[7]

1.1K 93 15
                                    

Misha Pov

Hari ini tepat 3 minggu berlalu sejak aku menginap terakhir kali di rumah Rega.

Aku sedang duduk seorang diri di bangku taman kampus. Yah, semenjak peristiwa Rega mencium keningku malam itu, aku menyadari menjadi sosok yang lebih pendiam. Aku memilih menyendiri.

Sikapku bahkan membuat Sean dan lainnya sering bertanya dan beberapa hari yang lalu mereka berkata aku aneh. Aku tidak menampik, lagipula aku terus terang menyadari ada yang telah berubah dari diriku.

Aku menggaruk tengkukku sembari membiarkan bayangan-bayangan kejadian bersama Rega pada hari itu melintas dan terulang. Begitu seterusnya.

Aku ingat keesokan harinya, dengan kondisi kurang tidur aku terbangun dan bergegas pulang ditemani oleh Rega. Perjalanan panjang terasa begitu canggung karena perempuan itu tidak juga bersuara begitupun denganku. Hingga pintu taxi nyaris kututup, Rega hanya tersenyum kecil dan berkata 'hati-hati'.

Aku memejamkan kedua mataku dengan rapat-rapat. Entah sampai kapan ingatan ini akan mengacaukan benakku. Membuat frustasi saja!

Rega...

Hatiku berdesir aneh lagi.

Sudah selama ini, apa yang tengah perempuan itu lakukan? Dimana dia sekarang? Dan apa maksudnya ia mencium keningku malam itu?

******

Author Pov

"Kak, aku berangkat."

Gadis kecil mengenakan seragam putih-biru itu mencium punggung tangan kanan kakaknya lalu berjalan keluar rumah dengan langkah cepat. Sementara adiknya yang masih duduk di bangku SD menyusul dengan sedikit berlarian karena kaki pendeknya masih belum melampaui kakaknya. Tiga kali langkah kakinya setara dengan satu langkah sang kakak.

Rega tersenyum memandangi punggung keduanya. Usai merasa sudah cukup lama berdiri di ambang pintu, ia menutup pintu dan kembali ke kamarnya. Di sana ada Liv dan satu lagi adik lelakinya sedang bermain di atas kasur.

Perlahan direbahkan tubuhnya yang terasa lemah dan nyeri sejak beberapa hari yang lalu. Keringatnya bercucuran dan kepalanya pusing.

Ia menghela napas berat.

Ia teringat kemarin malam mami meneleponnya. Menanyai keberadaan dirinya dan alasan karena tidak terlihat di club selama beberapa hari. Setelah menjelaskan perihal sakitnya, mami tidak banyak bertanya lagi.

Perlahan ia mengubah posisi baringnya agar bisa memandangi kedua adiknya. Mereka nampak menikmati hidup. Bermain seolah tidak ada beban sama sekali. Ia iri.

Apa yang tengah perempuan itu lakukan saat ini?

Tiba-tiba pikirannya beralih begitu saja pada sosok asing yang memasuki kehidupannya beberapa waktu belakangan ini.

Ia masih ingat dengan jelas perbuatannya malam itu dan hal tersebut pada akhirnya membuat dirinya begitu malu bahkan untuk sekedar menampakkan batang hidung saja. Meskipun kadang terpikir untuk menuju ke kampus, menemui mama-nya Kaka dan mengambil kesempatan untuk melihatnya.

Sambil merangkak, Liv mendekati tubuh kakaknya lalu kembali duduk dan memainkan boneka kecilnya.

Rega memejamkan mata. Karena cuaca yang senantiasa berubah, akhirnya tubuhnya yang sudah lelah terserang sakit dengan mudahnya. Tapi dalam hati ia bersyukur, bagaimanapun jatuh sakitnya ini menghalanginya untuk kembali ke club. Juga kembali pada mereka yang melukainya, menjajah tubuhnya semena-mena. Yang hidup dalam kontrol nafsu bejatnya.

Selama sebulan tidak bertemu Misha, sebuah kejadian menimpanya. Ia tidak tahu mengapa harus dipertemukan dengan klien semacam itu. Tanpa merasa kasihan memperlakukan dirinya secara kasar dan tidak manusiawi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

IndecipherableWhere stories live. Discover now