Chapter #3 - Mia

14 2 0
                                    

Kriiiiiiiiiiiiing.......
Kriiiiiiiiiiiiing.........

Gue mendengar suara itu berkumandang dan berusaha meraih benda tersebut. Gue bangun, dan melakukan kegiatan pagi seperti biasa. Kemudian menuju keluar rumah, dan melihat wanita itu sudah berdiri di depan pagar.

"Pagi Andi" sapanya dengan ceria.

"Pagi Mia" jawab gue sambil membuka gerbang

"Ayok brangkat bareng gue lagi" ajaknya sambil menarik tangan gue.

"Iyaa, pelan-pelan dong kepala gue kan masih sakit"

"Hehehe, iya maaf deh" ucapnya dengan manja.

Kemudian pun kami berangkat menuju sekolah. Sesampainya di sekolah semua mata tertuju pada gue, bukan karena Mia namun perban yang masih melilit di kepala gue.

" Ndi, lo diliatin satu sekolah tuh" bisiknya ke gue.

"Iya" jawab gue singkat.

Sesampainya dikelas hanya teman-teman sekelas yang menanyakan kenapa dan bagaimana kepala gue bisa bocor. Gue hanya menjawab kalau ini terjadi karena gue ke jedot meja. Gue berkata bohong agar tidak menimbulkan gosip-gosip yang tidak jelas. Namun Mia hanya tersenyum saja ketika gue menjelaskan kepada teman-teman.

Teeeeeeeeeeeet..........
Teeeeeeeeeeet........
Teeeeeeeeeeeeet.............

Bel pulang pun berbunyi. Gue segera bergegas keluar kelas. Namun Mia menahan gue. Sambil memegang tangan gue dia berkata

"Pulang bareng gue, kalo lo pulang duluan gue bakal nangis".

Ancaman yang tidak masuk akal memang. Tapi gue turuti dia daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Iya-iya deh gue pulang bareng lo" ucap gue dengan pasrah.

"Emangnya mau ngapain sih ?" Tanya gue.

"Udah diem aja, tungguin gue sebentar" jawabnya sambil membereskan buku-bukunya.

Setelah Mia membereskan buku-bukunya kami pun keluar sekolah dan menuju mobil Mia. Di dalam mobil pun Mia tidak berbicara apa-apa dan gue tidak membuka percakapan. Ternyata sampai lah kami di komplek rumah kami. Namun tidak dirumah gue, rumah tersebut lebih besar dari rumah om dan tante gue. Mia member kode untuk turun dari mobil.

"Mau ngapain kita ?" Tanya gue penasaran.

"Udah diem, masuk aja dulu" jawabnya.

"Ini rumah lo ?" Tanya gue lagi.

"Iya" dan lagi-lagi sambil menarik tangan gue.

Ketika sampai didalam gue melihat pria paruh baya dan Wanita. Tiba-tiba Mia berkata

"Mah, pah ini Andi. Yang kemaren itu loh".

"Iya papa tau kok" ucap pria itu.

"Oh itu orang tuanya, tapi kok mereka kenal gue ?" Gerutu gue dalam hati.

"Ayo Andi, duduk dulu" ucap Wanita itu.

"Iya tante" ucap gue sambil mengangguk.

"Jadi gini Ndi, kemaren pulang sekolah gue ngeliat ada warga lagi rame-rame gitu. Terus ada salah satu warga yang berhentiin mobil gue. Katanya ada orang abis di gebukin, terus minta tolong dianterin ke rumah sakit. Gue keluar dari mobil terus ngeliat lo udah tiduran dibawah dan kepala lo berdarah. Gue panik, gue langsung nyuruh warga buat ngangkat lo mobil, dan gue liat kak bagas dan temen-temennya lagi di pegangin sama warga. Gue yakin kalau mereka yang mukul lo." Jelas Mia.

"Kak bagas?, siapa itu?" Tanya gue ke Mia.

"Itu loh, yang kemaren kita ketemu di kantin, tapi tenang aja kok Ndi, gue udah nyuruh papa buat ngelaporin kak bagas ke kepala sekolah. Sekarang dia udah di DO selama sebulan" ucap Mia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak TerhinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang