Prolog

46.8K 1.3K 107
                                    


"Mas Remi, aku gak ikut deh. Kan Mas tau sendiri kalau aku..." Maria berhenti berucap dan menggigit pipi dalamnya.

"Gak bisa ngapa-ngapain? Takut gak guna disana?" tepat Remi. Benar-benar menohok Maria.

Maria mengangguk pelan kemudian merengek. "Ya? Gausah aja ya? Aku titip salam aja sama Mas Adam dan Mbak Evi. Semoga pernikahannya sa-ma-wa sampai akhir hayat."

"Jangan nething duluan dong! Kalau kamu gak dateng, nanti Mbak Evi kecewa lho. Mas gak mau kena semprot dia lagi." Remi menempatkan kedua tangannya di bahu Maria. "Yakinkan diri kamu sendiri, kalau semua ini gak akan terjadi apa-apa. Dan kamu itu pasti berguna untuk orang lain, gak ada manusia yang gak guna."

Maria terdiam sambil menatap dalam bola mata coklat jernih milik Remi. Dia menutup mata sebentar dan mengambil nafas. "Oke. Aku ikut!"

Remi tersenyum. "Nah gitu dong! Kalau gak bisa ya jangan dipaksain. Gak akan ada yang maksa kamu."

Mereka memasuki mobil Alphard kepunyaan Remi dan berangkat menuju lokasi pernikahan berlangsung. Maria tersenyum melihat Remi—seniornya di kantor—yang tampak tampan dalam balutan tuksedonya. Sementara dia sendiri memakai stapless feather panel mini prom dress berwarna abu-abu pudar.

Rambutnya dia kepang longgar ke samping dan memakai tiara kecil dari logam yang berbentuk bulu angsa.

Setelah berjibaku dengan kemacetan di hari sabtu, Alphard itu akhirnya memasuki kawasan parkir khusus di samping gedung. Maria dan Remi berjalan memasuki gedung utama setelah mengisi buku tamu dan memberikan undangan, tanda bahwa mereka bukan orang gelap.

Ketika memasuki ballroom, Maria diserbu oleh anak-anak kantor untuk dibully seperti biasa. Tapi kali ini mereka tak henti-hentinya memuji Maria cantik. Memang sih, wajah oriental Asia yang manis dan kulit putih bersihnya memang membuat siapapun iri.

Termasuk Mbak Sara yang sedari tadi mengoceh tentang dandanannya yang 'tidak terlihat dandan sama sekali' itu.

"Aduh ngeliat kamu pake dress ini, Mar, serasa lagi menghadiri pesta ala-ala Disney deh." celoteh Mas Jef. Salah satu seniornya di ICS-LF [Intelligence Cyber Staff-Land Force].

"Ada Maria disini bikin ibu-ibu Negara yang lagi ngumpul disana itu, jadi kelihatan kayak nenek-nenek baru puber." Ucap Mas Jef lagi, mengundang tawa yang membahana.

Regu ICF-LF memang yang paling kompak, heboh dan absurd dalam setiap kesempatan. Maria tidak pernah berhenti mengucap syukur karena bisa berada diantara mereka. Keluarga yang selalu ada untuknya, keluarga yang tidak membutuhkan ikatan darah untuk menyatukannya.

"Jadi, kita nanti ikutan action atau jadi penonton aja nih?" tanya Mas Alex. "Masalahnya udah banyak anak-anak lapangan disini. Apalagi ada Mayor Athena dan suaminya ikut hadir. Gue yakin masalahnya bakal kelar se-kelar-kelarnya."

Mereka semua—yang terdiri dari 6 orang—mengangguk bersama. Maria mengedarkan pandangan untuk mencari Mayor favoritnya itu. Tapi yang terlihat malah suami Mayor Ana yang sedang mengobrol ringan dengan Mas Adam.

Omong-omong, Mas Adam adalah salah satu Kapten baru di AD. Anak asuhnya Mayor Ana dulu sewaktu di camp. Jadi, pernikahan ini dihadiri para petinggi militer dan polisi. Tapi yang gila dari semua ini adalah, pernikahan yang akan berlangsung sekitar 8 menit lagi ini, digunakan untuk menarik keluar penjahat kelas kakap.

Katanya, penjahat ini mengincar sesuatu dari Mas Adam. Maka dari itu, seluruh petinggi disini yakin kalau si penjahat akan keluar dan menghancurkan jalannya acara. Jadi, mereka semua telah membuat sebuah rencana untuk menangkapnya.

Final Masquerade Series (#2) : Won't You Set Me Free?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang