Chapter 4

249 18 3
                                    

sehun terperanjat mendengar fakta bahwa ayahnya adalah manager keuangan yang mengerikan. Ia telah menghabiskan kekayaan keluarga untuk investasi buruk dan spekulasi tak masuk akal. Jaksa itu mngatakan secara baik-baik, tetapi blak-blakan. Sehun bangkrut, sama sekali tak mempunyai apa-apa untuk melunasi tumpukan tagihan.

88 Indigo Place

.

Pair: Kaihun

Warning ff ini berungsur GS

.

.

Disini saya hanya meremake cerita ini, dan cerita saya

Angkat dari novel karangan 'Sandra Brown'

Happy Reading
~oOOo~


"Tapi kami hidup-"

"Benar sekali, tuan oh tak akan pernah mengakui dirinya terlibat utang. Paling tidak ia tak akan membiarkan kau atau ibumu tahu bahwa bencana keungan akan segera menghadang."

Sehun mengamati lembara-lembaran lebar itu hingga kesulitan-kesulitan yang besar yang membajiri dirinya. "Aku bahkan tak mampu membeli makannan."

"Aku prihatin, Sehun. Inilah warisan untukmu."

"Setidaknya aku memiliki Indigo Place." Sahut Sehun. Ia terpekur sambil membolak-balik setumpuk tagihan. Hellan berat napas pengacara ayahnya membuat Sehun mengankat kepala dan ia memandang lelaki itu dengan rasa takut semakkin meningkat.

"Aku masih memiliki Indigo Place, kan." Orang tua itu menggenggam tangan Sehun.

"Rumah itu dihipotekan, sayangku. Bank telah memberi tahuku, jika mereka tak dapat menutupi kerugian dalam jangka waktu enam bulan, mereka tak punya pilihan lain kecuali mnyita rumah itu. kuserahkan kepadamu agar menjualnya."

Itulah pukulan terakhir. Sehun membaringkan kepala diatas meja sang pengacara dan terisak-isak. Namun perlahan-lahan ia menghadapi kenyataan itu. memang benar ia tak memiliki uang sepeser pun, namun ia tak dapat begitu terus.

Setenang mungkin, ia menawarkan Indigo Place 88 untuk dijual. Ketika kabar itu beredar, sebagai mana yang sudah ia perkirakan, ia membukam gosip negatif dengan mengatakan bahwa ia telah mengurus pemeliharaan rumah. Ia tak suka terbelenggu oleh rumah itu, dan menginginkan kebebasan berpergian tanpa dibebani tanggung jawab merawat rumah.

Begitu rumah terjual ia akan berpergian, langsung keluar dari kota itu, untuk mencari pekerjaan. Sehun naik ketempat tidur dan mematikan lampu, lalu seperti biasa, ia menatap pohon magolia diluar jebdela lantai dua. Waktu sudah hampir habis. Tak sabulan lagi sebelum tanggal waktu dari bank. Tak terbayang olehnya jika semua orang dikota tahu mengenai kebangkrutan dan kejatuihan ayahnya. Ia tak ingin reputasi luhur keluarganya dipermalukan. Ia harus menjual rumahg ini.

Tapi terkutuklah ia membiarkan bajingan seperti Kim Kai pindah kerumah ini!

.

.

.


Sehun bangun telambat dengan kepala yang pening karena tak dapat tidur nyenyak, padahal ia memerlukan waktu berjam-jam agar dapat terlelap. Ia juga merasakan mimpi yang tak enak, tetapi tidak ingin mengingat-ingatnya. Ia menyadari bahwa dirinya tak ingin mengetahui apa-atau lebih tepatnya siapa-mimipinya itu.

88 Indigo PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang