just read, Vote dan Follow.. Hehe
------------
Setelah sampai di rumah tanpa ba bi bu, Adinda berlari menuju mamanya yg sedang asik memotongi ujung daun di pohon kecil yang memang sengaja di tanam di depan rumah agar lebih asri
"Hay sayang!!" ucapnya melihat Dinda mendekat " kenapa wajahmu?" tanyanya
"Maa... Mama sama papa kok tega... Sama aku..!!" Dinda menatap mamanya yg kembali serius dengan guntingnya
"Tega gimana? Maksudnya gimana?"
"Mama tega jodohin aku sama orang kaya Awan,"
"Loh.. Kamu sudah bertemu Awan, bagus.. Tidak ada lagi pertemuan.. Kita langsung tentukan hari H nya ya...!!"
"Maaa.. Dinda ga mau..!!!."
"Kenapa? Awan itu ganteng lo..!!"
"Ganteng?? Mama sama papa ga bisa bedain apa mana yang ganteng mana yg aneh.. Dinda mendingan ta'aruf sama pak Tarno biar bisa di bantu yaa.. Prok prok jadi ganteng gitu...!!"
"Mama fikir malah Dinda yg ga bisa bedain yg ganteng sama yg ga.. Malah pilih pak Tarno.. Udah ya.. Nanti guntingan mama meleset jadi jelek pohonnya, ke kamar gih.. Istirahat..!!!" mamanya trus melanjutkan guntingannya,
Dinda memberengut dan berjalan menghentak-hentakkan ke dalam rumah,percuma saja berbicara dengan mama atau papa tidak ada yg mendengarnya,tatapannya mengarah tajam ke arah Venus yang baru masuk tertawa melebarkan mulutnya
"Heyy... Jangan tertawakan terus adikmu,!!" mama memperingatkan Venus, yang di peringatkan hanya berlalu tanpa jawaban memegang perutnya, tidak kuat menahan tawa
*****
Hari terus berganti, hingga sampailah Dinda pada hari yang paling di bencinya, hari dimana dia akan memulai hidup baru dengan pria gemulai dengan cara berjalan lenggak lenggok seperti banci thailand,
"Jangan terlalu tebal ya mbak.." pinta Dinda pada orang yang sedang memoles wajah dan bibirnya dengan warna cerah ceria, mba itu mengangguk, proses make up dan pemakaian hijab selesai, Dinda menatap wajahnya sendiri di cermin berbinar, dia terlihat berbeda, sangat cantik..tapi.. Dia ingat calonnya lagi..
"Aww...!!!" pekiknya saat terasa jarum pentul tambahan untuk hiasan kepalanya menyentuh kulit, membuatnya sadar bahwa dia tidak mimpi, mba yg sedang memasang aksesoris itu berkali-kali meminta maaf pada Dinda, di jawab anggukan dan senyum oleh Dinda,
"Mempelai pria nya datang" Dirga melongo dari pintu "waaawwww cantik banget ade gue..." ucapnya, Dinda mesam mesem tidak karuan, "untuk sekarang..!!" lanjutnya, membuat wajah Dinda berubah masam dan mulai melemparkan apa saja yang ia pegang ke wajah Dirga
Dirga mengeles dan tertawa mengulurkan tangannya mengajak Dinda menuju ruangan terpisah antara mempelai pria dan wanita Dirga membantu adiknya duduk bersimpuh karna kebaya pengantin yang membuat gaya laki adiknya itu mempersempit celah Dinda mengangkang seperti biasa, kedua tangannya terangkup menyentuh pipi Dinda
"Ga terasa ya.. Adik nya kakak udh gede sekarang, sebentar lagi, kamu bakal jadi istri orang, kakak gakan bisa lagi megang kamu kaya gini...
Pintu ruangan terbuka, Venus dengan jas lengkapnya berjalan perlahan mendekati kedua Adiknya,
" walaupun kamu udah jadi bagian hidup orang, jangan lupain kamu, berbagilah semua rasa dalam keluarga kecil kalian, jangan cuma saat sedih kamu datang ke pelukan kami, tapi saat bahagia pun berbagilah, kami ingin melihat Dinda kami bahagia" Dirga melepas tangannya dan memeluk Dinda perlahan, entah kenapa rasa haru mendera hatinya hingga air mata mengalir perlahan di sudut mata Dirga, sesaat Dirga mengusap airmatanya dan mengurai pelukan hangat dari tubuh Dinda
Venus bergerak mendekat dan berjongkok meraih kedua tangan Dinda " kakak sayang Dinda, kakak ga tau ini yang terbaik atau ga buat Dinda, tapi kakak yakin Dinda bukan lagi anak-anak yg seneng kalo kakak gendong, yang ketawa kalo kakak godain, yang marah kalo kakak ga beliin eskrim, Dinda sekarang, Dinda yang cantik dan dewasa,yang siap menempuh hidup sendiri bersama lelaki yg jadi pendamping Dinda.. Kakak sayang Dinda, maafkan kakak kalau kakak berlebihan sama Dinda, kita semua sayang Dinda" Venus merengkuh bahu Dinda dan mencium puncak kepalanya perlahan, tangis Dinda membuncah seketika, tubuhnya bergetar dengan bahu naik turun meredam tangisnya yg mungkin akan lebih menjerit saat dua kakaknya merangkulnya bersamaan,
Pelukan ketiganya terlepas ,
"Udah jangan terlalu heboh, make up nya luntur tuh...!!" Dirga menunjuk mata Dinda yang terlihat sedikit menghitam di bagian bawahnya, Dinda merengut dan tersenyum perlahan"Nah gtu dong.., kasian kan tukang make up nya" Venus menyengir dan mencolek dagu Dinda
Suara berdenging terdengar kemudian tanda Microphone di nyalakan, setelah beberapa patah kata dari MC dan pembacaan ayat suci dari para pengisi acara, tibalah pada acara inti pengucapan ijab dan kabul yang di lakukan mempelai pria dan orangtua laki-laki mempelai wanita,
"Yaa... Hamzah Chaerul Awan, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Adinda Kusumadireja Binti Wisnu kusumadireja, dengan mas kawin 50 gram emas ,dan uang sebesar 2 juta rupiah di bayar tunai" suara Wisnu menggema di seisi tempat akad nikah langsung di sambut mempelai pria
"Saya terima nikah dan kawinya Adinda kusumadireja binti Wisnu Kusumadireja dengan maskawin tersebut di bayar tunai" ucapnya spontan, Dinda tertegun sesaat, kenapa suara sengau dan banci nya itu hilang seketika, apa Dinda salah dengar, ahh.. Dinda menggeleng- geleng perlahan, meyakinkan bahwa ntu banci cuma sok tegas dan di gede2in aja pasti suaranya, suara puji dan syukur atas selesainya akad nikah menggema di seluruh ruangan, beberapa orang di dalam tempat Dinda menunggu memeluk dan mengucapkan selamat pada Dinda, Dinda mengangguk dan mengucapkan terimakasih dalam gumaman tanpa suara dan senyuman di paksakan, sempurna sudah hidup Dinda dengan seorang banci kaleng yg siap mengisi hari-harinya, berlenggak lenggok dengan gaya alaynya berjalan di samping Dinda, membayangkannya saja Dinda bergidik ngeri,
"Mempelai wanita silahkan menuju tempat di samping mempelai pria" ucap sang MC kemudian
Deg,
Dinda mengangkat wajahnya yang terasa mati rasa, pucat mungkin, di bantu beberapa wanita di ruangannya Dinda di papah menuju ruangan utama, dengan menunduk dan merapalkan do'a di dalam hati meminta kekuatan kepada pengatur jodohnya untuk tidak pingsan saat duduk di samping pria tanggung itu,
"Jangan nunduk, nanti ga fokus" bisik seorang di sebelah Dinda yg memegang tangannya
Dinda mengangguk dan menegakkan wajahnya, pengantin pria itu, duduk tegap membelakanginya, punggungnya lebar dengan bahu kokoh berbalut kemeja putih pengantin, membuat Dinda waswas dan mengerutkan keningnya sesaat,
Kok si banci bisa segagah itu dari belakang.. Apa ini halusinasi, apa fatamorgana.. Bathin Dinda berkata terus dengan sekelumit kebingungan di wajah Dinda,
Dinda duduk perlahan di samping lelaki yang kini sah menjadi suaminya, lelaki itu menoleh dan tersenyum
"Ya Tuhaaannn... Siapa inii????"
End of part 4
Vote and follow me please.. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
A Kiss To Say You Are Special
Romance18+++ Dinda tidak pernah menyangka akan ber ta'aruf dengan kepala karyawan Kafe mamanya yg bernama Awan, Dinda melirik pria yg berdiri bagai tembok china di sampingnya, wajahnya sawomatang, matanya sipit tapi tajam, dan bibirnya.. Ya Ampun, tipis m...