Malam menua, menyisakan senyap dalam ruang penuh cerita. Jantungku berdebar keras, mendetak merobek sepi yang menyelimuti. Dedaunan berbisik, menyebar luaskan isi hatiku, terbawa angin yang menyapa kulit. Pikiranku berkecamuk, merangkai pola benang kusut dalam setiap milidetik yang berlalu. Hanya tentangnya. Iya, tentangnya, yang bahkan kutau bagaimana perasaannya padaku saat ini pun tidak.
Kucoba bicara pada belalang, memaksanya bersumpah untuk tidak memberi tahu dirinya bahwa detak jantungku sekeras ini berpacu, mengganggu malam-malam syahdu.
Kucoba tanya pada sang bulan yang merajai langit malam, apapun tentang dirinya.
Tuhan, jika aku harus memendam rasa, setidaknya jangan biarkan ku jatuhkan hatiku pada orang yang tidak menyisakan ruang di hatinya untuk ku bersinggah. Meskipun terkadang, aku terlalu tak tahu diri jika, menginginkannya. Aku pun paham, mengagumi seseorang terkadang memberi sensasi tersendiri, sebuah seni dalam mencintai. Seni selalu indah bukan? Apapun bentuknya. Tapi Tuhan, jangan, aku lelah. Aku lelah jika harus, terus mencintai, tanpa merasa dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Dream
Short StoryHollaa!! Menyimpan perasaan selalu indah. Sekali tersampaikan, tidak ada lagi menyimpan. Sama seperti embun yang menggelayut di dedaunan. Sekali menetes, tidak ada lagi embun. Masa singkat yang sungguh berharga. Begitulah kata Tere Liye