Langit pagi ini berubah menjadi mendung ketika mobil yang dinaiki Felice berbelok dari sudut ujung komplek untuk keluar gerbang perumahan. Pak Jo sedang menikmati lirik - lirik lagu yang sedang diputar di radio kesukaannya sambil terus mengemudikan mobil tersebut ketika Felice mulai menyadari perubahan warna langit dengan mencoba untuk menatap ke atas luar kaca dari dalam mobil.
Felice tak sengaja melihat seorang anak yang berpakaian putih merah sedang berlari menuju ke gerbang sekolah yang berada tak jauh dari perumahan tempat Felice tinggal. Nampaknya anak tersebut terburu buru untuk segera masuk ke kelas sehingga dia meninggalkan ayahnya yang hendak mencium keningnya di depan gerbang sekolah tadi. Felice tersenyum kecil melihat itu.
" Duh non, kok tiba - tiba mendung ya." kata Pak Jo yang seketika mengalihkan perhatian Felice.
" Hmm..... Pak Jo baru nyadar ya." ledek Felice sambil memberikan senyum.
" Ehe he, endag juga si non."
" Halah Pak Jo dari tadi pasti fokus ke lagu - lagu yang di radio itu kan."
Pak Jo hanya membalas perkataan Felice dengan senyuman yang hampir menunjukkan semua gigi - giginya melalui kaca spion.
" Tapi bagus Pak Jo, biarpun udah berumur, Pak Jo tetep sukanya lagu pop. Jiwa anak muda banget ni. Haha."
" Iya dong non, biarpun cover udah empat lima, tapi jiwa tetep dua puluhan."
" Hahahahaa..... Pak Jo bisa aja loh."
Dua puluh lima menit kemudian mobil Felice berhenti di depan sebuah gerbang sekolah yang begitu lebar. Felice segera mengambil tas dan membuka kembali resletingnya. Dia mengecek kembali isi tasnya tersebut sebelum beranjak keluar.
" Non, ngga ada payung, ini kok gerimis. Nanti Non Felice basah sampai di kelasnya."
" Alah, cuma gerimis segini aja pak, ngga bakal bikin Felice pilek kok." sahut Felice sambil tetap memeriksa isi tas.
" Beneran non? nanti kalau sakit, Pak Jo dimarahin nyonya loh."
Felice menutup resleting tasnya dan mengalihkan pandangan ke Pak Jo, " Engga bakal ada yang marah pak, mereka cuma mikirin buat caranya bertengkar aja tiap hari sekarang. "
Pak Jo memandangi Felice dengan raut melas ketika Felice berkata seperti itu.
" Ya udah ya pak, Felice ke kelas dulu. Pak Jo hati - hati pulangnya." kata Felice sambil membuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Pak Jo menurukan kaca mobilnya ketika Felice baru berjarak lima langkah dari mobil, "Non! Semangat ya sekolahnya!"
Felice membalikkan badan dan membalas teriakan Pak Jo dengan senyuman. Dia melanjutkan berjalan ke pintu gerbang. Gerimis bertambah semakin deras ketika dia baru saja melewati pintu gerbang. Dia mengubah jalannnya menjadi sebuah langkah berlari. Langkah Felice terhenti ketika dia menyadari ada orang yang sedang berdiri di jalurnya dan menghadakan tubuhnya ke Felice.
" Jerry." kata Felice sambil menatap orang yang sedang berdiri sambill memegang payung berwarna ungu itu.
" Sini Fel, aku payungin." balas Jerry sambil meraih tangan Felice.
Felice tidak pernah menyadari bahwa gerimis di pagi ini akan menjadi momen bagi dirinya untuk bertatap muka langsung dengan Jerry. Terakhir ia menatap muka Jerry adalah saat Jerry tidak sengaja menjatuhkan buku dari rak di perpustakaan dan buku buku itu berdomino menjatuhkan buku lainnya. Buku terakhir yang terjatuh tepat di ujung sepatu Felice. Pada saat itu Felice hanya kaget. Kaget karena dapat bertemu Jerry di tempat dimana ia biasa menghabiskan waktu istirahat. Merekapun akhirnya segera mengambil buku - buku tadi dengan buru - buru. Dan dari situlah Jerry mengetahui nama Felice, meskipun sebelumnya Felice telah mengetahui nama Jerry dari hari pertama masa orientasi siswa.
" Ayo Fel!" ucap Jerry sambil menggandeng tangan Felice kebawah payungnya.
" I... Iya Jer." sahut Felice sambil setengah termangu oleh wajah dari orang yang dikaguminya semenjak lama.
Mereka berjalan berdua di bawah payung yang sama sementara anak - anak lain sedang berlarian kesana kemari menuju kelas masing - masing untuk menghindari gerimis ini. Felice tidak berani menatapkan pandangannya ke jerry. Ia hanya berani berjalan sambil menunduk ke bawah dan sesekali melihat ke depan. Felice bahkan merasakan udara disekitarnya mendadak berubah menjadi sesak dan udara dingin yang dia rasakan sejak turun dari mobil tadi berubah menjadi hangat seketika di bawah payung ini. Bel permulaan jam pembelajaran pun berdering nyaring sepuluh detik kemudian.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Fel, mau kemana?" teriak sebuah suara dari belakang Felice saat dirinya beranjak keluar dari pintu kelas.
Felice membalikkan badan, " Mau ke perpus Jess." sambil menambahkan senyuman di akhir kalimatnya.
" Ihh... tumben - tumbenan ni kamu senyum senyum gitu." ledek Jessy sambil mencubit lengan Felice.
" Sakit tau Jess, kamu ni ah!" protes Felice.
" Abis kamu senyum gaje gitu sama pipimu merah. Hayo! Pasti kamu abis ketemu seseorang yah." selidik Jessy sambil memasang raut muka curiga.
" Idih, sok tau deh kamu!" balas Felice dengan cibiran di bibirnya.
" Hiiih, kamu tambah aneh deh, Fel, ke kantin aja yuk."
" Kan aku mau ke perpus."
" Ke perpus nanti aja. Abis kita makan bubur kesukaanku."
" Traktir ya"
" Hih, bayar sendiri." kata Jessy dengan senyuman.
" Yaudah." balas Felice sambil memalingkan arah ke lorong perpustakaan.
Jessy menarik lengan Felice, " Iya iya aku traktir, tapi gantinya kamu musti cerita kenapa kamu senyum - senyum gaje gitu tadi."
" idih, mending baca buku di perpus aja kalo gitu." balas Felice sambil setengah berlari menuju perpustakaan.
Jessy mengejar Felice sambil berteriak, " Fel, idiih Felice! kasih tau dong! Felice!"
Felice mempercepat langkahnya untuk menyembunyikan pipinya yang kembali merah dari Jessy, karena dia tahu Jessy akan lebih banyak membombardirnya dengan berbagai macam pertanyaan yang akan sulit ia ungkapkan. Mereka berdua berlarian di sepanjang lorong kelas, sementara anak - anak lain yang sedang berada di luar kelas memperhatikan aksi Felice dan Jessy yang mengejar satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA
Ficción GeneralApa yang akan kita lakukan ketika orang - orang yang paling dekat dengan kita adalah yang paling membuat kita kecewa? Felice tidak tahu apa yang akan dilakukannya untuk menghadapi suasana dalam rumah yang kian terasa sesak baginya setelah ditinggal...