CHAPTER 2
.Emily tersenyum sembari mematut dirinya di kaca besar dalam kamarnya. Membenahi tatanan rambutnya sekali lagi sebelum akhirnya kakinya melangkah keluar dari tempat ternyamannya, the precious bedroom. Hari ini adalah kencan pertamanya bersama Nathan setelah dua bulan mereka mencoba melakukan pendekatan. Jujur, ia sangat menantikan tibanya hari spesial ini. Dimana hanya ada mereka berdua, menikmati kebersamaan mereka, menghabiskan waktu berdua seakan hari ini adalah waktu terakhir mereka. Apa itu terdengar klasik?Emily tak peduli. Dia teramat bahagia hari ini.
Langkahnya yang tadinya cepat langsung melambat saat melihat sosok Nathan di ujung tangga rumahnya, menatapnya kagum dengan senyuman tampan di wajahnya. Jantung Emily langsung berdebar melihat lengkungan bibir itu. Hatinya menghangat seketika. Ia mempercepat langkahnya dan tangannya langsung melingkari pinggang Nathan dengan erat. Sedangkan lelaki tinggi itu tersenyum kecil lalu mengusap helaian halus Emily. Mereka berpelukan selama beberapa menit sebelum akhirnya Nathan melepaskannya.
"Kita harus pergi sebelum tengah malam,Em." Emily mengangguk beberapa kali lalu menggamit lengan Nathan.
"ayo!" serunya ceria. Nathan terkekeh dibuatnya.
Malam ini adalah malam pergantian tahun dan mereka berencana untuk menghabiskan waktu berdua sembari menikmati firework, seperti yang selalu dilakukan pasangan pada umumnya. emily begitu gembira karena ini kali pertama ia pergi dengan seseorang yang dicintainya. Sampai senyuman indahnya tak pernah luntur sedikit pun. Sangat cantik dan menawan.
Mereka duduk berdua di bawah pohon maple bersama dengan beberapa pasangan lain yang tengah bercengkerama. Emily mengeratkan coatnya. Angin malam mulai membuatnya menggigil, namun tangan besar yang tiba−tiba mengenggamnya membuatnya hangat hingga ke relung.
"Kau suka?"
"Ini kencan paling hebat yang pernah kurasakan."
"Kalau aku tidak salah, kau bilang ini kencan pertamamu." Nathan berujar dengan alis yang terangkat sebelah. Gadis mungil disampingnya hanya terkikik setelah menyadari ucapannya tadi.
"Yeah, maksudku ini kencan pertama yang takkan pernah bisa kulupakan."
nathan tersenyum mendengarnya.
Kerlap−kerlip bintang tampak mendukung indahnya malam itu. Sinar bulan yang terpantul di air sungai membiaskan wajah cantik Emily, membuatnya semakin bersinar di mata Nathan.
"Lima... Empat... Tiga-"
Lelaki tinggi itu seakan lupa akan keadaan. Tanpa sadar, ia mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel sempurna pada milik Emily −bersamaan dengan suara letusan firework di langit. Emily memejamkan matanya. Adakah yang lebih indah dari ini? Yang lebih dominan mulai mengecup dan mengulum bibir bawah Emily, mengabaikan keramaian disekitarnya dan getaran di sakunya yang menunjukkan satu pesan telah masuk.
'Happy New Year ,Nathan. Aku akan segera kembali ke Indonesia, aku merindukanmu.'
*
Seminggu berlalu, dimana Emily mulai mengenal siapa saja yang akan berperan dalam hidup barunya kelak. Ada Bianca Pricilla- selaku psikiater yang menangani Rean sejak kecelakaan yang dialaminya. Wanita itu sangat menyayangi Rean melebihi apapun, menganggapnya layaknya adik sendiri. Lalu, David Lee, sekretaris sekaligus manager di perusahaan barunya kelak. David juga adalah sahabatnya sejak kecil bersama Amanda. Mereka −David, Amanda− telah bertunangan omong−omong. Lalu Kiky, guru privat Rean sejak Rean berumur 14 tahun. Dia datang setiap hari −kecuali hari Sabtu dan Minggu− untuk belajar. Emily merasa wanita itu memperlakukan Rean lebih dari seorang murid. Ia menduga, kalau wanita itu memiliki perasaan pada suaminya. Satu lagi adalah Daffa Louis. Dia adalah adik dari Romy Louis, dokter pribadi keluarga Emily. Namun karena kesibukan Romy, Daffa pun menggantikan posisi Romy di keluarga Emily. Dia hanya akan datang ketika dibutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal?
RomanceEmily seharusnya menikah dengan Nathan karena perjodohan. Namun Nathan tiba−tiba kabur pada saat pernikahan itu berlangsung. Untuk menutupi rasa malu keluarga, Emily pun dinikahkan dengan Rean, adik Nathan yang mengalami keterbelakangan mental. Apa...