"Pak," Calx memanggil.
Zain melihat siluet Calx yang berjalan memasuki ruangan lewat layar hitam computer dua. Pria itu terlihat kaku dan menatapnya was-was, namun bayang keprihatinan tidak lepas dari sorot matanya.
"Kamu sudah membacanya lebih dulu, karena itu kamu menyuruh saya untuk tegar?" Zain bertanya dengan dingin.
"Ya," gumam Calx dan berhenti sekitar 30 sentimeter di belakang Zain.
Zain berdecak kemudian tertawa. "Apa kamu sudah gila? Untuk apa saya tegar? Seharusnya saya menyiapkan amunisi untuk segera menyerang."
"Apa ini yang benar-benar bapak inginkan?" Walaupun alam bawah sadarnya sudah memberikan peringatan kalau bosnya sedang dalam mode berbahaya., Calx tetap memberanikan diri untuk mengeluarkan isi pikirannya. "Saya tahu bapak sangat menyanyangi Tuan Jyrki, tapi apa memang harus seperti ini akhirnya?"
Zain bangkit dengan perlahan, masih membelakangi Calx. "Lantas saya harus seperti apa?"
"Seharusnya bapak berpikiran lebih jernih dan—"
"SIALAN KAMU CALX! KAMU TIDAK TAHU APAPUN!" Zain meninju satu layar computer di depannya. Layar itu mendadak hitam dan mengeluarkan percikan listrik serta asap, dengan lubang menganga di tengahnya.
Calx berjengit kecil dan bersiap untuk merasakan tinjuan ketika Zain berbalik.
Zain berbalik dengan deraian air mata. "Bukan kamu yang kehilangan sosok ayah disaat berusia 12 tahun. Bukan kamu yang kehilangan sosok itu dengan cara hukuman mati. Bukan! Dan kamu berharap saya untuk tetap tenang dan tidak melakukan hal gegabah? Persetan! Saya bukan malaikat dan saya bukan orang suci."
"Kenapa bapak tidak bisa menjadi salah satunya? Kenapa tetap memilih jalan setan ketika kita bisa jadi malaikat, pak? Kenapa?" tanyanya dengan suara yang tegas. "Saya selalu mengidolakan bapak. Itu sebabnya saya sangat senang mendapatkan tawaran untuk bekerja dengan Anda. Bapak sangat berbudi baik dan selalu mengedepankan akal sehat. Saya tahu saya tidak pernah berada di posisi bapak. Memang bukan saya yang kehilangan seorang ayah. Tapi tolong jangan menjadi orang lain ketika hati Anda dibuat hancur. Jika Anda membalas dendam dengan cara membunuh Maria, perbuatan bapak juga akan dipertanyakan. Kenapa? Kenapa Zain membunuh Maria? Pasti ada alasan dibalik semua itu. Lantas, semuanya tidak jauh berbeda dengan Nona Maria. Kenapa Maria melakukan itu? Kenapa Maria merusak dan mengubah data ayah anda disaat usianya masih 9 tahun? Apa sekadar iseng semata atau dia memang menginginkan semua itu? Kenapa harus data ayah anda diantara milyaran data lain yang bisa dia manipulasi?"
Calx mengusap air mata yang lolos dengan kasar. "Itulah yang seharusnya bapak lakukan terlebih dahulu. Jika bapak tidak merasa puas dengan alasan wanita itu dan memang Nona Maria terbukti bersalah atas hukuman mati ayah Anda, saya tidak akan ragu lagi. Bapak bebas melakukan apapun."
Zain terdiam, memandang Calx dengan pandangan yang mulai meragu.
"Apa bapak tahu kalau Nona Maria lah yang membuka data itu, bukan saya?"
Zain terperangah. "Apa? D-dia membukanya sendiri?"
Calx mengangguk. "Ternyata bapak tidak benar-benar melihat isi pesan saya seperti biasanya. Saya mengatakan bahwa datanya sudah dibuka bukan berhasil dibuka. Saat saya memasuki portal seperti biasa, data tersebut sudah tersedia. Saya tidak memerlukan sandi apapun atau cara apapun untuk melewati firewall nya. Menurut Anda kenapa? Kenapa dia melakukan itu? Data itu mengungkap seluruh kejahatan yang dia perbuat sekaligus mengancam keselamatan jiwanya sendiri. Dia sendiri yang menyerahkan diri ke hadapan public. Hanya tinggal menunggu waktu dia ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan hukuman kurung seumur hidup. Atau malah lebih parah lagi; hukuman mati. Seperti almarhum ayah Anda. Bahkan bapak tidak perlu bersusah payah mengotori tangan Anda untuk ini, pihak yang lebih berwewenang sudah sukarela melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#2) : Won't You Set Me Free?
Fiksi Ilmiah🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Kata pria itu, Maria hanya butuh satu kunci untuk bebas dari kukungannya. Hanya satu kunci. Tapi sial- Maria tidak akan pernah bisa mendapatkan kunci itu. Dan dia terjebak selamanya. Ⓒ︎ All Rights Reserved