"Kita tidak hidup sekali, melainkan tiap hari. Yang sekali itu mati."
AIRIN POV
Mataku terus saja tertuju pada lelaki asing itu. Tatapan matanya seperti mengisyaratkan sesuatu. Aku sedang sibuk bergulat dengan pikiranku sendiri. Apa yang dimaksud oleh lelaki itu ? Apa arti tatapan matanya itu ? Jangan-jangan ia suka padaku. Tidak. Tidak mungkin. Kurasa aku tidak mengenalnya. Ini kali pertama aku melihatnya.
Ia terus saja menatapku lekat. Aku balas menatapnya dan mengisyaratkan bahwa aku sama sekali tidak mengerti maksudnya. Kemudian, lelaki itu berlalu bergitu saja keluar dari lapangan.
Akibat rasa penasaran. Mataku terus saja mengekor lelaki itu. Ia berjalan santai keluar lapangan dengan tidak merasa bersalah. Seperti tidak terjadi apa-apa. Huh, Buat apa memikirkan hal yang tak berguna. Lagipula, itu tidak akan berpengaruh terhadap nilai ujian akhirku nanti.
Memikirkan hal seperti ini, membuatku mematung ditempat. Aku memang masih berdiri ditempat yang sama. Tetapi, aku tidak memerhatikan sekelilingku lagi. Aku sibuk pada diriku sendiri. Ketika aku kembali menatap kedepan. Tiba-Tiba saja. Mataku membulat sempurna begitu melihat sebuah bola basket melayang kearah ku.
Segera kututupi wajahku dengan kedua tanganku dan berteriak ketika bola itu berada hampir mengenaiku. 'Dasar bodoh, kenapa tidak menghindar saja sih' Aku merutuki diriku sendiri.
Aku masih saja dalam posisi yang sama. Pasrah sajalah, terasa kaki ini sudah sangat kaku untuk bergerak. Aku sama sekali tidak berani membuka mataku. SSHHIING...
Aku menoleh kebelakang dan mendapati bola basket itu sudah berada dibelakang dekat bangku yang sebelumnya aku duduki. Menyadari bahwa sepertinya bola itu tidak menyentuhku. Aku pun mulai tenang. "Untung tidak kena."
Sepertinya aku salah perhitungan. Sebelumnya aku memperkirakan bola itu akan jatuh tepat dikaki atau perutku. Ternyata aku salah ya? Tetapi, tadi aku benar-benar yakin. Bahkan saking yakinnya, Aku sudah tutup mata dan teriak duluan. Tadi terasa aneh sekali.
Terlihat 2 orang anak berlari mengejar bola basket itu. Salah satunya adalah Arjuna. Entah mengapa, begitu melihatnya. Aku melupakan hal yang memusingkanku tadi. Ia berlari dengan temannya menuju bola yang berada dibelakangku. Aku yang merasa ge-er ini pun tersipu malu. Ini benar-benar terlihat seperti Arjuna berlari menghampiriku dan mengatakan "Apakah kau baik-baik saja ? Bagian mana tadi yang kena bola?"
Segera saja aku katakan padanya "Tidak apa-apa kok, Bola itu sama sekali tidak menyentuhku." Ucapku sambil tersenyum lebar. Arjuna mengambil bola itu dan melemparnya pada salah satu anak yang ikut berlari dengannya tadi. Ia sama sekali tidak menghiraukanku.
Arjuna berlari lagi menjuju lapangan. Aku yang dicuekin merasa sangat kesal. Bagaimana tidak, aku yang tidak bersalah ini baru saja hampir terkena lemparan bola. Yang mereka perhatikan hanya bolanya saja. Cowok memang seperti itu ya?
Karena kesal aku memutuskan untuk segera pulang kerumah. Aku meraih ponselku, dan melihat jam digital yang tertera disana, sudah menunjukkan pukul 1 siang. Memang ya anak cowok, ngga tau panas, masih aja main basket umpatku kesal. Aku bergeas pulang kerumah.
AUTHOR POV
Rieky menengadah menatap langit. Ia sedikit menyipitkan matanya akibat hari yang cukup terik. Ia berjalan menuju universitasnya. Nampaknya ada kelas siang. Ia berjalan melewati pintu gerbang utama. Baru saja ia berjalan beberapa langkah. Ia berpapasan dengan seorang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is it The Right Path ?
Teen FictionHari ku selalu diawali oleh sakit kepala yang entah kenapa bisa terjadi. Aku hanya seorang mahasiswi biasa, tidak ada apapun yang spesial tentang diriku. Aku menjalani kehidupanku layaknya mahasiswi pada umumnya. Suatu hari aku terbangun dari tidur...