Sosok gelap itu tertutup bayangan, kemudian terlihat jari-jari kurus mencengkram dinding batu licin berusaha merangkak naik ke permukaan, seorang wanita pucat berambut panjang keluar dari dalam sebuah sumur tua, pakaiannya acak-acakan dengan lebam berwarna biru di keningnya, ia mendapatkannya saat melongok terlalu jauh dan akhirnya jatuh ke dalam sumur dengan wajahnya mendarat terlebih dahulu.
"Tidak ada," katanya bergumam, kemudian diiringi bunyi meletup pelan dia menghilang. Sebuah bunshin dengan tekhnik penyamaran, kebanyakan orang tak akan menyadari dia adalah sebuah dari ratusan bayangan yang tercipta dari jutsu pengganda bayangan milik Uzumaki Naruto yang mencari kotak cincinya.
Beberapa saat sebelumnya.
"Hinata ayo ikuti aku," Naruto menggerakkan tangannya membentuk segel. Tak lama kemudian dia sudah bertransformasi menjadi seorang yang berbeda, seorang pria paruh baya berwajah sangar yang baru dilihatnya beberapa saat yang lalu.
"Hinata ayo, sekarang giliranmu."
Hinata mengangkat bahunya tak mengerti. "Naruto-kun sebenarnya apa yang sedang kita lakukan?"
"Bukankah sudah jelas, kita akan berkencan tanpa ada orang yang akan mengenali kita," kata Naruto bangga.
"Naruto-kun bukankah ini konyol, aku hanya ingin melihat wajah mu saja bukannya--" Hinata tidak menyadari efek kata-kata yang diucapkannya, pria tua dihadapannya sekarang mengusap tengkuknya, wajah sangarnya merona, dan untuk melengkapi pemandangan aneh ini dia tersenyum lebar menampakkan dua gigi depannya yang ompong. "Jadi Hinata menyukai wajah ku."
Hinata berpikir sejenak. "Mungkin tidak ada salahnya mencoba, kami bisa berkeliling desa dengan tenang, tapi mengapa
Naruto ingin menyusuri desa sementara kami sudah berada di tempat yang tepat untuk kencan?""Ayolah Hime, memang hal buruk apa yang akan terjadi jika kita berbaur dengan warga desa."
"Baiklah," Hinata meniru apa yang tadi dilakukan Naruto, dia merubah penampilannya menjadi wanita tua yang pantas bersanding dengan wajah aneh disampingnya.
Pasangan tua itu meninggalkan Monumen Hokage dengan berjalan kaki. "Hinata bisakah kau menunggu ku disini?" Naruto menunjuk perutnya yang katanya terasa sakit.
Naruto menghilang di balik pepohonan, mengeluarkan kunai hirashin, kemudian dalam sekejap dia muncul kembali di atas Monumen Hokage.
"Tajuu kagebunshin no jutsu."
Ratusan bunshin terbentuk dan kemudian berpencar. "Henge," Naruto merapal sebuah jutsu lagi. Seluruh tiruan bayangan itu muncul kembali diberbagai tempat di desa dengan wajah dan penampilan yang berbeda. Kemudian Naruto kembali menemui Hinata.
Di suatu tempat yang tersembunyi tak jauh dari Akademi seorang ninja juga menggunakan henge no jutsu.
...
Rock Lee dan Tenten bertemu dengan pasangan tua yang berjalan cepat ketika mereka berpapasan.
"Aku merasa hari ini desa kita sangat ramai. Kau merasa seperti itu Lee?"
"Perilaku mereka juga tidak biasa, aku melihat seorang pemuda merangkak di selokan, ada juga yang berjalan-jalan di sungai padahal cuaca sedingin ini."
"Apanya yang aneh, kita adalah warga Konoha dengan semangat api, jadi tak apa terlalu bersemangat," kata Lee berapi-api.
"Bahkan sekarang aku ingin berlari mengelilingi Konoha," lanjut Lee bersemangat dari sebelumnya.
"Lee, Tenten kalian mendengar kami? Apa kalian bertemu pasangan tua." kata sebuah suara melalaui earphone.
"Oh Kiba. Mereka baru saja melewati kami," kata Lee.
"Ikuti mereka, itu Naruto dan Hinata."
"Apa? Baiklah," kata Tenten.
"Jangan sampai Naruto melamar lagi, atau Hyuga tua itu akan mempermalukan kita."
Lee dan Tenten mengambil jalan yang berbeda untuk menjemput senjata rahasia mereka untuk mengacaukan kencan Naruto.
...
Pria tua itu mengeluarkan syal merah yang baru saja diterimananya sebagai pengganti syal yang dihancurkan oleh Toneri Otsutsuki, kemudian ia lingkarkan pada leher wanita pasangannya, menikmati waktu santai mereka di sebuah bangku taman.
"Sekarang mungkin belum ada, tapi sebentar lagi pasti aku akan menemukannya."
"Ini tentang apa?"
"Maukah kau menerima cin--" perkataanya terpotong karena tubuh seorang bocah yang tiba-tiba terbang menimpanya, tubuhnya terjungkal kebelakang, tangannya masih menggenggam sebuah cincin dari bunga plastik.
"Nar-- maksud ku kau tidak apa-apa?" wanita tua itu membantu pasanganya berdiri.
"Maafkan aku paman, kami sedang berlatih. Anda tidak terluka kan?" Konohamaru terus saja meminta maaf.
Udon dan Moegi kemudian muncul, mereka saling serang dengan Rock lee menggunakan taijutsu.
"Baiklah sekarang kalian coba tahan ini. Konoha Senpuu," Rock Lee berutar sangat cepat membentuk pusaran angin kecil yang menerbangkan debu dan bebatuan kecil yang terlempar kesemua arah.
"Bisakah kalian berlatih di tempat lain?" teriak Si Pria tua.
"Maaf tapi kami sedang bersemangat" teriak Rock Lee, kemudian menerjang ketiga bocah malang yang terpental jauh di terjang mini tornado, mereka termakan rayuan Tenten yang berkata mereka akan melihat kehebatan yang mampu mengalahkan Madara Uchiha.
"Selanjutnya Urarenge," Lee sudah melepaskan sebelah beban yang selalu terpasang di tangannya, namun urung karena Tenten sudah mencekik lehernya. "Kau terlalu menghayati peran mu, bodoh. Kau mau membunuh mereka," Tenten berbisik sadis, menyeret Lee menjauh.
Dari puncak pepehonan beberapa Anbu bertopeng mengawasi mereka.
"Akhirnya mereka pergi," pria tua itu menghembuskan napas lega. "Apa yang dipikirkan si alis tebal."
"Kalau saja Tenten tidak segera datang kita semua bisa cedera, dan penyamaran kita akan sia-sia."
"Jadi kemana tujuan kita selanjutnya," kata si wanita.
Bayangan berkelebat cepat kemudian beberapa orang berseragam muncul dibelakang pasangan itu, katana berkilat sudah menempel dileher mereka. "Dimana cincin itu?"
"Mengapa Anbu menginginkan cincin ku-ttebayo?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Amethyst Stone
FanfictionAfter The Last movie Sebuah usaha untuk menggagalkan lamaran Naruto Cerita ringan perjuangan cinta Naruto melawan calon ayah mertua Naruto disclimer Masashi Kishimoto Warning Ooc, Typo, dll Genre Romance, humor Rate T