.1

22.3K 1.6K 83
                                    

malam itu turun hujan deras; disertai kilatan yang membuat orang enggan tuk keluar dari zona nyaman mereka—sama pula halnya dengan yang dilakukan chanyeol saat ini.

ia asik melahap kripik kentangnya sambil menggonta-ganti chanel tv. "hah tidak ada ada yang menarik" gumam chanyeol.

dwar!!!

suara petir mengalihkan kosentrasi chanyeol sesaat. ia dibuat terperanjat dari tempatnya, selintas makian pun terlontar begitu saja.

"bukankah tempat tua ini kedap suara?" cibir chanyeol jengah, dirinya beralih berjalan kecil menuju ranjang untuk memanjakan diri lebih lanjut.

baru saja chanyeol merebahkan badan besar itu, suara bel tiba-tiba saja berbunyi, mengartikan bahwa seseorang tengah bertamu nantinya.

"sialan." chanyeol meregangkan lehernya sejenak, mood-nya sekarang luar biasa buruk, berharap siapapun yang datang bukanlah sehun beserta keluhannya akan skripsi yang tak kunjung usai.

tidak. tidak hari ini.

orang itu terus menerus memencet bel apartemen seperti bangunan ini baru kemarin dibangun. asal mau tau, apartemen miliknya terbilang sudah lama dan kuno—was-was jika tombol bel diluar sana bakal kunjung jebol.

chanyeol berperilaku tak peduli seperti biasanya, membuka pintu tanpa mengecek interkom lalu matanya dibuat terbelalak saat mendapati sesosok pria bermain pada bel alarm.

pria muda itu berpakaian aneh, cukup membuat chanyeol mengkerut heran. ia memakai jas hujan full-set; celana, jas bertudung, beserta boots kebesaran yang terlihat berlumpur.
warnanya kuning semu oranye, terlalu mencolok perhatian jika bisa dibilang. mengenai proporsi badan... ah pria ini begitu kecil dan mungil.

"siapa?" pikir chanyeol gundah. kepalanya dibuat bertanya-tanya, niat awal untuk rebahan hilang kalut dibawa entah kemana.

"hei hentikan! itu bukan mainan!" chanyeol berujar, berusaha menepis tangan yang hendak menekan bel lagi. tapi serius, berisik, chanyeol sudah muak.

sontak pria tersebut menolehkan wajah, menatap chanyeol dengan mata bulat seperti belum menyadari kehadirannya dari tadi.
bibir itu tersenyum memperlihatkan deretan gigi yang tersusun rapi.
sejenak jeda bagi mereka memperhatikan diri masing-masing.

"yeolie!"

chanyeol menaikkan sebelah alis, bingung menjumpa dihadapannya. "huh?" badannya membungkuk sebentar, menyamakan tinggi tubuh mereka.

"bagaimana bisa kau tau namaku? kita saling mengenal?" chanyeol berujar lagi, kali ini penuh selidik.

sosok itu lalu menggeleng, mempoutkan bibirnya berlagak seperti anak kecil.

"aneh."

"jangan macam-macam, mau dilaporkan ke satpam?" chanyeol berusaha bertindak tegas, walaupun ia tidak tega melihat pria itu begitu tak berdaya.

segera sosok misterius ini merogoh sesuatu dari kantongnya, memberikan sebuah gelang biru yang ia percaya terbuat dari batu giok.

chanyeol awalnya enggan, namun pria ini begitu kukuh menyodorkan gelang tersebut seperti memohon 'sesuatu'.

chanyeol mengernyitkan dahi, menerima gelang itu sebelum menganalisanya kembali. mungkin saja ia sedang ditipu sales perhiasan? tidak ada yang tau—sampai ia membaca sesuatu didalam gelang tersebut.

tulisan sebaris yang apik, seperti bukanlah ukiran tangan manusia. begitu menghipnotis mata, bahkan chanyeol bersumpah melihat gelang yang digenggamnya sekarang bersinar seperti cahaya bulan yang memantul dari dataran air.

baekhyun! +chanbaek [on construction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang