"Aigoo di sini kau rupanya,"
Kau menoleh saat mendengar suara seseorang yang kau kenal menginterupsi kegiatanmu. Kau tersenyum, menatap suamimu yang tengah berdiri di pintu sambil menunjukkan wajah lelahnya.
"Kau sudah pulang?" kau bertanya, tanpa membuat pergerakan sedikit pun, karena ada Dujun junior di dekapanmu tengah tertidur.
Dujun mengangguk. Ia perlahan berjalan menghampirimu. Sambil meletakkan mainan yang sengaja ia beli saat berada di Jepang di atas nakas, ia menampilkan senyum lelahnya. "Maaf aku tak sempat beli sesuatu untukmu," katanya pelan. Ia duduk di hadapanmu, menatapi buah hati kalian yang tengah terlelap dengan pandangan lembut.
"Tidak apa-apa. Kau membelikan sesuatu untuk Joonie saja aku sudah senang,"
Dia tersenyum sambil mengusap puncak kepalamu. "Kau menjaganya dengan baik."
Kau mengangguk pelan. "Tentu saja. Kalau aku tak menjaganya, kurasa saat kau pulang aku akan segera menjadi janda. Kau kan lebih sayang pada Joonie daripada aku," ucapmu sambil mengerucutkan bibirmu.
Ia tertawa mendengar ucapanmu. "Tentu saja. Aku akan menceraikan seorang ibu yang tidak menjaga anaknya dengan baik." candanya.
Kau merengut mendengar ucapan Dujun. "Jadi kau akan menceraikanku?" katamu sebal.
Dujun tertawa kencang. "Ya! Itu kalau kau tak menjaga Joonie dengan baik. Tapi kenyataannya, kau itu ibu yang sangat luar biasa. Lihat, Joonie sehat dan ia terlihat bahagia. Melihat Joonie begini, aku jadi yakin kalau aku tak salah pilih istri," ucapnya sambil menampilkan senyum andalannya.
Kau tersenyum mendengar ucapan suami tercintamu itu. Mendengarnya berucap seperti itu membuatmu jadi ingin terbang setinggi-tingginya. "Tentu saja, aku ini yang terbaik. Awas saja kalau kau genit pada yeoja yeoja penggemarmu itu!"
"Tenang saja, aku hanya genit pada makanan saja. Aku tidak tertarik pada wanita mana pun selain dirimu," ucapnya. Tak lupa ia sematkan senyum khasnya.
"Nghh...." Joonie yang berada dalam dekapanmu bergerak gusar. Bayi berumur delapan bulan itu perlahan membuka kedua kelopak matanya. Menampilkan bola mata bulat jernih serupa ayahnya.
"Dia tahu kalau ayahnya sudah pulang," ucapmu sambil menyerahkan Joonie ke dalam dekapan Dujun.
"Yaa, kau benar-benar mirip aku," ucap Dujun sambil bermain dengan Joonie.
Kau menghela napas sesaat. "Tentu saja. Kau ayahnya," ucapmu dengan nada sarkartis.
Dia tertawa renyah mendengar ucapanmu. "Ah benar. Kalau Joonie mirip dengan Yoseob atau Dongwoon, aku harus curiga. Benar, kan?" ledeknya.
Kau melempar bantal Joonie ke arah suamimu dengan kesal. "Dasar pabo!"
Ia tertawa dan mengabaikanmu dengan terus bermain dengan Joonie.
Kau tersenyum melihat pemandangan di depanmu. Meski Dujun adalah seorang idol yang sibuk, tapi namja penggila sepak bola itu tak pernah lupa untuk bermain bersama Joonie dan menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya.
"Joonie-ya, kalau sudah besar, jangan menjadi seperti appa. Menjadi idol itu sangat lelah dan bisa membuatmu stres. Appa tidak mengizinkanmu menjalani hidup seperti itu. Kau harus hidup bebas sesuai keinginanmu, appa yakin meski tidak menjadi idol, kau akan sukses di jalanmu sendiri." ucapnya panjang lebar.
Kau tersenyum mendengar ucapan suamimu. Dia memang benar-benar suami dan ayah yang baik. Betapa beruntungnya dirimu bisa jadi yang terpilih menjadi pendamping hidup seorang Yoon Dujun.
"Appa~"
Cepat-cepat kau menoleh ke arah suamimu saat kau mendengar suara imut itu. Dujun pun menatapmu, seolah tak percaya kalau putra kecil kalian mengucapkan kata itu.
"Dia memanggilku! Dia memanggilku appa! Yeobo, dia memanggilku appa!" ucapnya sambil tertawa kencang.
Kau tersenyum senang. "Reaksimu seperti saat aku mendengar Joonie mengucapkan kata 'eomma' untuk yang pertama kalinya,"
"Jadi ini bukan kata pertama yang ia ucapkan?" tanyanya dengan nada kecewa.
"Tentu saja bukan. Kata pertama yang ia ucapkan itu tentu saja eomma-nya. Hanya aku yang bersamanya setiap saat." ucapmu dengan nada bangga. Tapi cepat-cepat kau ralat saat melihat wajah kecewa Dujun. "Dan tentu saja 'appa' adalah kata kedua yang dia ucapkan. Jangan menampilkan wajah seperti itu, kau sangat jelek kalau kau mau tahu,"
Ia kembali tersenyum saat mendengar ucapanmu. "Joonie-ya, tidak apa aku jadi yang kedua, asalkan ibumu itu tidak ada niat untuk menduakan aku~"
Joonie tiba-tiba memukul mulut Dujun dengan tangan mungilnya. Membuat dia sedikit kaget.
"Dujun-ah, Joonie saja mengerti untuk tidak bicara sembarangan. Dasar kau ini! Maniak game dan sepak bola yang suka nya hanya makan! Pantas saja perutmu itu seperti roti bantal!" ucapmu sewot.
Dujun merengut mendengarnya, namun saat Dujun hendak membalas ucapanmu, tangan Joonie lagi-lagi memukul mulutnya. "Appa~"
Kau tertawa kencang melihat pemandangan di hadapanmu. Lucu sekali.
"Yeobo, terimakasih atas semua kebahagiaan ini. Rasa remuk yang kurasakan saat di dalam pesawat tadi jadi tidak terasa saat aku memasuki rumah ini. Gomawo," ucapnya sambil menarikmu ke dalam dekapannya.
"Ne, terimakasih juga sudah menjadi suami dan ayah yang baik bagiku dan Joonie,"
"Eomma~ appa~"
***
yawla ini apa ya haha :""))) garagara postingan foto di instagramnya dujun itu ya bikin imajinasi saya melanglang buana terbang ke atas langit sana :")))))
Maaf kalau diksi berantakan. Ini cuma sekedar imajinasi alay dari seorang gadis kecil (?) pencinta ahjussi kkkkkkk /apapula
Dujun-ah, marry me please :")))//sekian terima oppa//
KAMU SEDANG MEMBACA
Yoon Dujun [Oneshoot Collection]
FanfictionYoon Dujun Imagine. Dujun x You. Warning: Mungkin beberapa bagian ada konten yang sedikit nyerempet ke rating Mature.