"Yuk naik," suruh Kinal supaya Veranda naik ke motor untuk dia boncengi. "Hayuk naik! Langitnya mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Jadi cepatlah sebelum kita berdua basah kuyub karena kehujanan. Dan aku gak bawa jas hujan," lanjutnya.
Veranda tampak ragu untuk naik ke atas motor Kinal. Ia diam dan otaknya sedang berpikir, itu terlihat jelas di dahi Veranda yang mengkerut karena berusaha memikirkan sesuatu.
"Ka, a...aku." Ucap Veranda terbata.
"Kamu kenapa?" Tanya Kinal. Dia sampai menurunkan standar motornya, lalu turun untuk berdiri dihadapan Veranda.
"Aku, aku takut naik motor!" jawab Veranda menatap mata Kinal.
"Hahaha..." Kinal tertawa sambil memegang dahinya menggunakan tangan kanan. Sedangkan satu tangannnya ada di pinggang.
"Ihh, malah diketawain lagi. Jangan ketawa, gak lucu..... Kaka, diem ih."
"Hmm..." Veranda membekap mulut Kinal agar ia berhenti menertawainya. Sedangkan Kinal menyingkirkan tangan Veranda dari mulut dia. "Ok, ok! Kaka diem dan gak akan ngetawain kamu lagi. Tapi, hahaha..."
"Kaka!"
Veranda kesal sampai dirinya cemberut dan meninggalkan Kinal yang sedang menertawainya sendiri.
"Ve!" teriak Kinal. Dia berlari dan memegang tangan Veranda supaya langkahnya terhenti.
"Kalau kaka cuma mau ngetawain aku. Aku pulang naik taksi aja," ucap Veranda kesal.
"Maaf, gak ketawa deh. Cuma ngakak dikit, boleh ya?"
"Aku pulang naik taksi nih!" ancam Veranda.
Kinal tersenyum dan menarik tangan Veranda ke arah motor dia. "Ayo naik, gak usah takut. Tenang aja gak ngebut kok," suruh Kinal kembali.
Dengan ragu dan takut, Veranda naik ke atas motor Kinal. "Nih pakai helmnya."
Kinal memberikan helm half face untuk Veranda kenakan. Setelah Veranda memakainya, Kinal juga memakai helm dan menyalakan mesin motor dia. "Pegangan yang kuat kalau takut."
Melihat Veranda yang diam dan kaku karena takut, Kinal menyuruhnya untuk berpegangan. Sedangkan Veranda nurut dengan apa yang Kinal katakan. Mungkin ini pertama kalinya dia naik motor.
Sebelum Kinal tancap gas, kedua mata Veranda tertutup, bibirnya komat kamit seperti sedang melafalkan sesuatu. Mungkin ia sedang berdoa supaya pengalaman pertamanya naik motor tidak membuat jantung Veranda copot. Kemudian ia melingkarkan kedua tangan ke perut Kinal, dan mengunci kedua tangan itu erat. Kinal yang merasakan pegangan tangan Veranda begitu kuat, ia sampai tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
Kini Kinal telah siap menjalankan motornya, ia menarik dan menahan tuas kopling, lalu Kinal injak pedal gigi untuk mengganti ke posisi gigi satu, setelah itu melepas tuas kopling pelan sambil memutar handle gas. Perlahan motor Kinal pun jalan.
Dan seperti janji Kinal tadi, kalau dia tidak akan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, menurut dia. Tapi tetap saja Veranda takut, pegangan tangannya semakin dipererat ketika Kinal membelokan motornya pada tikungan tajam dan sedikit miring hampir menyentuh aspal. Maklumlah, Kinal mau berlagak seperti pembalap Moto GP yang ada di sirkuit.
"Ve! Kamu masih hidup?" tanya Kinal berteriak. Dia mengkhawatirkan Veranda yang sedaritadi cuma diam dan tak ada gerakan.
"Aku gak mau naik motor sama kaka lagi!" jawab Veranda kencang.
"Kenapa? Kamu takut?" Veranda mengangguk, dan itu dirasakan oleh Kinal. Karena kepala Veranda yang masih memakai helm tertempel pada punggungnya. "Sabar ya! Sebentar lagi kita sampai!" lanjut Kinal kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GalauKU, ya GalauMU
FanfictionSelamat Menikmati Fanfiction Kelima Saya Publish OKT'16