Pandora#01

241 55 28
                                    


"Apa rencanamu?" tanya Lucy.

"Jadi begini, ada anak baru yang akan pindah di kelas ini," tutur Stella.

"Anak baru? Lagi?" Mariam berkacak pinggang.

"Benar," Stella mengangguk. "Kalian tahu kelas 8F, kan?" tanya Stella.

Mariam dan Lucy mengangguk.

"Nah, murid baru itu akan dipindahkan disini karena kelas 8F sudah terlalu penuh," ucap Stella.

"Lalu apa hubungannya?" Mariam mengangkat sebelah alisnya.

"Murid baru itu, bisa kita gunakan untuk merusak hubungan mereka," Stella mengibaskan tangannya.

***

Kathleen berjalan menyusuri koridor sekolah, ia mencari Miss Luna, tadi dia habis balik dari kantin dengan Samantha, sialnya, mereka bertemu dengan Mr. Ced di tengah perjalanan, dan Samantha malah balik ke kelas duluan. Akhirnya dia disuruh membawakan dua tumpuk buku oleh guru ter-killer sesekolah, yaitu Mr. Ced. Apesnya, saat Kathleen hendak menolak, Mr. Ced menatapnya sambil melotot, seperti tahu apa yang ingin diucapkan Kathleen, membuatnya urung melakukannya. Nah, celakanya lagi, Miss Luna tidak ada di ruang guru, jadi Kathleen terpaksa harus mencarinya keliling sekolah.

Membawa dua tumpuk buku berat sambil keliling sekolah? Bayangkan saja!

Sampai di sebelah ruang klub seni yang sudah lama kosong, ia bertabrakan dengan seseorang. Bruk!

"Hei, hati-hati kalau berjalan, dong!" Kathleen yang sedang bad mood berdiri, kemudian mengambil buku-buku Mr. Ced yang jatuh berserakan. Tidak ada jawaban.

"Kamu bisa bantu tidak, sih?!" emosi Kathleen semakin meluap-luap saat orang yang menabraknya tadi tidak membantunya, dan tidak menjawabnya.

Hening. Tiba-tiba bulu kuduk Kathleen terasa merinding. Tes! Setetes cairan menetes mengenai lantai di dekat Kathleen, spontan, tubuh Kathleen membeku, ia menengok perlahan, cairan itu mengenai salah satu buku Mr. Ced, dan cairan yang berwarna merah kehitaman dan pekat itu adalah... darah!

Kathleen menatap kaki orang yang tadi ditabraknya, yang dilihatnya adalah kaki tanpa alas kaki, berwarna putih pucat dan hampir membiru, dengan kuku kaki yang terkelupas dan luka disana-sini. Kathleen merinding.

"M-maaf, s-saya tidak punya t-tangan jadi tidak bisa membantu kamu, hihihi," jawaban itu membuat Kathleen bertambah merinding, ia mendongak keatas dengan perlahan.

Seorang gadis dengan tangan buntung, yang berdarah-darah dan baju seniman menatapnya sambil tertawa aneh. Kathleen menelan ludah, tanpa dikomando, tanpa mengambil buku-buku Mr. Ced yang masih berserakan, langsung saja ia berlari sekencang-kencangnya, meninggalkan gadis dengan tangan buntung tadi yang masih saja tertawa-tawa.

"Lho, Kathleen, ada apa?" Miss Luna menegurnya setelah ia sampai di depan kelasnya. Rupanya jam istirahat sudah berakhir, untung saja dia tiba di kelas bebarengan dengan Miss Luna jadi dia tidak akan kena marah, hehehe.

"Tidak apa-apa kok, Miss," Kathleen melambaikan tangannya dengan gugup kemudian masuk ke kelas.

"Kathleen, buku titipan Mr. Ced tadi mana?" tanya Miss Luna, membuat langkah Kathleen terhenti.

"S-saya...," kata-kata Kathleen terputus.

"Tadi Mr. Ced titip dua tumpuk buku ke kamu, kan?" Miss Luna menatap Kathleen curiga.

"M-maaf, miss, tadi b-bukunya saya j-jatuhkan di depan klub seni," jawab Kathleen terbata-bata.

"Hah?! Kenapa kamu jatuhkan disitu?! Cepat ambil!" perintah Miss Luna.

The Right EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang