini karena kita diutus dewa untuk..."
"Untuk apa, Polaris?"
Pangeran Polaris menghela nafas dan Pangeran Altair menjawab,
"Untuk mencari serpihan bintang suci dan cahaya yang jernih di angkasa, dan... mencari penerusmu, di tempat dewi Gaea, Bumi,"
"Kau bercanda? Tidak mungkin aku mencari penerusku disana! Bumi itu tempat para manusia yang haus akan kekuasaan, harta, dan, hati mereka lebih busuk daripada sampah yang sedang membusuk. Aku tidak akan mencari penerusku disana!"
"Kau harus. Kau tidak akan tahu apa yang terjadi disana, Putri Vega," ujar Pangeran Altair sambil menepuk kepala Putri Vega dengan lembut. Tatapan matanya terlihat sedih.
"Kawan, waktunya telah tiba," kata Pangeran Polaris sambil mengeluarkan pedangnya dan berlutut. Pangeran Altair juga melakukan hal yang sama. Putri Vega yang melihat mereka berlutut, dia juga berlutut sambil memegang kalungnya. Batu mulia yang dipasang di kalung dan pedang mereka mulai mengeluarkan sinar hangat. Kemudian, langit angkasa yang gelap terbelah dan mengeluarkan cahaya yang membutakan. Perlahan, tubuh mereka menghilang bagai debu yang di tiup.
"Polaris, Altair, mari kita bertemu lagi dan bersatu. Bersama dengan Deneb," batin Putri Vega yang berderai air mata.
*
*
*
"Daaa~n, ceritanya selesai, sekarang sudah waktunya tidur," ujar Nenek sambil mengelus rambutnya dengan lembut.
"Yah, nek. Lanjutkan apa yang terjadi pada Pangeran Deneb dan keluarga mereka, aku penasaraaaaaaaan," katanya sambil meremas selimut.
"Kelanjutannya nenek tidak tahu, dan mungkin, itu ada dimasa depan, sayang. Menurut nenek, cerita itu nyata, karena bintang Altair, Vega dan Deneb akhir-akhir ini sudah tidak terlihat jelas lagi. Jangan cemberut lagi, besok akan nenek buatkan sarapan favoritmu kalau tidak cemberut seperti ini," jawab Nenek.
"Huh, baiklah aku akan tidur. Selamat malam, nek. Aku mencintaimu!"
"Selamat malam, cucuku,"
[ p r o l o g u e , e n d s ]

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Stars
FantasyMatanya bercahaya seperti bintang dilangit Suaranya semerdu kicauan burung terindah Tangannya selembut awan, sehangat matahari Tetapi, mengapa warnanya berbeda?