Dejavu

287 85 44
                                    

"Audric," aku membisikkan namanya, tentu saja aku tidak berani berbicara karena Miss Luna mengawasi seisi kelas dengan 'mata elangnya'.

Audric terkejut, ia menoleh kearahku, mengisyaratkan 'apa?'

"Kau kenapa?" bisikku.

Ia menggeleng pelan, seperti mengisyaratkan 'aku tidak apa-apa.'

"Aerona!" Miss Luna tiba-tiba membentakku. Seisi kelas menatapku, membuatku grogi, apalagi Mariam dan Stella menatapku tajam, lalu mereka berbisik-bisik.

"A-apa, miss?" tanyaku gelagapan.

"Kau menanyakan jawaban ulangan pada Audric, ya?!" bentak Miss Luna lagi.

"T-tidak, miss," aku menunduk.

"Dia bohong, miss!" celetuk Stella.

"Benar, miss! Jelas-jelas tadi saya melihatnya berbisik-bisik dengan Audric! Dia kan bodoh dalam matematika! Pasti dia menanyakan jawabannya pada Audric!" tambah Mariam.

"Mungkin dia ingin pdkt dengan Audric kali, ya?" Lucy tersenyum sinis.

"Mana mungkin gadis seperti dia disukai Audric!" Mariam mendengus kesal.

"Sudah anak-anak," lerai Miss Luna.

"Saya ingin meminta kebenarannya sendiri dari Audric, karena kalian bisa saja memfitnah Aerona," Miss Luna berdeham.

"Kami jujur kok, miss!" elak Stella. Disusul anggukan Mariam dan Lucy.

"Diam!" bentak Miss Luna, yang sepertinya sudah mulai frustasi dengan kelakuan ketiga siswinya.

"Jadi, Audric, apakah tadi Aerona menanyakan jawaban ulangannya padamu?" tanya Miss Luna.

"Tidak, Aerona berkata jujur," Audric menatap tajam ke Stella, Mariam, dan Lucy. "Merekalah yang berbohong."

"Sudah saya duga," Miss Luna mengalihkan pandangannya kearah Stella, Mariam, dan Lucy.

"A-Audric boho-," kata-kata Mariam terpotong.

"Audric jujur, karena dialah saksinya, dia juga bukan tipe anak yang suka berbohong, jadi kalianlah yang telah berbohong!" Miss Luna menatap tajam kearah Mariam, Stella, dan Lucy.

"Hukumannya............," Miss Luna memotong kalimatnya.

Mariam, Stella, dan Lucy menelan ludah.

"Kalian harus membersihkan toilet sekolah!" Miss Luna memberikan hukuman yang paling mematikan.

"Tidaaaak!" teriak Mariam, Stella, dan Lucy.

"Tipe anak yang tidak suka berbohong, cih," gumam Audric pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

"Dan Aerona, saya minta maaf karena telah menuduh kamu yang bukan-bukan," ucap Miss Luna lalu duduk di meja guru. Aku mengangguk.

"Stella, Mariam, Lucy, bersihkan toilet sekolah sesudah ulangan matematika," perintah Miss Luna. Mariam, Stella, dan Lucy hanya mengangguk kaku.

Aku berusaha mengerjakan soal-soal matematika ini sebisaku, aku melirik kearah Audric, dia...mengerjakan soal-soal itu dengan cepat sekali. Dia sampai tidak menyadari kalau aku melhatnya dari tadi.

Menit demi menit berlalu, kebingunganku bertambah, sekarang, Audric malah sudah selesai mengerjakan soalnya.

Ia menatapku, pada awalnya, aku berusaha tak acuh dan berpura-pura mengerjakan soal. Tapi lama-kelamaan karena dia menatapku terus dalam jangka waktu yang panjang, aku merasa terganggu.

"Kenapa kau menatapku?" bisikku pada akhirnya. "Aku jadi tidak dapat berkonsentrasi," aku merengut, berpura-pura ketus.

"Aku tidak menatapmu," jawab Audric, ia memalingkan wajahnya.

The Right EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang