Hari masih pagi dan Rokudaime Hokage dengan mata mengantuk atau memang selalu terlihat seperti itu, sedang membaca laporan panjang yang baru saja diterimanya dari Anbu Konoha yang ia tugaskan untuk menyelidiki gembong penjual senjata ninja ilegal.
Sudah dua tahun berlalu dari perang dunia ninja ke-empat, perdamaian dunia sudah terwujud, namun masih ada saja sekelompok orang yang mengiginkan kekacauan. Sebagian besar anggota mereka adalah Missing-nin. Setelah perang berakhir mereka mengumpulkan beragam senjata berbahaya dari medan perang.
Pembeli senjata ilegal umumnya mereka yang tidak puas akan kebijakan-kebijakan desa mereka tinggal atau orang yang terobsesi akan kekuatan. Setiap transaksi akan dilakukan secara rahasia di tempat-tempat yang tidak terduga.
Menurut laporan yang sedang dibacanya, seseorang calon pembeli akan bertemu dengan kurir yang mengantarkan barang pesanan ke Konoha dengan menyamar dan berbaur dengan rombongan pedagang batu mulia dari Iwagakure.
Menurut rumor yang beredar senjata yang akan masuk ke Konoha sangatlah berbahaya, senjata yang bisa menyerap habis chakra seseorang. Penjualnya bahkan memberikan jaminan bahwa senjata tersebut adalah milik klan Otsutsuki entah itu Kaguya atau Toneri Otsutsuki.
Setelah membaca laporannya, Kakashi melihat lagi kearah jam dinding, kemudian menatap kearah pintu masuk kantornya. Dia sedang menunggu seseorang yang tepat untuk misi penyergapan dan pemusnahan senjata Otsutsuki ini. Kemudian ia melirik laci meja kerjanya dengan pandangan rindu, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan koloni rayap pada novel Icha-icha seriesnya.
Kakashi menghela napas panjang, menatap tanpa semangat tumpukan dokumen di atas mejanya, dan hampir menangis melihat gunungan berkas-berkas yang berbaris hampir menutupi sebagian besar lantai ruang hokage. Nasib Si Copy Ninja yang melegenda yang membuat musuh gentar hanya dengan mendengar namanya, sekarang yang dilakukannya hanyalah mengcopy lembaran kertas.
"Hokage-sama, anda sudah menghela napas beberapa kali," sebuah suara tiba-tiba datang dari belakang kursinya. Lihat, sekarang inderanya bahkan sudah tumpul. Dia tidak menyadari kehadiran Uchiha Sasuke lima belas menit yang lalu.
"Oh. Sasuke, ini misi untuk mu," Kakashi menyerahkan sebuah gulungan.
"Hn." Sasuke membuka dan mengamati gambar seorang missing- nin.
"Jadi senjatanya berbentuk seperti ini?" lanjut Sasuke. "Sangat tidak biasa."
"Lakukan dengan tenang, kemungkinan dia akan muncul di dalam desa dengan wajah yang berbeda," lanjut Kakashi.
Uchiha Sasuke membungkuk hormat kemudian menghilang dalam sebuah pusaran di udara.
...
Sementara itu di atas monumen Hokage.
Hinata membulatkan matanya, keningnya berkerut, "Apa aku melewatkan sesuatu?" wajahnya yang bingung menatap Naruto."Hinata, kau tidak ingat telah menol..." ucapan Naruto terhenti, sebuah kemungkinan baru melintas dipikirannya, kesempatan kedua.
"Kau tidak ingat aku memberikan sebuah...benda?"
"Benda apa?"
"Lupakan. Bukan sesuatu yang penting," Naruto tertawa hambar.
Dia tidak mengerti mengapa Hinata tidak ingat apa yang baru saja terjadi. "Apa dia terkena jutsu? atau lamaran ku membuatnya syok dan kehilangan ingatan?"
Naruto berjalan modar-mandir, tidak tau apa yang akan dikatakannya pada Hinata. Dia ingin mencari kotaknya sendiri, tanpa mengajak kekasihnya itu, betapa memalukan bila Hinata tau bahwa dia telah kehilangan benda yang sangat berharga di depan matanya sendiri. Tetapi yang lebih penting Hinata tidak boleh mengingat bahwa dirinyalah penyebab kejadian ini.
"Hinata bagaimana kalau kita jalan-jalan berkeliling desa, lihat pemandangan indah ini?" Naruto tak sengaja menunjuk beberapa murid akademi yang susah payah menarik Rock Lee untuk mengeluarkan kakinya yang terbenam tumpukan salju.
"Tapi Naruto-kun, warga desa akan heboh lagi dan murid-murid akademi akan mengikuti kita," Hinata mengenang kencan mereka yang selalu berakhir buruk, gadis-gadis yang histeris meminta foto dan murid akademi akan menyeret Naruto pergi dan memaksanya mengajar Taijutsu.
Dari ketinggian Naruto memandang desa yang dicintainya, warganya yang melakukan aktivitas seperti biasa, anak-anak yang bermain manusia salju, bahkan ada rombongan pedagang yang nampaknya dari luar desa. Wajahnya kaku menandakan dia sedang berpikir keras, tangannya mengibas seekor serangga yang berdengung menganggu konsentrasinya, kemudian dia tersenyum.
"Hinata ayo ikuti aku," Naruto mengerakkan tangannya membentuk segel.
...
Akamaru mengendus udara dingin, penciumanya yang selalu bisa diandalkan dalam setiap misi pelacakan. Hanya memakan waktu beberapa menit dia menuntun tuan dan rekannya, Inuzuka Kiba dan Aburame Shino ke suatu tempat tak jauh dari Menara Hokage untuk mengambil sebuah kotak kecil dengan bau seperti Uzumaki Naruto.
Shino mengangkat telunjuknya, sesaat kemudian seekor serangga hitam mendarat, kemudian dia mengangguk menerima laporan yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.
"Naruto sudah bergerak."
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/88012072-288-k158780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amethyst Stone
FanfictionAfter The Last movie Sebuah usaha untuk menggagalkan lamaran Naruto Cerita ringan perjuangan cinta Naruto melawan calon ayah mertua Naruto disclimer Masashi Kishimoto Warning Ooc, Typo, dll Genre Romance, humor Rate T