7.00 Rara sudah bangun, padahal itu hari Minggu. Rara sudah terbiasa bangun pagi, meski di hari Minggu. Karena hari Minggu, Rara akan Jogging bersama Rizal. Tetapi hari ini Rizal tidak akan ikut jogging karena keibukannya sebagai ketua karang taruna.
"Selamat pagi non Rara. Mau jogging ya? Itu ada temannya di depan" sambutan dari bi Ijum yang selalu mengucapkan kata-kata itu disetiap hari
"Temen? Temen siapa bi? Rizal? Tapi kata Rizal.. Rizal gak akan datang" tanya Rara kepada Bi Ijum.
"Bukan nak Rizal, bibi juga gak tau dia siapa. Tapi cowok kok non" ucap bi Ijum sembari melap meja.
"Ohh yaudah bi makasih ya" ucap Rara dengan senyum manis.Rara akhirnya berjalan keluar, dan melihat siapa orang yang di maksud bi Ijum tadi. Dan ternyata itu Dion.
"Eh elu yon. Gw kira siapa" Tukas Rara sembari tertawa.
"Jogging kan? Yuk.. gw juga mau jogging kali Ra.." Jawab Dion dengan wajah yang selalu membuat Rara tersenyum.
"Yaudah ayo kita jogging" jawab Rara singkat.Rara dan Dionpun jogging bersama. Mereka saling bersenda gurau , tertawa lepas, dan melepaskan semua beban mereka. Hingga akhirnya mereka duduk di salahsatu kursi taman.
"Thanks ya yon.. lu udeh bikin gw agak lega sekarang" Terimakasih Rara untuk Dion.
"Yoi santai aja Ra.. eh iya, gw mau tanya ama lu. Tentang Rama boleh?" Tanya Dion dengan sedikit ragu.
"Boleh.. nanya apa?" Tanya Rara kepada Dion.
"Kenapa si kok bisa-bisanya Rama ninggalin lu?" Pertanyaan Dion membuat wajah Rara berubah seketika menjadi sedih.
"Dulu.. Gw pernah denger, kalo Rama ninggalin gw karena Rama gak kepengen gw tau tentang penyakitnya." Ujar Rara yang menahan tangis.
"Sekarang lu udah tau penyakit Rama apa?" Tanyanya lagi.
"I dont know, karena semua orang termasuk Rizal nge rahasiain hal ini dari gw" jawab Rara dengan wajah tidak perduli.
"Hah? Serius lu? Lahh kok gitu sii" Tanya Dion semakin membuat Rara ingin menjatuhkan air matanya.
" i dont know and i dont care" Jawab Rara di sertai air mata yanh perlaham menetres di pipi Rara.
" Lu jan nangis Ra.. gw minta maaf. Oke gini, gw bakal lakukan apapun asal bisa bikin lu bahagia, meski gak sepenuhnya." Perkataan Dion membuat Rara terkejut. Karena bagaimanapun Dion adalah sosok yang sangat baru dia kenal. Bagaimana mungkin dia bisa bikin Rara bahagia?
"Yon.. thanks banget ya.. Gimana kalo kita lanjut lari aja?" Tanya Rara .
"Ra.. gw tau kondisi hati lu. Dari kemaren.. sekarang, kita pulang ya.. lu jan terlalu mikirin Rama dulu, kasian hati lu, kasian diri lu." Kata -kata Dion membuat Rara mengangguk dan mau di ajak pulang kembali kerumah Rara.Saat di perjalanan, Rara terjatuh. Kaki nya terkilir. Tanpa menunggu waktu lama, Dion menggendong Rara.
"Berat amat lu buk.." Lawakan Dion membuat Rara tersenyum.
" Bodo amat.. " Rara memasang wajah jengkel tapi terpancar senyuman samar.
"Yee.. makasiih kek, apa kek. Mana rumah lu masi jauh lagi." Jawab Dion sembari terus berjalan.
"Makasih Dion karishma. Temen baru gw yang baik." Jawab Rara dengan nada sedikit sindiran.
"Nahh gitu kek" ujar Dion, membuat Rara tertawa lepas.Tanpa disadari Rara tertidur di pangkuan Dion. Lalu Dionpun tersenyum menatap wajah cantik Rara. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Rara. Sesampai di gerbang rumah Rara, para satpam yang bekerja di rumah Rara langsung membukakan pintu, dan ada di Ijum, yang sedang menyapu halaman rumah.
"Duhh non Rara kenapa?" Tanya bi Ijum khawatir.
" gak papa bi.. tadi Rara keseleo, eh ketiduran. Mana berat lagi. " sahut Dion dengan wajah lemas.
"Yaudah sini.. bibi antar ke kamar non Rara." Jawab bi Ijum.Dion mengikuti langkah bi ijum. Sesampai di lantai dua, bi Ijum membukakan kamar Rara.
"Nahh disini" ujar bi ijum.
" Oke makasih bi" Tanpa banyak berkata Dion langsung menidurkan Rara, di ranjang milik Rara, yang berbalut seprai warna pink itu.Dion melihat seisi kamar Rara. Dan semua itu masih bersama masa lalu Rara dengan Rama. Tak lama setelah itu Rara bangun.
" Yon....." panggil Rara.
" oiii?" Sahut Dion.
" sini.. lu, biar gw ceritain tentang Rama" ajak Rara yang membuat Dion langsung menghampiri Rara.
"Iya.." jawab Dion dengan nada lembut.
"Ini foto gw ama Rama.. Rama ninggalin gw karena ya dia kga mau gw tau tentang penyakit dia, dan Rama adalah kakak tiri gw. Gw ama Rama sebokap tapi kga senyokap. Gw ama Rama pacaran udah 3 thn 8 bulan. Tapi Rama hilang contact udah hampir 2 tahun. Gw di larang nyokap buat nyari Rama, because nyokap gak restuin hubungan kita. Gimanapun Rama kakak gw." Rara bercerita panjang lebar.
" lu sayang ama Rama?" Tanya Dion, Rara mengangguk.
"Pasti..." jawab Rara.
" Lu mau gw bantu buat nyari Rama?" Pertanyaan Dion membuat Rara tersenyum samar.
"Percuma yon, gw kga mau bikin nyokap kecewa" Jawab Rara dengan wajah menahan air mata.
"Nangis aja Ra.. nangis Raa.. jan lu tahan, wait gw tutup pintu dulu" Kata-kata Dion membuat Rara menangis perlahan.
"Yon... lu bisa tolong telphonein Rizal gak?" Tanya Rara dengan isak.
"Wait" jawab Dion.Dion menelphone Rizal.
"Haloo zal" ucap Dion setelah Rizal mengangkat telphone.
"......." jawaban dari sebrang.
"Lu di suruh kerumah Rara nihh bisa ?" Tanya Dion kepada Rizal.
"....." jawaban dari sebrang.
"Oke gw tunggu " Rizal berbicara sembari mematika handphone nya.Dion merangkul Rara yang sedanh dalam kondisi terlarut dalam masa lalunya yang sangat kelam. Dion tidak bisa berkata-kata lagi selain memgucap kata "sabar". Air mata Rara terus menetes hingga menderas, Rara terlihat sangat sedih. Dion tahu apa yang Rara rasakan, karena Dion merasakannya. Sejak pertemuan mereka di tokobuku, Dion sudah tau bahwa Rara sebenarnya sedang larut dalam masalalunya yang kelam. Dion melihat dua bola mata Rara yang di basahi air mata, tak tersengaja, Dionpun ikut meneteskan air mata sambil memeluk Rara yang kini berstatus sebagai sahabat barunya.
Di saat Dion sedang mencoba menenangkan Rara, Rizal masuk dan membuka pintu kamar Rara, dengan wajah yang sangat cemas.
"Raaa... lu kenapa?!" Tanya Rizal sembari melepas pelukan Dion untuk Rara.
"Rizallll....." Rara berlari memeluk sahabatnya.
"Yon, Rara kenapa?" Tanyanya lagi,
" Tadi gw ama Rara jogging terus kaki Rara keseleo, gw gendong dia terus Rara tidur di pangkuan gw, gw gak sengaja bawa Rara masuk kekamarnya, terus Rara bangun di saat gw lagi liat fotonya ama Rama. Rara nyuruh gw duduk di sebelahnya, Rara mau ceritain semuanya. But kondisi Rara malah tambah sedih."Jawab Dion sembari duduk.
"Udah ya Raa..." Perkataan yang mencoba menenangkan Rara di saat Rara sedang sedih. Itu sudah menjadi tanggung jawab Rizal untuk menenangkannya. Karena Rizal sudah berjanji dengan Rama sebelum Rama pergi untuk selalu menjaga Rara dan melindungi Rara, ditambah lagi dengan perasaan sayang Rizal terhadap Rara itu sangat besar.
Air mata Rara yang menderas sudah mulai terhenti, meski masih ada isak tangis yang membuatnya sulit berbicara. Rizal memeluk Rara dengan erat, Rizal tahu apa yang harus dia lakukan. Dion hanya mematung melihat Rizal dan Rara yang sangat dekat.
Tiba-tiba ada telphone dari handphone Rizal. Seketika Rizal mengambil handphone dan langsunh melepas pelukannya, Rizal langsung menjauh dari posisi Rara. Rizal keluar dari kamar Rara dan mengangkat telphone"Haloo...." Ucap Rizal dengan suara berat.
"............" Jawaban dari sebrang .
"Rara nangis" jawab Rizal lagi.
"........" jawaban dari sebrang
"Gw kga sanggup, harus liat kondisi sahabat gw kek gini" Rizal menyandarkan kepalanya di tembok dan mengusap wajahnya."........." jawaban dari sebrang.
" Iya gw tau"Rizal mengangguk paham.
"......." Jawaban dari sebrang.
" iyee... gw tau tugas gw.." Rizal mematikan handphonenya.Rizal kembali masuk kekamar Rara.
"Ra gini deh.. lu istirahat, gw ama Dion balik. Lu banyakin istirahat, Rama? Kga useh di pikirin. Lupain Rama demi gw, nyokap lu." tangan Rizal mengusap bahu Rara.
Rara mengangguk paham " iye Zal... gw istirahat, thanks ya Yon, Zal " Senyum Rara terpancar kembali meski dibalik senyumnya terdapat ingatan masalalu.
"Yoo... lu istirahat aje, gw ama Rizal balik. " Ucap Dion menepuk bahu Rara.Mereka berdua meninggalkan Rara sendiri, Rara mulai menaiki ranjang untuk istirahat. Rara menggenggam foto Rama, tetapi tiba-tiba Rara memasukkan foto itu kedalam laci dan air mata Rara terus menetes lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati Yang Terluka
RomanceApakah aku harus menanti seseorang yang sudah bertahun-tahun meninggalkanku? Apakah aku harus setia dengan orang yang mengkhianatiku? Apakah aku harus tetap mencitainya dan menyakiti orang mencintaiku? Semua itu tidak adil. Jika kamu mencinta...