Maria merenggangkan tubuhnya. Bunyi tulang yang berhasil di renggangkan cukup membuat telinganya gatal. Dia mengerjapkan matanya sebentar dan meneliti ke seluruh ruangan. Dia berhasil menelan kesadaran.
Sejak kapan dia tidur di kasur?
Menyingkirkan sebentar pertanyaan itu, Maria berdeham. Tenggorokkannya gatal dan kering. Maria mengedarkan pandangan lagi, dan dia melihat sebuah note di atas nakas. Dia berguling demi mencapai sisi kanan kasur.
Saya membelikanmu sikat gigi dan pakaian ganti. Cepatlah turun dan sarapan! Saya tunggu di meja makan. –Zain.
Tanpa sadar dia menghela nafas lelah saat melihat sebuah paper bag berukuran sedang. Dia meraihnya dan mengeluarkan sesetel pakaian berupa skirts pencil cuts putih di atas lutut dan blouse polos berwarna merah hati. Tak lupa dengan pakaian dalam.
Pipinya memerah saat melihat ukuran yang tertera di label merek.
Darimana dia tahu ukuran gue?!
Maria menggigit bagian dalam pipinya dan menjejalkan secara kasar baju-baju itu ke dalam paper bag. Dia bangkit dan berjalan menuju pintu yang diyakininya sebagai pintu kamar mandi. Karena, ya, tidak ada pintu lain di dalam ruangan itu. Kalau itu bukan kamar mandi, maka Maria hanya tinggal keluar dan bertanya kepada orang pertama yang berhasil di temuinya.
Ternyata benar, itu pintu kamar mandi. Ruangannya sebesar kamar dan dapur kost lamanya jika disatukan. Temboknya ditempel batu pualam, westafelnya berbentuk pot tanaman yang terbuat dari tanah liat, shower roomnya dilindungi oleh kaca buram. Dan bathtub bundar berwarna hitam dari batu. Maria benar-benar berasa mandi di alam liar.
“Ugh, males mandi!” Erang Maria dengan kesal, “Gak usah aja kali ya? Pasti airnya dingin banget. Dan air panasnya pasti panas banget. Lagipula gue jarang mandi pagi.”
Dan akhirnya, Maria memutuskan setelah mengeluarkan suara sendawa yang sangat dahsyat.
.
.
.
Sambil menunggu istri—tidak sah—nya turun, Zain memainkan ponsel sambil sesekali menyuap oat hangatnya. Sebenarnya ini hanya kamuflase. Zain sudah stress pagi ini.
Dia bingung memilah kata untuk menjelaskan permasalahan ini pada Maria.
Menggunakan kata baku dan Ejaan Yang Disempurnakan atau bahasa gaul saja? karena kalau dilihat dari umurnya, Maria masih terbilang remaja akhir yang kekinian.
Menjelaskan secara singkat atau secara lengkap disertai preambule? Kalau masalah ini, Zain tidak tahu kapasitas otak Maria dan kecepatan gadis itu dalam berpikir.
“Oat-nya di lalerin tuh!”
“Uhuk—”
Maria hanya diam dan melihat Zain yang kelabakan mencari segelas air. Padahal gelas itu ada di sisi kirinya.
“Eh, kaget ya?” gumam Maria sambil memperhatikan Zain yang menghabiskan air putih, “Maaf deh! ‘Kan gak sengaja.”
Zain berhasil menguasai dirinya, “Kamu tuh kenapa ngagetin begi—kamu kenapa gak pake alas kaki?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#2) : Won't You Set Me Free?
Science Fiction🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Kata pria itu, Maria hanya butuh satu kunci untuk bebas dari kukungannya. Hanya satu kunci. Tapi sial- Maria tidak akan pernah bisa mendapatkan kunci itu. Dan dia terjebak selamanya. Ⓒ︎ All Rights Reserved